Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
2. Memilih Topik
Masalah pertama yang dihadapi penulis untuk merumuskan tema sebuah karangan adalah topik atau pokok pembicaraan. Penetapan topik sebelum mulai menggarap suatu tema merupakan suatu keahlian. Topik mana yang akan dipergunakan dalam sebuah karangan agaknya bukan merupakan persoalan. Namun seringkali pula justru hal inilah yang menjadi beban yang tidak kecil bagi mereka yang baru mulai menulis. Mereka sukar sekali menemukan topik mana yang kiranya dapat dipergunakannya untuk menyusun karangannya. Sebenarnya sumber-sumber yang berada di sekitar kita menyediakan bahan yang berlimpah-limpah. Apa saja yang menarik perhatian kita dapat saja dijadikan topik dalam karangan kita: pengalaman-pengalaman di masa lampau, pengalaman masa kini, keluarga, cita-cita, karier, alam sekitar, persoalan-persoalan kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, mata pencaharian, dan sebagainya.
Semua pokok persoalan tersebut dapat dijadikan topik karangan dengan mempergunakan salah satu bentuk tulisan, yaitu: narasi, deskripsi, eksposisi, atau argumentasi.
Narasi berusaha untuk mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis. Beberapa pokok yang biasanya dipakai dalam narasi adalah: biografi, roman, novel, sejarah, dsb. Sebaliknya deskripsi berusaha untuk menggambarkan sesuatu hal sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, misalnya: tentang keadaan kota Jakarta, tentang gedung-gedung yang bersejarah, tentang senja di pelabuhan, dan sebagainya. Deskripsi bertalian dengan pelukisan kesan pancaindera terhadap sebuah objek.
Bila kita berpindah dari reproduksi masa silam kepada tulisan-tulisan eksposisi (yang bertujuan untuk memberi penjelasan atau informasi), maka tema tadi akan diuraikan dalam sebuah proses, misalnya: bagaimana membuat api, bagaimana beternak ayam, bagaimana menanam singkong, dan sebagainya. Pelukisan proses tadi dapat pula mengalami bermacam-macam variasi. Variasi yang dekat kepada proses sebagai yang dikemukakan tadi, adalah melukiskan sesuatu yang belum diketahui oleh pembaca, misalnya: bagaimana membuat baja, bagaimana mengadakan reboisasi akibat kebakaran hutan, dan sebagainya. Corak lain dari tulisan-tulisan ekspositoris itu adalah menerangkan tentang proses kerja sesuatu barang: bagaimana operasi sebuah mesin pintal, bagaimana sebuah kapal selam menyelam atau timbul, bagaimana kerja sebuah mesin jahit, dan sebagainya.
Yang agak berlainan dari tipe-tipe tulisan ekspositoris sebagai disebut di atas adalah definisi yang luas untuk menjelaskan suatu istilah. Kesempatan-kesempatan untuk tulisan semacam ini dijumpai dalam ujian, pada waktu menulis sebuah karya tulis tentang suatu pengertian teknis, pada waktu menulis laporan, dan sebagainya. Tipe ini memang tidak mudah untuk digarap. Apa yang akan dibuat dengan topik-topik seperti: demokrasi, kemerdekaan, kebahagiaan, dan sebagainya? Jalan lain tidak ada, kecuali harus menguraikan seluas-luasnya pengertian-pengertiannya dengan memperhatikan segala macam kemungkinan dan situasi, sehingga setiap pembaca akan merasa puas setelah membaca uraian mengenai topik-topik tadi.
