Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Aksara dan Ejaan

Aksara dan Ejaan

Aksara dan Ejaan

Harimurti Kridalaksana dan Hermina Sutami


Pengantar

Berdasarkan pengertian dalam linguistik, bahasa merupakan sistem tanda bunyi yang digunakan oleh pemakainya untuk berkomunikasi dan untuk pelbagai keperluan lainnya. Dalam pengertian di atas, yang dimaksud adalah bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan hal yang utama dan mendasar yang dimiliki manusia. Sejak usia prasekolah kita sudah dapat bercakap-cakap atau menggunakan bahasa lisan. Hampir semua bahasa di dunia ini menggunakan bunyi sebagai wahana penyampaian pikiran dan perasaan.

Namun, di sisi lain, bahasa juga mempunyai wujud tulis yang merupakan hasil perkembangan budaya, yakni bahasa tulis. Unsur utama bahasa tulis adalah tulisan. Dalam bahasa lisan, bunyi merupakan unsur utamanya; sedangkan dalam bahasa tulis, tulisanlah unsur utamanya. Dengan demikian, bahasa mempunyai dua wahana untuk mewujudkannya, yaitu bunyi dan tulisan.

Yang perlu kita pahami ialah ketidakbenaran dugaan bahwa tanpa tulisan tidak ada bahasa. Dugaan ini tidak betul, mengingat banyak bahasa di dunia tidak mempunyai tulisan. Walaupun tidak mengenal tulisan, anggota masyarakat yang bersangkutan dapat berkomunikasi dengan menggunakan bunyi-bunyi yang disebut bahasa lisan. Bahkan, sudah diutarakan di atas bahwa sejak kanak-kanak kita sudah dapat berbicara atau berbahasa sebelum belajar menulis atau mengenal tulisan. Coulmas (1989:10-11) mengatakan bahwa "writing is a tool which, [...] serves as a means of extending the power of people over nature and their fellow human beings". Dari pendapat sarjana itu, tampak jelas bahwa tulisan hanya merupakan alat saja, bukan sesuatu yang hakiki seperti bahasa lisan.

Linguistik sebagai ilmu tentang bahasa tidak hanya menyelidiki wujud lisan bahasa saja, tetapi juga wujud tulisnya. Penelitian linguistik tentang tulisan sudah dilakukan sejak awal abad Masehi, Plotinus, filsuf Yunani yang lahir dan dibesarkan di Mesir pada abad ke-3 SM, sudah meneliti aksara hieroglif di Mesir. Filsur ini berpendapat bahwa aksara hieroglif tidak mempunyai hubungan dengan bunyi bahasa. Namun, peneliti Prancis, Francois Champollion pada tahun 1822 menyatakan adanya hubungan di antara keduanya. Pendapat tersebut diperoleh dengan membandingkan tulisan-tulisan di atas Batu Rosetta yang ditemukan di delta barat Sungai Nil oleh pasukan Napoleon. Batu Rosetta ini ditulis dalam bahasa Yunani dan Mesir. Bahasa Mesir ditulis dalam aksara hieroglif dan demotika (bentuk kursif hieroglif) (Coulmas 1989:61, 214; Gelb 1952:72). Di Cina penelitian itu dilakukan sejak Dinasti Han (206 SM-220 M). Hanya saja, pada waktu itu istilah linguistik belum dikenal sehingga orang awam menganggapnya bukan sebagai penelitian linguistik.

Tulisan berada dalam suatu sistem yang disebut sistem tulisan atau aksara. Gelb (1952:12) mengatakan bahwa tulisan adalah "'a system of human intercommunication by means of conventional visible marks [...]'", atau 'sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan sarana konventional yang bersifat visual'. Sebagai sebuah sistem, aksara mencakup aturan menulis, urutan abjad (misalnya dalam abjad latin dimulai dari a hingga z), cara melafalkan abjad, struktur karakter (misalnya karakter han pada bahasa Mandarin berstruktur atas bawah, kiri kanan, luar dalam) dan sebagainya. Tulisan merupakan ciptaan manusia yang sangat berguna, karena dapat menembus batas ruang dan waktu. Melalui tulisanlah kita mengetahui apa yang terjadi lebih dari 2.000 tahun yang lalu di pelbagai tempat di dunia ini.

Bab ini akan menguraikan asal mula dan perkembangan aksara, aksara dalam sistem bahasa, serta aksara dalam kehidupan sehari-hari.


Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau