Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Saat Lou Hoffman memutuskan untuk meninggalkan perusahaan humas besar di tahun 1986 untuk memulai usaha butiknya sendiri, dia mendapatkan gagasan bagus yang membuatnya berbeda. "Saya mencoba menyelesaikan masalah turnover, klien maupun karyawan", kata bapak usia lima puluh dua tahun yang asli California ini. Perusahaan teknologi cenderung mengganti perusahaan PR-nya setiap beberapa bulan. Akibatnya, perusahaannya harus membuat kontrak pendek dan berusaha tidak memberi masukan yang tidak segera berdampak pada pendapatan perusahaan-perusahaan teknologi tersebut. Di sisi karyawan, industri yang didominasi perempuan ini melihat karyawan diperlakukan seperti pekerja sementara akibat frekuensi cuti kehamilan yang tinggi.
Lalu Hoffman memulai perusahaannya sendiri. Dia mengirim selebaran multi halaman dengan gambar tas kesehatan di sampulnya dan kata-kata "Dia mestinya bisa menjadi dokter!" Di halaman selanjutnya ada gambar ibu Hoffman yang marah dengan tangan bertolak pinggang (pemandangan khas ibu Yahudi) dengan kata-kata "Tapi tidak. Dia masuk dalam bisnis pemasaran dan komunikasi. Dan sekarang dia memulai bisnis keagenannya sendiri".
Entah apakah karena model ibunya atau reputasinya sebagai pakar PR, tapi tak lama kemudian Hoffman Agency mandapatkan pelanggan yang banyak. Hoffman memberi jasa yang jauh lebih dari agen biasa. Dia menjanjikan untuk terus bersama klien selamanya, berkembang bersama mereka dan menyesuaikan jasanya dengan kebutuhan perkembangan perusahaan dalam jangka panjang, dan bukan untuk bisnis sekali tembak. Tapi dia juga membutuhkan loyalitas dari kliennya—dia ingin hubungan bisnis yang erat, bukan sekadar menjual keahlian untuk mendapatkan bayaran.
Hasilnya Hoffman Agency menjadi perusahaan yang langgeng. Dengan ratusan klien dan pendapatan lebih dari $10 juta (dengan delapan cabang internasionalnya), Hoffman merayakan ulang tahun perusahaannya yang ke dua puluh di tahun 2007, bersama banyak karyawan dan klien lamanya yang telah membantu sejak dia memulai perusahaan itu—dan sampai sekarang masih bekerja sama.
Selama perjalanannya, Hoffman menarik banyak profesional PR berbakat untuk bekerja padanya. Pada mulanya tidaklah sulit karena tunjangan cuti hamil yang dia tawarkan jauh lebih menarik dibanding pesaingnya. Sekarang telah menjadi praktik umum di dalam industri untuk memberikan tunjangan besar bagi ibu baru untuk menarik orang berbakat, Hoffman bisa dianggap berjasa membuat banyak ibu yang bekerja hidup senang.
Bekerja di Hoffman Agency sekarang menjadi semacam impian bagi para agen PR. Perusahaan ini dikenal memiliki lingkungan kerja kekeluargaan dan pelayanan yang prima bagi para pelanggannya. Namun hal ini tidak membuat perekrutan menjadi mudah. Sekarang dia menghabiskan banyak waktunya melakukan wawancara untuk memastikan pilihan kandidat yang tepat. Dan selama bertahun-tahun dia membangun sistem yang akan membuat Rabban Gamliel bangga. "Setiap orang riang dan bersemangat saat dilakukan wawancara. Masalahnya adalah", kata Hoffman, "tidak semua orang akan terus bersemangat setelah beberapa minggu bekerja. Tujuan dari wawancara yang saya lakukan adalah untuk memastikan apa yang asli dari pelamar-pelamar tersebut. Apa yang ada di dalam jauh lebih penting dari apa yang kelihatan di luar".
Hoffman tidak menganggap ini suatu ironi bahwa dia mencari keaslian diri internal dari seseorang yang dia rekrut untuk melakukan tugas humas—yang stereotype-nya adalah wiraniaga yang terlalu bersahabat dengan senyum lebar dan sifat riang yang dibuat-buat. Profesional sejati dalam bisnis, katanya, adalah orang yang memiliki antusiasme sepenuhnya bagi klien. "Saya mencari orang yang sejati di dalam seperti yang terlihat di luar".
