Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2017

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Jenis Morfem

Jenis Morfem Morfem dapat dibedakan menurut jenisnya berdasarkan beberapa ukuran. Dalam pembicaraan contoh {di} dan {me} di atas, sebenarnya telah diperlihatkan jenis morfem berdasarkan banyaknya alomorf yang menyatakannya. Morfe {di} dapat dikatakan beralomorf satu, sedangkan {me} beralomorf lebih dari satu. Morfem juga dapat digolongkan menurut kemungkinannya berdiri sebagai kata. Morfem seperti {di} dan {ber} menurut penggolongan ini disebut morfem terikat, karena keduanya tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata, melainkan selalu ada bersama dengan morfem lain. Sebaliknya, morfem seperti {lihat} dan {orang} dapat berdiri sebagai kata, bahkan sebagai kalimat jawaban atau perintah. Morfem seperti ini disebut morfem bebas. Menurut jenis fonem yang menyusunnya, dikenal morfem segmental, morfem suprasegmental, dan morfem segmental suprasegmental. Morfem seperti {lihat}, {orang}, {ter}, dan {lah} adalah morfem segmental karena disusun oleh unsur-unsur segmental. Contoh mor

Morfem dan Alomorf

Morfem dan Alomorf Morfem merupakan satuan hasil abstraksi wujud lahiriah atau bentuk (-bentuk) fonologisnya. Bentuk-bentuk fonologis sebuah morfem dapat dipandang sebagai anggota-anggota atau wakil morfem tersebut. Sebagian besar morfem mempunyai wujud lahiriah yang tetap di mana pun tempatnya, sedang sebagian lain berbeda wujud lahiriahnya jika berbeda tempatnya. Morfem {di} di atas merupakan contoh morfem yang mempunyai beberapa wujud fonologis: mÉ™, mÉ™m, mÉ™n, mÉ™n̄, məɳ, məɳə. Meskipun wujud fonologisnya berbeda, kemiripan fonologis yang masih nyata serta kesamaan makna di antara keenam wujud itu memberikan kedudukan kepada keenam bentuk itu sebagai anggota-anggota atau wakil dari satu morfem saja. Anggota-anggota suatu morfem disebut alomorf morfem itu. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa, misalnya, morfem {ber} mempunyai tiga alomorf, yakni /bÉ™r/ (dalam bertemu, berjalan, dan lain-lain), /bÉ™/ (dalam bekerja, beserta, dan lain-lain), dan /bÉ™l/  (dalam belaja

Morfem

Morfem Morfologi mengenal unsur dasar atau satuan terkecil dalam wilayah pengamatannya. Satuan gramatikal yang terkecil itu disebut morfem. Sebagai satuan gramatikal, morfem membentuk satuan yang lebih besar dan mempunyai makna. Sebagai satuan terkecil, morfem tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang masing-masing mengandung makna. Kata terkecil itu menyiratkan adanya satuan-satuan gramatikal yang lebih besar daripada morfem. Dalam ilmu bahasa dikenal satuan seperti kata, frasa, klausa, dan kalimat. Dengan demikian, morfem menjadi bagian pembentuk atau konstituen satuan-satuan gramatikal yang lebih besar itu. Morfem dapat dikenal karena pemunculannya yang berulang. Dalam praktik, morfem ditemukan dengan jalan memperbandingkan satuan-satuan ujaran yang mengandung kesamaan dan pertentangan, yakni kesamaan dan pertentangan dalam bentuk (fonologis) dan dalam makna. Jika kata (1) diambil, (2) dibawa, (3) dicuri, (4) didukung, dibandingkan dengan kata (