Jenis tulisan lain yang lebih sulit dari eksposisi adalah argumentasi. Argumentasi sebenarnya termasuk dalam eksposisi, hanya sifatnya yang jauh lebih sulit dengan mengajukan pembuktian-pembuktian. Dalam tipe ini termasuk analisa, baik yang menyangkut pemecahan suatu pokok persoalan atas bagian-bagiannya, maupun penggabungan masalah-masalah yang terpisah menjadi suatu klasifikasi yang lebih luas. Perwakilan kita sejak kemerdekaan merupakan perwakilan macam apa? Apakah kelemahan perfilman nasional kita? Apakah ciri-ciri pendidikan kita dewasa ini? Yang hampir bersamaan dengan ini adalah eksposisi yang menguraikan tentang pendapat atau pikiran penulis tentang suatu persoalan. Apakah pendidikan wanita harus setaraf dengan pendidikan pria? Perlukah seorang mahasiswa bekerja di samping belajar?
Dalam tulisan-tulisan seperti disebut tadi, penulis harus menjaga agar sebab-sebab atau dasar pikiran diuraikan secara jelas, dan lebih baik mengajukan bukti-bukti untuk memperkuat pendapat itu daripada mengajukan dugaan-dugaan. Lebih baik menulis sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok persoalan yang diketahui benar-benar daripada memilih pokok-pokok yang tidak menarik dan tidak diketahui sama sekali.
Sebuah topik pertama-tama harus menarik perhatian penulis sendiri. Topik yang menarik perhatian penulis akan memungkinkan pengarang berusaha secara terus-menerus mencari data-data untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Penulis akan didorong terus-menerus agar dapat menyelesaikan tulisan itu sebaik-baiknya. Sebaliknya suatu topik yang sama sekali tidak disenangi malahan akan menimbulkan kekesalan bila terdapat hambatan-hambatan. Penulis tidak akan berusaha sekuat tenaga akan menemukan data dan fakta untuk memecahkan persoalaan-persoalaan yang dihadapi.
Dalam penelitian dan tulisan ilmiah, topik yang digarap harus pula diketahui oleh penulis tersebut. Yang dimaksud dengan diketahui adalah bahwa sekurang-kurangnya prinsip-prinsip ilmiahnya diketahui serba sedikit. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah yang diketahuinya, penulis akan berusaha mencari data-data melalui penelitian, observasi, wawancara, dan sebagainya sehingga pengetahuannya mengenai masalah itu bertambah dalam. Dalam keadaan demikian, disertai pengetahuan teknis ilmiah dan teori-teori ilmiah yang dikuasainya sebagai latar belakang masalah tadi maka ia sanggup menguraikan topik itu sebaik-baiknya.
Bagi seorang penulis ilmiah kedua syarat di atas ditambah syarat lain yang akan diuraikan dalam bagian berikut ini sebenarnya sudah cukup. Namun bagi para mahasiswa kiranya perlu ditambahkan beberapa syarat lain, yaitu topik itu jangan terlalu baru, terlalu teknis dan terlalu kontroversal. Bagi mahasiswa penulisan pertama-tama dilandaskan pada data-data yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan. Suatu topik yang terlalu baru tidak mungkin dijumpai dalam bahan-bahan kepustakaan. Paling tinggi terdapat sebagai berita dalam surat-surat kabar, atau ulasan yang ringan dalam majalah-majalah populer.
Tulisan-tulisan mahasiswa memang diarahkan kepada penulisan ilmiah, namun belum dapat diharapkan suatu tulisan yang sangat teknis dari segi ilmiah, dengan mempertanggung-jawabkan nuansa terminologi yang dipergunakan atau meminta pertanggungan jawab ilmiah seperti pada seorang sarjana. Demikian suatu topik yang terlalu kontroversal akan menimbulkan kesulitan pula pada seorang mahasiswa untuk bertindak secara obyektif. Bila ia menghadapi sejumlah pendapat autoritas yang berbeda-beda, maka paling tinggi yang dapat dilakukannya adalah memilih pendapat autoritas yang dianggap masih mempunyai hubungan dengannya, misalnya karena kedudukan autoritas itu sebagai dosennya, sebagai orang yang seideologsi, dsb.
Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf
Comments
Post a Comment