Pencarian Hoffman pada jiwa-jiwa ini dimulai di tahap referensi. Alih-alih mengandalkan daftar referensi supervisor dari para pelamar, dia langsung mengintai melalui orang yang bekerja langsung pada mereka, lebih diutamakan bawahan mereka. "Jika Anda menemukan orang yang duduk di sebelah mejanya dan bekerja bersamanya setiap hari, Anda menemukan orang yang mengetahui benar tentang si pelamar tadi—dan ini sangatlah berharga".
Hari berikutnya wawancara, Hoffman membuka senjata rahasianya: resepsionisnya. Dia melatih si resepsionis untuk mengobrol dengan para pelamar, dan kemudian menanyai resepsionis tadi bagaimana mereka memperlakukannya. Seperti yang dikatakan oleh Hoffman, "Kita tidak memiliki hirarki di sini dan setiap orang diperlakukan sama. Jika orang tersebut memperlakukan resepsionis dengan angkuh karena merasa resepsionis di bawah levelnya, dia tidaklah cocok untuk bekerja di sini".
Selama wawancaranya sendiri, Hoffman akan mengarahkan para pelamar dengan percakapan panjang, umumnya berisi pertanyaan-pertanyaan tajam, "Saya sedang mencoba mengetahui apa yang benar-benar menggairahkan seseorang, mungkin hobi atau tim olahraga atau pemusik. Lalu saya menggulung mereka dengan pembicaraan tentang subjek tersebut cukup lama. Saat Anda menyentuh subjek yang tepat, Anda akan melihat orang tersebut berbinar-binar dan bersemangat, mereka akan mulai membuka diri mereka yang sebenarnya. Topengnya akan terbuka saat Anda mulai mengetahui siapa yang sedang Anda hadapi".
Hoffman mengingat seorang pelamar yang baru saja berhenti sebagai bintang televisi tertentu. Dia ingin beralih ke humas. "Semua yang dikatakannya sempurna. Jawabannya sempurna. Gaya bicaranya sempurna", katanya. Tetapi setelah beberapa jam wawancara, dia tidak mendapati suatu semangat di dalamnya. Jika omongannya terdengar seperti keluar dari teko, katanya, tidaklah begitu berharga bagi kliennya.
Di Harvard Business Review tahun 2007 ada sebuah artikel berjudul "Memaksimalkan Pendapatan Anda dari Sumber Daya Manusia", Laurie Bassi dan Daniel McMurrer menuliskan: "Begitu banyak eksekutif masih memandang—dan mengelola—karyawan sebagai biaya. Hal ini berbahaya karena bagi banyak perusahaan, karyawan adalah satu-satunya keunggulan bersaing dalam jangka panjang. Perusahaan yang gagal berinvestasi dalam manusianya akan menjerumuskan diri mereka sendiri dari jalan menuju sukses atau bahkan hanya sekadar bertahan hidup". Banyak pengusaha tidak menyadari bahwa kekuatan organisasi atau perusahaannya adalah karyawan mereka, namun ini tidak terjadi pada Hoffman. Strategi yang dia jalankan adalah mendapatkan karyawan yang paling tepat untuk organisasinya—dia ingin memastikan bahwa mereka sejalan di dalam dan di luar. Strategi Hoffman memiliki keuntungan tambahan—dengan memastikan bahwa stafnya terdiri dari orang-orang yang benar-benar positif baik di luar maupun di dalam, dia menarik banyak energi positif ke dalam perusahaannya. Dan tidak mengejutkan kalau pilihan kariernya mungkin mengecewakan ibunya pada awalnya, tapi kemudian berubah baik dalam jangka panjang. Perkembangan dan sukses bisnisnya melebih apa yang pernah dia harapkan.
Intisari untuk Bisnis: Saat Anda mencari karyawan atau mitra bisnis, usahakan untuk mencari orang yang memiliki sinergi antara penampilan dan perilaku luar mereka dengan apa yang mereka sebenarnya rasakan di dalam. Sintesis dari sisi dalam dan luar akan menghasilkan dampak positif bagi bisnis Anda karena besarnya energi positif yang tertarik dan karena selalu menyenangkan untuk bekerja dengan seseorang yang tulus.
Intisari untuk Pribadi: Mencoba menjadi aktor di kehidupan sebenarnya adalah jalan tak berujung. Usahakan untuk menjadi orang yang sama di luar dan di dalam diri Anda. Di saat yang sama, arahkan tujuan yang positif pada setiap aspek tentang siapa diri Anda.
Baca: Buku Sukses Bisnis Cara Yahudi
Comments
Post a Comment