Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Sudut Pandangan

Sudut Pandangan


2. Sudut Pandangan


Yang dimaksud dengan sudut pandangan adalah tempat dari mana seorang pengarang melihat sesuatu. Sudut pandangan tidak diartikan sebagai penglihatan atas sesuatu barang dari atas atau dari bawah, tetapi bagaimana kita melihat barang itu dengan mengambil suatu posisi tertentu. Bagaimana seorang menggambarkan isi sebuah ruang? Pertama-tama ia harus mengambil sebuah posisi tertentu, kemudian secara perlahan-lahan dan berurutan menggambarkan barang demi barang yang terdapat dalam ruangan itu, dimulai dari yang paling dekat berangsur-angsur ke belakang. Sebab itu urutan semacam ini disebut juga urutan-ruang. Perhatikanlah lukisan keadaan di bawah ini:
     "Sekarang hanya beberapa langkah lagi jaraknya mereka dan tebing di atas jalan. Medasing menegakkan dirinya sambil mengawasi ke muka dan iapun berdiri tiada bergerak sebagai pohon di antara pohon-pohon yang lain. Oleh isyarat yang lebih terang dari perkataan itu maju sekalian temannya sejajar dengan dia.
     Di antara daun kayu tampak kepada mereka tebing itu turun ke bawah; di kakinya tegak pondok, sunyi-mati, tak sedikit jua pun kentara, bahwa dia melindungi manusia yang hidup, pandai bergerak dan bersuara. Di bawahnya kedengaran sebentar-sebentar sapi mendengus dan binatang-binatang itupun kelihatan kekabur-kaburan dalam sinar bara yang kusam. Dari celah-celah dinding pondok keluar cahaya yang kuning merah, tetapi tiada berapa jauh sinar yang halus itu lenyap dibalut oleh kelam yang maha kuasa. Di keliling pondok itu tertegak pedati, ketiganya sunyi dan sepi pula". (AP).

Detail-detail dapat diarahkan kepada segi lain, misalnya pelukisan secara cermat atas seseorang yang berjalan dari suatu bagian ke bagian yang lain dari suatu obyek yang diselidiki. Atau untuk melukiskan perbedaan antara dua hal, maka mula-mula hal yang pertama dilukiskan secermat-cermatnya, kemudian pembicaraan dialihkan kepada hal yang kedua dengan menggambarkan segi-segi yang menunjukkan perbedaan dengan hal yang pertama. Seperti halnya dengan menggambarkan suatu hal dengan mempergunakan sudut pandangan yang biasa, maka dalam membuat pertentangan ini, penulis tidak boleh memasukkan detail-detail yang dilihatnya dari tempat itu, walaupun mungkin pengetahuannya tentang hal itu lebih banyak daripada yang dapat dilihatnya dari tempat itu.

Di samping menggambarkan hal atau barang secara mendetail dari suatu segi pandangan tertentu, pengarang dapat mencurahkan perhatiannya terhadap suatu suasana tertentu. Suasana merupakan suatu bagian yang esensil dari sudut pandangan. Suatu suasana yang tengah berlangsung hanya boleh diganggu apabila ada sebab yang sungguh-sungguh dapat dipertanggung-jawabkan, dan harus sudah diadakan persiapan-persiapan ke arah itu.

Walaupun agak menyimpang dari bagian ini, namun agar kita jangan mempunyai gambaran yang terlalu sempit tentang sudut pandangan atau point of view ini, maka perlu kiranya ditegaskan bahwa sudut pandangan juga mempunyai beberapa pengertian yang lain.

Pertama sudut pandangan juga mencakup apakah persoalan yang sedang dibahas dilihat dari sudut pandangan orang pertama (saya, kami, kita), atau sudut pandangan orang kedua (engkau, kamu, saudara), atau dengan mempergunakan bentuk tak berorang atau bentuk di-. Sudut pandangan ini sama sekali tidak ada hubungan dengan dasar pengembangan sebuah alinea, tetapi mencakup konsistensi sudut pandangan dalam seluruh uraian. Bila sekali penulis mempergunakan sudut pandangan orang pertama, maka dalam seluruh karangan itu ia harus tetap mempergunakan orang pertama, jangan berpaling mempergunakan orang kedua atau bentuk tak berorang.

Kedua, sudut pandangan juga mencakup pengertian bagaimana pandangan atau anggapan penulis terhadap subyek yang tengah digarapnya itu. Seorang penulis misalnya membuat suatu artikel tentang pemuda-pemudi yang sudah ketagihan ganja, dengan bertolak dari sudut pandangan yang penuh simpati dan kesedihan, dan mengemukakan bahwa terseretnya mereka dalam kebiasaan yang terkutuk itu karena kesalahan orang tuanya. Atau mengenai pokok yang sama ia bertolak dari suatu sudut pandangan yang penuh permusuhan, kemarahan bahwa perbuatan semacam itu hanya merusak moral dan berbahaya bagi bangsa dan negara. Jadi sudut pandangan yang terakhir ini membuat pengarangnya memilih nada tertentu, kata-kata dan frasa tertentu. Sudut pandangan inilah yang boleh dikatakan membentuk bahan mentah menjadi suatu karangan, ia membantu merumuskan maksud penulis dan membatasi pokok yang akan digarapnya.


Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau