Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Fonotaktik

Fonotaktik Tiap bahasa mempunyai ciri khas dalam fonotaktik, yakni dalam merangkai fonem untuk membentuk satuan fonologis yang lebih besar, misalnya suku kata. Bahasa Indonesia mempunyai pola suku kata V, VK, KV, KVK dan mengenal pola suku kata VKK, KKV, KKVK, KVKK, KKVKK, KKKV, dan KKKVK dalam ragam bakunya (V=vokal, K=konsonan). Pola-pola suku kata di atas mungkin saja terdapat dalam bahasa lain, tetapi perbedaan dapat timbul dalam pengisian pola-pola tersebut dengan fonem. Misalnya, dalam bahasa Indonesia tidak dijumpai suku kata yang berakhir dengan /c/ atau /j/, sedangkan dalam bahasa Inggris suku kata seperti itu ada, seperti dalam kata catch dan judge . Sebaliknya, dalam bahasa Inggris tidak dijumpai suku kata yang mulai dengan /Å‹/, sedangkan dalam bahasa Indonesia suku kata seperti itu ada seperti pada kata nganga dan ngilu . Baik bahasa Jawa maupun bahasa Inggris mempunyai pola suku kata yang dimulai dengan tiga konsonan - KKKV (K). Namun, dalam bahasa Jawa konsona

Khazanah Fonem

Khazanah Fonem Dengan menggunakan pasangan-pasangan minimal sebagai cara utama dan cara-cara lain yang belum dibicarakan di sini, fonem-fonem suatu bahasa dapat ditunjukkan. Jumlah fonem suatu bahasa disebut khazanah fonem atau perbendaharaan fonem bahasa tersebut. Bahasa Indonesia mempunyai 24 fonem 9/i, e, a, É™, o, u, p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, ñ, Å‹, s, h, r, l, w, y/) atau 28 fonem (jika /f, z, ʃ, x/ dianggap sudah terserap dalam bahasa Indonesia). Buku:   Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Pasangan Minimal

Pasangan Minimal Untuk memperlihatkan atau membuktikan bahwa dua bunyi tertentu, terutama yang berkemiripan fonetis, merupakan dua fonem yang berbeda — dengan kata lain perbedaan di antara keduanya bersifat fungsional — dapat dipakai cara memperbandingkan contoh-contoh ujaran dengan perbedaan minimal dalam bunyi. Dua ujaran yang berbeda maknanya dan berbeda minimal dalam bunyinya seperti itu disebut pasangan minimal. Dengan memperbandingkan kata karung dan kalung , misalnya, dapat diperlihatkan bahwa kedua contoh itu hanya dibedakan oleh [r] dan [l]. Artinya, perbedaan [r] dengan [l] adalah perbedaan yang penting bagi pemakai bahasa Indonesia. Dengan kata lain, perbedaan [r] dengan [l] bersifat fonemis; kedua bunyi itu merupakan realisasi dua fonem yang berbeda, yakni /r/ dan /l/. Dalam bahasa Prancis perbedaan fonemis di antara [É›] dan [É›̃] dan di antara [a] dan [ã], misalnya, dapat dibuktikan dengan mengajukan pasangan minimal seperti [pÉ›] paix 'kedamaian' dan [pÉ›̃

Fonem dan Alofon

Fonem dan Alofon Bunyi-bunyi yang merupakan wujud lahiriah suatu fonem disebut alofon-alofon, anggota fonem, atau varian fonem tersebut. Dalam contoh di atas, bunyi [k] (dalam kata akar ), [k̯] (dalam kata kita ), [k̩ ] (dalam kata kuat ), dan [k̚ ] (dalam kata antik ) adalah empat alofon di antara alofon-alofon fonem /k/; bunyi [i] (dalam kata praktis ). [i:] (dalam kata kali ), [ĩ] (dalam kata mengincar ), [ĩ:] (dalam kata ngilu ), [ɪ] (dalam kata petik ), dan [ɪ̃] (dalam kata angin ) adalah alofon-alofon fonem /i/. Kita dapat melihat bahwa alofon-alofon suatu fonem merupakan bunyi-bunyi yang hampir sama secara artikulatoris. Kita dapat mengatakan bahwa alofon-alofon suatu fonem memperlihatkan kemiripan fonetis. Selanjutnya, kita juga melihat bahwa perbedaan bunyi yang tampak pada alofon-alofon suatu fonem rupanya terjadi karena pengaruh lingkungan alofon-alofon itu masing-masing. Telah kita lihat, misalnya, bahwa [k̯] terjadi karena pengaruh vokal depan /i/, sedangka

Fonem

Fonem Secara tidak sadar para penutur asli setiap bahasa mengelompokkan berbagai bunyi ujaran yang mereka ucapkan ke dalam sejumlah satuan bunyi fungsional terkecil yang disebut fonem. Dengan demikian, fonem merupakan satuan hasil penyarian atau abstraksi dari bunyi-bunyi ujaran yang diucapkan oleh para penutur tersebut. Kita dapat mengatakan bahwa bunyi-bunyi ujaran adalah realisasi atau wujud lahiriah fonem. Fonem, realisasi fonem, penggolongan fonem, distribusi fonem, dan analisis fonem adalah hal-hal yang dipelajari dalam bab ini. Suatu fonem dinyatakan atau direalisasikan oleh beberapa bunyi. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, kita dapati bahwa fonem /k/ antara lain direalisasikan oleh bunyi [k], [k̯], [k̩], [k̚]; fonem /i/ antara lain dinyatakan oleh bunyi [i], [i:], [ĩ], [ĩ:], [ɪ], dan [ɪ̃]. Walaupun fonem tidak sama dengan bunyi ujaran, fonem diberi nama sesuai dengan nama bunyi yang merealisasikannya. Nama-nama itu misalnya konsonan bilabial, konsonan geseran vel

Pergeseran Bunyi Dalam Fonologi

Pergeseran Bunyi  Bunyi ujaran yang kita ucapkan dan kita dengar sebenarnya sangat banyak dan bermacam-macam. Pada umumnya kita dapat membedakan bunyi ujaran pria dari bunyi ujaran wanita, bunyi ujaran orang dewasa dari bunyi ujaran anak-anak, bahkan sering kita dapat mengetahui siapa yang berbicara hanya dengan mendengar suaranya. Semua itu memperlihatkan bahwa bunyi ujaran yang diucapkan para penutur bahasa berbeda-beda. Perbedaan ucapan tidak hanya timbul karena penuturnya berbeda. Perbedaan itu juga dapat terjadi pada diri setiap orang. Artinya, ucapan kita bergeser-geser kualitas dan kuantitasnya. Pergeseran bunyi yang kita ucapkan ada dua macam: (1) pergeseran yang terjadi karena bunyi yang bersangkutan terdapat pada posisi atau lingkungan yang berbeda, (2) pergeseran yang terjadi meskipun posisi atau lingkungan bunyi tersebut tetap sama. Pergeseran macam pertama di atas terjadi karena bunyi cenderung dipengaruhi lingkungannya. Lingkungan suatu bunyi terutama berupa bu

Fonologi Sebuah Pengantar

Fonologi Sebuah Pengantar Pada Bab "Aspek Fisiologis Bahasa" telah dijelaskan bagaimana bunyi ujaran terjadi; dari mana udara diperoleh; bagaimana udara digerakkan; bagaimana aliran udara diatur di tempat-tempat tertentu, dengan alat dan cara tertentu; bagaimana bunyi ujaran dikelompokkan; faktor apa saja yang membedakan bunyi yang satu dengan bunyi yang lain; dan kehadiran unsur suprasegmental di samping unsur segmental yang berupa vokal dan konsonan. Semuanya itu membahas bunyi ujaran sebagai wujud lahiriah bahasa. Dalam bab ini pembicaraan bunyi ujaran akan ditekankan pada fungsinya sebagai penanda perbedaan makna. Itulah yang akan dibahas dalam fonologi. Dalam fonologi dikenal satuan fonem dan perwujudannya yang disebut alofon dari fonem tersebut. Hubungan antaralofon, perangkaian fonem, cara membuktikan perbedaan fonemis, dan cara menemukan fonem melalui analisis fonemik juga dibicarakan dalam bab ini. Buku:   Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka Aitchison, Jean. 1972. General Linguistics. London: The English Universities Press Ltd. Cook, Walter A. 1969. Introduction to Tagmemic Analysis. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Elson, Benjamin dan Velma Pickett. 1969. An Introduction to Morphology and Syntax. Santa Ana: Summer Institute of Linguistics. Lyons, John. (ed.) 1970. New Horizons in Linguistics. Harmondsworth: Penguin Books Ltd. M. Ramlan. 1967. Ilmu bahasa Indonesia Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Jogja: U.P. Indonesia. Nida, Eugene A. 1946. Morphology: The Descriptive Analysis of Words. Ann Arbor: The University of Michigan Press. _______. 1950. Learning a Foreign Language: A Handbook for Missionaries. New York: National Council of Churches of Christ in the U.S.A. Parera, Jos Daniel. 1977. Pengantar Linguistik Umum Seri B: Bidang Morfologi. Ende: Penerbit Nusa Indah. Samsuri. 1978. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga. Buku:   Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahas

Penutup

Penutup Morfem merupakan bahan dasar pembentukan kata. Selanjutnya, kata merupakan bahan dasar dalam pembentukan satuan-satuan yang lebih besar daripadanya seperti frasa dan kalimat — pembentukan satuan-satuan gramatikal yang berbahan dasar kata telah diuraikan dalam bab sintaksis. Uraian dalam bab "Morfologi" ini hanya memperkenalkan pengertian-pengertian dasar yang diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk mempelajari studi morfologi yang lebih lanjut. Buku:   Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Morfem dan Makna Gramatikal

Morfem dan Makna Gramatikal Pada bagian berjudul "Jenis Morfem" dalam bab ini telah dikemukakan dua golongan morfem berdasarkan macam maknanya: morfem dengan makna leksikal (seperti pohon, sejuk, dan duduk ) dan morfem dengan makna gramatikal (seperti ber-, me-, -kan, dan di- ). Dalam pasal ini morfem golongan kedua saja yang dibicarakan, terutama dari sudut maknanya. Sebenarnya bukan hanya morfem-morfem afiks saja yang mempunyai makna gramatikal. Morfem seperti ke, atau, itu, tetapi, untuk, yang, dan dan — yang disebut partikel atau kata tugas — juga mempunyai makna gramatikal saja. Dalam pasal ini hal-hal mengenai partikel atau kata tugas itu tidak dibicarakan. Makna gramatikal bermacam-macam. Bahasa yang berbeda menggunakan macam dan warna makna yang berbeda. Perbedaan itu juga terdapat dalam pemilihan sarana atau alat pengungkap makna gramatikal yang bermacam-macam itu. Bandingkan contoh-contoh berikut dalam makna serta alat pengungkapnya. (27) Dian sedang be

Morfem dan Kata

Morfem dan Kata Yang dimaksud dengan kata dalam pembicaraan ini ialah satuan gramatikal bebas yang terkecil. Kata disusun oleh satu atau beberapa morfem. Kata bermorfem satu disebut kata monomorfemis, sedangkan kata bermorfem lebih dari satu disebut kata polimorfemis. Dalam kalimat Amin sedang mempelajari soal itu, misalnya, terdapat empat kata monomorfemis, yaitu Amin, sedang, soal, dan itu, dan satu kata polimorfemis, yakni mempelajari. Penggolongan kata menjadi jenis monomorfemis dan polimorfemis adalah penggolongan berdasarkan jumlah morfem yang menyusun kata. Kata polimorfemis dapat dilihat sebagai hasil proses morfologis yang berupa perangkaian morfem. Kata seperti Amin, sedang, soal, dan itu dapat dianggap tidak mengalami proses morfologis, sedangkan kata seperti mempelajari dan persoalan merupakan kata hasil suatu proses morfologis. Salah satu contoh proses morfologis ialah pengimbuhan atau afiksasi (penambahan afiks). Penambahan afiks dapat dilakukan di depan, di

Morf

Morf Tiap bentuk terkecil yang mempunyai makna, yang tidak atau belum dibicarakan dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem, disebut morf. Jika morf telah dilihat sebagai anggota morfem tertentu, morf tersebut sekarang berkedudukan sebagai alomorf. Tampak bahwa sebenarnya morf dan alomorf adalah dua nama bagi wujud yang sama. Penamaan yang berbeda itu dimaksud untuk menunjukkan beda tingkat analisisnya. Jika wujud itu (yakni satuan terkecil yang bermakna) tidak dikaitkan dengan morfem tertentu, wujud itu bernama morf. Jika wujud itu sekarang dilihat sebagai anggota suatu morfem, maka wujud itu menjadi alomorf morfem tersebut. Ketika kita membandingkan contoh-contoh morfem {di} di awal, kita menyatakan bahwa pemberian status morfem kepada /di/ hanya bersifat "sementara". Kualifikasi "sementara" ini lebih mudah dipahami jika apa yang semula diduga merupakan morfem ternyata hanyalah salah satu wujud dari morfem yang masih harus ditemukan. Sebagai co

Jenis Morfem

Jenis Morfem Morfem dapat dibedakan menurut jenisnya berdasarkan beberapa ukuran. Dalam pembicaraan contoh {di} dan {me} di atas, sebenarnya telah diperlihatkan jenis morfem berdasarkan banyaknya alomorf yang menyatakannya. Morfe {di} dapat dikatakan beralomorf satu, sedangkan {me} beralomorf lebih dari satu. Morfem juga dapat digolongkan menurut kemungkinannya berdiri sebagai kata. Morfem seperti {di} dan {ber} menurut penggolongan ini disebut morfem terikat, karena keduanya tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata, melainkan selalu ada bersama dengan morfem lain. Sebaliknya, morfem seperti {lihat} dan {orang} dapat berdiri sebagai kata, bahkan sebagai kalimat jawaban atau perintah. Morfem seperti ini disebut morfem bebas. Menurut jenis fonem yang menyusunnya, dikenal morfem segmental, morfem suprasegmental, dan morfem segmental suprasegmental. Morfem seperti {lihat}, {orang}, {ter}, dan {lah} adalah morfem segmental karena disusun oleh unsur-unsur segmental. Contoh mor

Morfem dan Alomorf

Morfem dan Alomorf Morfem merupakan satuan hasil abstraksi wujud lahiriah atau bentuk (-bentuk) fonologisnya. Bentuk-bentuk fonologis sebuah morfem dapat dipandang sebagai anggota-anggota atau wakil morfem tersebut. Sebagian besar morfem mempunyai wujud lahiriah yang tetap di mana pun tempatnya, sedang sebagian lain berbeda wujud lahiriahnya jika berbeda tempatnya. Morfem {di} di atas merupakan contoh morfem yang mempunyai beberapa wujud fonologis: mÉ™, mÉ™m, mÉ™n, mÉ™n̄, məɳ, məɳə. Meskipun wujud fonologisnya berbeda, kemiripan fonologis yang masih nyata serta kesamaan makna di antara keenam wujud itu memberikan kedudukan kepada keenam bentuk itu sebagai anggota-anggota atau wakil dari satu morfem saja. Anggota-anggota suatu morfem disebut alomorf morfem itu. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa, misalnya, morfem {ber} mempunyai tiga alomorf, yakni /bÉ™r/ (dalam bertemu, berjalan, dan lain-lain), /bÉ™/ (dalam bekerja, beserta, dan lain-lain), dan /bÉ™l/  (dalam belaja

Morfem

Morfem Morfologi mengenal unsur dasar atau satuan terkecil dalam wilayah pengamatannya. Satuan gramatikal yang terkecil itu disebut morfem. Sebagai satuan gramatikal, morfem membentuk satuan yang lebih besar dan mempunyai makna. Sebagai satuan terkecil, morfem tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang masing-masing mengandung makna. Kata terkecil itu menyiratkan adanya satuan-satuan gramatikal yang lebih besar daripada morfem. Dalam ilmu bahasa dikenal satuan seperti kata, frasa, klausa, dan kalimat. Dengan demikian, morfem menjadi bagian pembentuk atau konstituen satuan-satuan gramatikal yang lebih besar itu. Morfem dapat dikenal karena pemunculannya yang berulang. Dalam praktik, morfem ditemukan dengan jalan memperbandingkan satuan-satuan ujaran yang mengandung kesamaan dan pertentangan, yakni kesamaan dan pertentangan dalam bentuk (fonologis) dan dalam makna. Jika kata (1) diambil, (2) dibawa, (3) dicuri, (4) didukung, dibandingkan dengan kata (