Pengantar Morfologi

Pengantar Morfologi Morfologi, bersama-sama dengan sintaksis, merupakan tataran ilmu bahasa yang disebut tata bahasa atau gramatika. Morfologi merupakan studi gramatikal struktur intern kata, sedangkan sintaksis merupakan studi gramatikal mengenai kalimat. Karena itu, morfologi sering disebut pula tata kata atau tata bentuk, sedangkan sintaksis sering disebut tata kalimat. Batasan tersebut digunakan hanya sebagai pegangan dasar saja, sebab sebenarnya batas antara kedua wilayah studi itu tidaklah selalu mudah ditetapkan. Dalam bab ini diuraikan satuan gramatikal yang terkecil, yakni morfem, wujud lahirnya, jenisnya, hubungannya dengan kata, proses pembentukan kata, serta makna gramatikalnya, yang seluruhnya tercakup dalam morfologi. Buku:   Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka Bloomfield, Leonard. 1933. Language. New York: Holt & Rinehart, Inc. Chomsky, Noam. 1957. Syntactic Structures. The Haque: Mouton. Harimurti, Kridalaksana. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. _______. 2003. "Leksikologi dan Leksikografi." Bahan Penataran Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur. _______. 2004. "Kelejasan dan Kelegapan dalam Leksikon." Laporan Penelitian Pusat Leksikologi dan Leksikografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok. _______. 1916. Troisieme Cours de Linguistique Generale . Paris: Payot. _______. 1916. Troisieme Cours de Linguistique Generale (1910-1911) apres des cahiers d'-mile Constantin. Diterjemahkan oleh E. Komatsu dan R. Harris. Oxford: Pergamon. Singleton, David. 2000. Language and the Lexicon. London: Arnold. Buku:   Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Kamus sebagai Bentuk Inventarisasi Leksikon

Kamus sebagai Bentuk Inventarisasi Leksikon Untuk mencatat leksikon suatu bahasa disusunlah kamus. Kegiatan penyusunan kamus disebut leksikografi. Biasanya sebuah kamus tersusun dengan leksem atau gabungan leksem sebagai judul yang diterangkan dengan pelbagai cara. Judul itu disebut lema. Ada lema yang berupa leksem atau kata tunggal, ada yang berupa gabungan leksem atau gabungan kata. Bila keterangannya berupa bahasa yang sama dengan lemanya, kamus itu disebut kamus ekabahasa atau kamus monolingual. Bila keterangan itu dalam bahasa lain, kamus itu merupakan kamus dwibahasa atau kamus bilingual. Pelbagai cara digunakan untuk menyajikan penjelasan itu. Di dalam kamus sederhana disajikan padanan atau sinonim; di dalam kamus besar disajikan penjelasan berupan definisi yang tuntas. Di samping itu, ada juga contoh kalimat yang lebih menjelaskan makna leksem itu. Dalam kamus bahasa Indonesia yang merupakan pelopor leksikografi modern bahasa kita, yakni Kamus Umum Bahasa Indonesia, karya

Kolokasi

Kolokasi Dalam kalimat terkenal Chomsky yang dikutip pada awal bab ini, pendampingan kata sleep dengan furiously menimbulkan tanda tanya bagi penutur asli bahasa Inggris, karena pendampingan itu dirasakan ganjil. Lain halnya bila kata sleep didampingin kata soundly, misalnya. Dari contoh itu tampak bahwa leksem tidak hanya mandiri dalam ujaran yang lebih besar melainkan juga dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya. Pendampingan secara tetap itu bersifat tetap dan bagi penutur bahasa berasosiasi tetap dalam sistem bahasanya. Asosiasi dan pendampingan secara tetap suatu leksem disebut kolokasi. Adakalanya kolokasi itu dilanggar dengan sengaja untuk memberi efek tertentu, misalnya dalam karya sastra atau humor. Kadang-kadang diciptakan idiom baru dengan kolokasi yang baru, juga untuk memberi efek tertentu. Perhatikan kalimat-kalimat berikut. (3) Perilaku makhluk yang haus darah itu sangat menakutkan anak-anak yang menontonnya. (4) Anak yatim piatu yang haus kasih sayang orang

Leksem Sebagai Tanda Bahasa

Leksem sebagai Tanda Bahasa Ferdinand de Saussure, peletak dasar linguistik modern yang namanya sudah disebut dalam Bab "Bahasa dan Linguistik", dalam kuliah Linguistik Umum pertama dan keduanya menyatakan bahwa tanda bahasa — ia menyebutnya signe linguistique — yang terjadi dari penanda ( significant dalam bahasa Prancis) bersifat arbitrer. Artinya, hubungan antara penanda dan petanda bersifat tidak wajib atau sembarang saja. Kekecualian hanya ada pada apa yang disebut onomatope dan lambang bunyi, misalnya dalam bahasa Indonesia kata mengetuk yang berasal dari tiruan bunyi [tUk tUk tUk], dan bunyi [i] pada pelbagai kata seperti mungil atau bukit yang dianggap mewakili makna 'kecil'. Jadi, tidak ada alasan mengapa rumah harus bermakna 'rumah', karena kata itu bersifat arbitrer. Dalam buku ini, leksem dianggap sebagai tanda bahasa. Dalam kuliahnya yang ketiga, Saussure menyatakan bahwa ada tanda bahasa yang arbitrer, ada yang tidak arbitrer atau bermoti

Beberapa Konsep Dasar

Beberapa Konsep Dasar Leksikon adalah istilah teknis untuk komponen bahasa sebagaimana dijelaskan di atas. Dalam linguistik aliran Britania digunakan istilah leksis. Istilah populernya, yaitu perbendaharaan kata atau kosakata , mempunyai makna yang sama dengan kedua istilah itu. Cabang linguistik yang mendalami komponen ini disebut leksikologi — untuk bidang ini, aliran linguistik Britania menggunakan istilah leksis. Istilah leksikografi, yang lebih populer, adalah bidang linguistik terapan yang berurusan dengan penyusunan kamus — lihat juga dalam Bab "Berbagai Kajian dalam Linguistik" pada bagian yang membicarakan perkamusan. Konsep dasar dalam leksikologi ialah leksem. Penggunaan istilah ini menimbulkan pertanyaan, apa bedanya dengan kata dan morfem. Hubungan kata dan leksem dapat digambarkan dengan diagram berikut. Jadi, kata adalah leksem, baik leksem tunggal maupun gabungan leksem, yang sudah mengalami proses morfologis, sedangkan morfem adalah satuan yang te

Leksikon Sebagai Komponen Bahasa

Leksikon sebagai Komponen Bahasa Dalam Bab "Bahasa dan Linguistik" telah dikemukakan bahwa salah satu komponen struktur bahasa ialah leksikon. Kalau bahasa dapat diibaratkan sebagai bangunan, leksikon dapat diibaratkan sebagai batu bata, sedangkan gramatika dan fonologi merupakan kerangka bangunan yang mengikat bata-bata itu. Bahwa leksikon berbeda dengan gramatika, hal ini diakui oleh sarjana linguistik yang paling terkemuka dalam abad ke-20, A.N. Chomsky (1977:15). Perhatikan contoh bahasa Inggris yang dikemukakannya. (1) Colourless green ideas sleep furiously. Secara gramatikal, kalimat di atas adalah kalimat yang betul karena subjek green ideas adalah nomina plural sehingga predikatnya menyesuaikan diri. Keterangan furiously pun merupakan bentuk yang betul karena mempunyai sufiks ly. Akan tetapi, kalimat itu secara logis ganjil atau tidak betul, karena gabungan ideas dengan green, apalagi dengan colourless dan dengan predikat sleep, merupakan gabungan yang tidak

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowijojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Fromnkin, Victoria dan Robert Rodman. 1998. An Introducition to Language. Edisi Keenam. Fort Worth: Harcourt Brace College Publisher. Kentjono, Djoko. 2002. "Bab 7: Sintaksis". Dalam Djoko Kentjono (ed.), Dasar-dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Harimurti Kridalaksana. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Moeliono, A.M. 1976. "Pedoman Penulisan Tata Bahasa Struktural". Dalam Yus Rusyana dan Samsuri (ed.), Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Verhaat, J.M.W. (dalam kerja sama dengan Fr. B. Alip dkk.). 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Buku:   Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahas

Kaidah Struktur Frasa

Kaidah Struktur Frasa Diagram pohon struktur frasa merupakan alat formal yang dapat mencerminkan pengetahuan penutur bahasa. Ketika kita berbicara, kita tidak menyadari bahwa kita menghasilkan kalimat-kalimat dengan struktur demikian. Akan tetapi, penelitian memperlihatkan bahwa kita memang menggunakannya ketika kita berbicara atau menyimak. Penutur bahasa Indonesia pastilah menyadari bahwa sebuah frasa nominal (FN) yang terdiri atas kata baru dan baju takluk kepada kaidah yang mengatur urutan kata dalam frasa itu, yakni sebagai berikut. dan bukan Sebaliknya, di dalam bahasa Inggris, diagram pohon untuk struktur frasa yang mirip ialah Dalam bahasa Indonesia standar, diagram pohon untuk FN dengan makna kepemilikan yang ditandai dengan penggunaan pronomina milik adalah sebagai berikut. Di dalam salah satu dialek regional bahasa Indonesia yang terdapat di Papua, diagramnya adalah sebagai berikut. Buku:   Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Kalimat

Kalimat Kalimat dapat dikategorikan berdasarkan lima kriteria, yaitu berdasarkan (1) jumlah dan macam klausa, (2) struktur intern klausa, (3) jenis tanggapan yang diharapkan, (4) sifat hubungan pelaku dan perbuatan, dan (5) ada atau tidaknya unsur ingkar di dalam predikat utama. Berdasarkan jumlah dan macam klausanya, kita dapat menemukan (a) kalimat sederhana atau kalimat tunggal, yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas, contohnya (43)  Mereka menikah kemarin. (b) kalimat bersusun, yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat, contohnya (44)  Mereka sadar bahwa berita itu tidak benar. Perhatikan kata bahwa di dalam kalimat (44) di atas. Kata itu menandai adanya klausa terikat di dalam kalimat di atas, yaitu bahwa berita itu tidak benar. (c) kalimat majemuk atau kalimat setara, yaitu kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa bebas, contohnya (45)  Kami masuk kelompok pertama, sedangkan mereka masuk kelom

Klausa

Klausa Klausa dapat digolongkan berdasarkan distribusi satuannya, yaitu: klausa bebas, yaitu klausa yang dapat berdiri sendiri menjadi kalimat. Penggolongan kalimat yang telah dibicarakan pada bagian sebelum ini pada dasarnya juga merupakan penggolongan klausa juga. klausa terikat, yaitu klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat. Dalam hal ini kita dapat menandai keberadaannya dengan konjungsi tertentu, seperti bahwa atau sehingga, di depan kata-kata selanjutnya. Sebagai contoh, kalimat berikut terbentuk atas satu klausa bebas dan satu klausa terikat. (42) Kami datang sebelum pertunjukan dimulai. Klausa bebas dalam kalimat di atas adalah kami datang. Pertunjukan dimulai dalam kalimat di atas merupakan klausa terikat, yang ditandai dengan pemakaian konjungsi sebelum. Buku:   Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Frasa

