Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Ĺ‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Jangan Berhentikan Karnavalnya—Sisa Kisahnya

Jangan Berhentikan Karnavalnya—Sisa Kisahnya


Novel terlaris Herman Wouk tahun 1965 Don't Stop the Carnival adalah tentang seorang pebisnis New York City yang meninggalkan kehidupan keras Manhattan dan membuka sebuah hotel di sebuah pulau kecil Karibia. Banyak yang tidak berjalan dengan baik dan dia tampaknya tidak akan berhasil dengan hotelnya tersebut.

Di edisi berikutnya, Wouk menyatakan di awal bahwa cerita ini sebenarnya berdasarkan kisah nyata dan hotel tersebut adalah St. Thomas di Virgin Islands, Amerika, sebuah hotel yang pernah dia miliki. Dalam novel itu, tokoh utamanya kehilangan semua tabungannya dan akhirnya kehilangan hotelnya—yang terjadi di kehidupan sebenarnya pada Herman Wouk.

Yoni Cohen (bukan nama sebenarnya—nama aslinya dirahasiakan), seorang pengusaha properti Israel yang diwawancarai untuk buku ini, sedang berlibur dengan istrinya di Florida di awal 1970 saat dia berjalan melewati sebuah gedung pengadilan di sana. Tanda yang terpasang di luar gedung itu mengatakan bahwa akan ada lelang sebuah hotel di St. Thomas di Virgin Islands Amerika pukul 11 siang, di depan gedung pengadilan tersebut. Di banyak negara bagian Amerika, menjadi pemandangan biasa adanya lelang untuk properti yang disita seperti itu. Sebagai investor properti sejati, dia berpikir bahwa lelang cara lama tersebut mengasyikkan dan mungkin bisa menjadi bisnis yang bagus juga untuk hotel, lalu dia memutuskan untuk kembali lagi pagi itu untuk mengikuti lelang. Sesampainya di gedung pengadilan, ternyata dialah satu-satunya orang yang hadir mengikuti pelelangan. Seorang hakim keluar dan memanggilnya masuk. Hakim tersebut duduk dan bertanya kepadanya untuk mulai membuka penawaran. Cohen menawar $100.000 untuk gedung tersebut dan hakim itu meminta untuk naik sebesar $200.000. "Harga siapa yang sebenarnya harus saya saingi?" tanya Cohen. "Harga hutang dari cicilan gedung tersebut", kata sang hakim. "Dan berapakah itu?" pungkas Cohen. "Sebesar $1.7 juta", kata hakim. "Baiklah, saya menawar $1.8 juta", kata Cohen dan terbelilah hotel itu olehnya.

Saat dia kembali ke tempat menginapnya, Cohen menelepon kantornya di New York dan meminta mereka mencari St. Thomas di Virgin Islands Amerika di peta. "Untuk apa Anda ingin tahu?" tanya asistennya. "Karena saya baru saja membeli hotel dengan 200 kamar di sana", jawab Cohen.

Cohen mulai menghabiskan akhir minggu di hotel barunya untuk mengusahakan kesuksesannya. Sekitar dua bulan setelah dia membeli hotel tersebut, seorang pengunjung datang dan memberinya buku Wouk: Don't Stop the Carnival, mengatakan padanya bahwa buku tersebut adalah kisah nyata, dan hotel bangkrut yang diceritakan dalam buku tersebut adalah hotel yang dia beli dan sekarang dijalankannya. Hal ini makin menetapkan hatinya untuk mengubah hotel tersebut dan dia memutuskan untuk menepis berita buruk tersebut dan bertekad membuat hotel ini berhasil. Hal ini tidak terjadi. Meskipun Cohen mulai menarik para turis ke hotelnya, cuaca yang ada memastikan keberhasilannya tak akan bertahan lama. St. Thomas mengalami cuaca yang sangat buruk dan diterpa angin ribut berkali-kali—yang pertama kali sudah langsung meluluhlantakkan hotel tersebut. Sayangnya bagi Cohen, dia tidak bisa meraih dana untuk memperbaiki kerusakan tersebut karena perusahaan asuransi yang menjamin hotelnya juga mengalami kebangkrutan. Akhirnya $1.8 juta hilang menguap.

Cohen, yang pernah sangat sukses dalam melakukan bisnis properti di seluruh dunia, mengatakan bahwa dia belajar dua hal penting dari kegagalannya dalam kasus hotel Virgin Islands. "Saya belajar untuk tidak pernah melakukan pembelian karena pertimbangan emosional. Sekarang, bahkan jika saya melihat suatu investasi yang nampaknya akan menjadi bisnis yang sangat menarik dan menguntungkan—saya menolaknya sampai saya memastikan bahwa semua penyelidikan dilakukan dan terbukti bahwa bisnisnya masuk akal". Cohen berkata tentang kebutuhan untuk menghindari aspek emosional dalam pertimbangan bisnis. "Transaksi bisnis haruslah masuk akal untuk bisa saya ikuti, tidak peduli seberapa tertariknya saya secara emosional", ungkapnya.

Namun dia belajar hal lain yang sangat membantunya dalam semua transaksi bisnisnya sejak itu. "Pengalaman itu mengajarkan saya bahwa saat suatu kesalahan dilakukan, jangan terlalu lama memperbaikinya, karena energi yang teralihkan karenanya, menghambat saya untuk menyalurkan energi ke urusan dan proyek lain yang lebih produktif dan lebih menguntungkan".

Pelajaran kedua Cohen dari kegagalan hotel tersebut juga berhubungan dengan keseimbangan emosi dan rasio. Saat kita terlibat dalam sebuah proyek, kita sering terseret secara emosional dengan prosesnya. Karenanya, saat proyek tersebut gagal, kita terus mencoba untuk membuatnya berhasil meskipun kita tahu secara rasional bahwa melanjutkan proyek tersebut tidaklah masuk akal. Dorongan emosi kita bisa menjerat kita untuk berkutat pada bisnis yang akan gagal, menghabiskan energi yang mestinya bisa digunakan pada bisnis lain yang lebih menguntungkan. Kuncinya adalah untuk selalu mengendalikan dorongan emosional yang mendesak kita meneruskan hal buruk, dengan melibatkan dosis besar kecerdasan dan akal sehat.


Intisari untuk Bisnis: Tanpa keterlibatan emosi dalam sebuah gagasan bisnis atau karier, Anda tidak akan mengejarnya dengan gairah. Di saat yang sama, jika sebuah gagasan atau transaksi tidak dipikirkan secara baik dengan metode tertentu, keberhasilan akan sulit sekali didapat. Mengatur keseimbangan yang tepat antara keduanya adalah hal utama untuk berhasil.

Intisari untuk Pribadi: Pahamilah bahwa emosi Anda bisa menyebabkan Anda terbenam dalam hubungan yang tidak akan berjalan baik. Anda tidak seharusnya menghabiskan waktu dalam hidup dan membuang energi begitu besar pada hubungan yang bakal gagal. Mencoba "memperbaiki" seseorang bukanlah pilihan terbaik tidak peduli seberapa besar Anda mencintai pasangan Anda. Akan lebih baik menggunakan energi Anda untuk sesuatu yang lebih layak yang bakal berjalan dengan baik.


Baca: Buku Sukses Bisnis Cara Yahudi 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau