Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Apakah Semantik Itu?
Pada Bab "Bahasa dan Linguistik", yaitu dalam pembahasan sistem dan struktur bahasa, telah disebutkan bahwa bahasa adalah sebuah sistem yang memadukan dunia makna dengan dunia bunyi. Unsur bunyi bahasa dibahas pada Bab "Aspek Fisiologis Bahasa", sedangkan dunia makna merupakan kajian bidang Semantik. Semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Sekarang, apakah yang dimaksud dengan makna tanda bahasa?Sebuah kata, misalnya buku, terdiri atas unsur lambang bunyi yaitu [b-u-k-u] dan konsep atau citra mental benda-benda (objek) yang dinamakan buku. Menurut Ogden dan Richards (1923) dalam karya klasik tentang "teori semantik segitiga" yang sampai saat ini masih berpengaruh dalam teori semantik, kaitan antara lambang, citra mental atau konsep, dan referen atau objek dapat dijelaskan dengan gambar dan uraian sebagai berikut.
Makna kata buku adalah konsep tentang buku yang tersimpan dalam otak kita dan dilambangkan dengan kata buku. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semantik mengkaji makna tanda bahasa, yaitu kaitan antara konsep dan tanda bahasa yang melambangkannya.
Gambar segitiga Ogden dan Richards di atas menunjukkan bahwa di antara lambang bahasa dan konsep terdapat hubungan langsung, sedangkan lambang bahasa dengan referen atau objeknya tidak berhubungan langsung (digambarkan dengan garis putus-putus) karena harus melalui konsep. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa dan realitas bukanlah dua hal yang identik; kata tidak sekadar merupakan etiket yang ditempelkan pada benda-benda, peristiwa, atau keadaan di dunia nyata karena dalam kata terkandung pula cara pandang suatu masyarakat bahasa terhadap realitas.
Untuk memahami keterangan di atas, mari kita perhatikan contoh berikut. Di dalam kosakata warna bahasa Indonesia digunakan kata tua dan muda untuk membedakan ketajaman sinar gelombang warna sehingga ada kata cokelat tua, cokelat muda, biru tua, biru muda, dan sebagainya. Dalam bahasa Jerman ketajaman sinar gelombang warna dibedakan menjadi tiga, yaitu dunkel (gelap), mittel (tengah), dan hell (terang) sehingga ada kata dunkelbraun (cokelat tua), mittelbraun (cokelat antara tua dan muda) dan hellbraun (cokelat muda), dunkelblau (biru tua), mittelblau (biru antara tua dan muda), dan hellblau (biru muda).
Perbandingan kosakata warna bahasa Indonesia dan bahasa Jerman di atas memperlihatkan bahwa unsur luar bahasa yang sama — dalam hal ini warna — diklasifikasikan berbeda dalam dua masyarakat bahasa yang berbeda — masyarakat bahasa Indonesia dan masyarakat bahasa Jerman. Hal itu dipengaruhi oleh cara pandang penutur bahasa Jerman dan bahasa Indonesia terhadap warna. Perbedaan tersebut disimpan dalam konsep dan terlihat dalam kosakata warna bahasa Indonesia dan bahasa Jerman.
Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa
Comments
Post a Comment