Frasa Frasa dapat digolongkan berdasarkan macam strukturnya, yaitu: (a) frasa eksosentris, yaitu frasa yang salah satu pembentuknya berbentuk preposisi, contohnya (37)  di rumah (38)  kepada mereka (b) frasa endosentris, yaitu frasa yang mempunyai induk. Mari kita perhatikan contoh berikut. (39)  kucing hitam Pada frasa kucing hitam di atas, yang menjadi induk adalah kucing. Dalam hal ini, kucing hitam merupakan frasa nominal karena induknya adalah nomina. Karena induk frasa endosentris ditentukan oleh jenis atau kelas katanya, kita akan menemukan pula frasa verbal, frasa adjectiva, frasa adverbial, dan frasa numerial. Frasa yang demikian disebut pula frasa endosentris berinduk tunggal karena mempunyai satu induk. Di samping frasa endosentris berinduk tunggal, frasa endosentris juga dapat berwujud frasa endosentris berinduk ganda, yaitu frasa yang terdiri dari gabungan kata yang (kadang-kadang) disatukan oleh penghubung. Frasa yang demikian disebut pula frasa koordinati

Kata

Kata Kata dapat digolongkan atas dua jenis besar, yaitu partikel dan kata penuh. Partikel adalah 'kata yang jumlahnya terbatas, biasanya tidak mengalami proses morfologis (mengenai hal ini kita dapat melihatnya dalam Bab "Morfologi"), bermakna gramatikal, dan dikuasai dengan cara menghafal'. Di dalam bahasa Indonesia, partikel yang kita kenal misalnya yang, ke, di, dan pada. Kata penuh mempunyai ciri yang berlawanan dengan partikel, yang terutama adalah maknanya bersifat leksikal. Kata penuh masih dibedakan menjadi nomina (yang juga lazim kita kenal sebagai kata benda ), verba (yang juga kita kenal sebagai kata kerja ), adjektiva (yang juga kita kenal sebagai kata sifat ), adverbia (yang juga kita kenal sebagai kata keterangan), preposisi (yang juga kita kenal sebagai kata depan ), konjungsi (yang juga kita kenal sebagai kata sambung ), numeralia (yang juga kita kenal sebagai kata bilangan), dan sebagainya. Buku:   Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Kategori Gramatikal

Kategori Gramatikal Percabangan seperti dalam contoh (32) dalam bahasan di muka dapat juga dijumpai pada banyak sekali kalimat. Tiap-tiap kelompok dalam diagram itu termasuk dalam golongan besar yang mirip. Sebagai contoh, gadis itu termasuk golongan yang mencakup si pelagak, kawan karibku, anak manis ini, dia, dan masih banyak lagi. Setiap anggota golongan masih dapat dipersulihkan dengan gadis itu tanpa memengaruhi kegramatikalan kalimat itu. Makna kalimatnya tentu saja menjadi lain, tetapi bentuknya tetap gramatikal. Mari kita lihat bagian berikut ini. (33) a. Si pelagak             belum datang         b. Kawan karibku     belum datang         c. Anak manis itu      belum datang         d. Dia                        belum datang Golongan ujaran yang dapat saling dipersulihkan tanpa kehilangan kegramatikalannya disebut kategori gramatikal. Kategori gramatikal meliputi kata, frasa, klausa, dan kalimat. Dalam sintaksis, kategori gramatikal itulah yang menjadi satuan analis

Struktur Kalimat

Struktur Kalimat Kata-kata di dalam kalimat takluk kepada kaidah yang mengatur urutan kata dan pengelompokan kata. Perhatikan kalimat di dalam bahasa Indonesia berikut. (32)  Gadis itu memamerkan baju barunya. Pada contoh (32) ada kelompok (gadis itu) dan (memamerkan baju barunya) yang sesuai dengan pembagian subjek dan predikat kalimat itu. Selanjutnya, kita dapat memisahkan objek dari predikatnya sehingga kita memperoleh (memamerkan) dan (baju barunya) serta menguraikan subjeknya menjadi (gadis) dan (itu). Yang menarik ialah uraian baju barunya, yakni ((baju) (baru)) (-nya), bukan (baju) ((baru) (nya)). Bagian dari subbagian kalimat itu dapat dilihat dengan mudah dalam diagram yang disebut diagram pohon. Diagram pohon itu menunjukkan bahwa memamerkan baju baurnya bercabang dua, masing-masing memamerkan dan baju barunya. Percabangan lain, seperti memamerkan baju dan barunya, terasa janggal. Demikian juga percabangan baju barunya menjadi baju dan barunya teras

Hubungan Gramatikal

Hubungan Gramatikal Pengetahuan sintaksis juga memungkinkan kita untuk menentukan hubungan-hubungan gramatikal di dalam kalimat, misanlya subjek atau objek. (29)   Busra mencium Wati. (30)   Wati mencium Busra. (31)   Wati dicium Busra. Pada contoh (29), Busra menjadi subjek yang dipahami sebagai pelaku perbuatan (yang dinyatakan oleh verbanya, yaitu mencium ), sementara Wati adalah objek yang dikenai, atau menjadi sasaran perbuatan. Sebaliknya, dalam contoh (30) Wati adalah subjek yang menjadi pelaku perbuatan, sedangkan Busra adalah objek yang menjadi sasaran perbuatan. Hubungan-hubungan gramatikal pada contoh (29) sama dengan yang terdapat pada contoh (30), tetapi maknanya sama dengan yang ada pada contoh (31), walaupun terdapat perbedaan struktur antara (29) dan (31). Kaidah-kaidah sintaksis mengungkapkan hubungan-hubungan gramatikal antarkata dalam sebuah kalimat serta memperlihatkan kapan perbedaan struktural mengakibatkan perbedaan makna dan kapan tidak mengakibatka

Tafsir Ganda

Tafsir Ganda Pengetahuan sintaksis tidak hanya menetapkan rangkaian mana yang gramatikal dan mana yang tidak gramatikal, tetapi juga menjelaskan tafsir ganda atau ketaksaan (ambiguity). Perhatikan contoh berikut. (27)  laki-laki dan perempuan tua (28) istri kolonel yang nakal itu Kata tua pada contoh (27) dapat menjadi atribut atau keterangan pada perempuan saja, atau baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Kata-kata dalam frasa itu dapat dikelompokkan dengan dua cara. Jika pengelompokannya adalah laki-laki dan (perempuan tua), kita akan memperoleh makna yang pertama. Akan tetapi, jika pengelompokannya adalah (laki-laki dan perempuan) tua, kita memperoleh makna yang kedua. Sedikit berbeda dengan hal di atas, frasa yang nakal pada contoh (28) dapat menjadi atribut atau keterangan pada istri atau pada kolonel. Kata-kata dalam keseluruhan frasa itu dapat dikelompokkan dengan dua cara yang berbeda. Jika pengelompokannya adalah (istri kolonel) yang nakal itu, kita akan memper

Gramatikal dan Tidak Gramatikal

Gramatikal dan Tidak Gramatikal Tata bahasa atau gramatika setiap bahasa mencakup kaidah-kaidah sintaksis yang mencerminkan pengetahuan penutur bahasa atas fakta-fakta tersebut. Misalnya, setiap kalimat merupakan rangkaian kata, tetapi tidak semua rangkaian kata adalah kalimat. Penutur bahasa Indonesia, misalnya, akan mengetahui bahwa kalimat berikut, yang terdiri atas kata-kata yang memiliki makna, ternyata tidak bermakna. (6)  *Kami penggaris toko kemarin di buku membeli Rangkaian kata yang mematuhi kaidah sintaksis disebut apik (well-formed) atau gramatikal. Sebaliknya, yang tidak mematuhi kaidah sintaksis disebut tidak apik (ill-formed) atau tidak gramatikal. Perhatikanlah rangkaian-rangkaian kata berikut ini. Kemudian tandailah bentuk-bentuk yang tidak gramatikal dengan tanda bintang (*) di depannya. (7)   Kami bertemu (8)   Kami mempertemukan. (9)   Kami mempertemukan mereka. (10) Dia tidur. (11) Dia menidurkan. (12) Dia meniduri. (13) Dia menidurkan anaknya.