Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Aksara Han

Aksara Han

Aksara Han

Aksara ketiga yang menurunkan apa yang kita kenal dengan huruf kanji adalah aksara han. Aksara han digunakan oleh suku Han (mayoritas penduduk RRC) yang pada masa primitif mendiami lembah Sungai Kuning. Bukti tertua tentang aksara han yang berbentuk gambar (piktogram) ditemukan dekat Distrik An Yang, Provinsi Henan. Tempat ini diperkirakan merupakan ibu kota Dinasti Shang (tahun 1600-1066 SM). Berdasarkan bukti tersebut, para ahli memperkirakan bahwa aksara han sudah ada pada Dinasti Shang, atau bahkan lebih awal lagi, yakni pada Dinasti Xia, sekitar abad ke-21 sebelum Masehi. Legenda tentang pencipta karakter bernama Cang Jie mengatakan umur karakter han berkisar sekitar 5.000-6.000 tahun yang lalu. Aksara han kuno ditulis di atas kulit penyu dan tulang lembu. Tulisan pada kedua jenis itu berisi ramalan tentang bencana alam, penemuan baik-buruknya peruntungan, dan sebagainya.

Aksara Han

Dalam perkembangan selanjutnya, aksara han mengalami evolusi dari aksara han kuno yang bentuknya menyerupai benda yang ditirunya sampai menjadi aksara han yang hanya terdiri atas guratan-guratan tidak beraturan.

Aksara han tidak terlepas dari bahasanya, yakni bahasa Han. Bahasa Han menyebar ke negeri tetangganya. Ini dibuktikan dengan banyaknya kata serapan pada bahasa-bahasa di sekitarnya, antara lain bahasa Indonesia, yang berasal dari bahasa itu. Namun, aksara han tidak menyebar ke barat dan selatan, tetapi ke arah timur, yakni Jepang dan Korea. Akan tetapi, Vietnam yang terletak di selatan ternyata juga menyerap aksaranya. Kata-kata yang diserap dalam bahasa Indonesia tidak ditulis dalam aksara han, tetapi dengan huruf latin. Kata sampan dalam bahasa Indonesia yang merupakan kata serapan dari bahasa Hokkian — salah satu bahasa daerah di Cina — yang ditulis 三板 dan berbunyi sampan. Siapa tidak kenal becak? Nama kendaraan beroda tiga yang ditarik oleh manusia itu ternyata berasal dari bahasa Hokkian. Dalam bahasa itu kata becak berbunyi bhe chia dengan karakter 马车. Dalam bahasa asalnya, bhe chia merupakan kendaraan untuk mengangkut penumpang yang ditarik oleh kuda, bukan oleh manusia. Siapa tidak kenal kue yang enak dimakan sore hari sebagai teman minum teh? Kedua kata itu pun berasal dari bahasa Hokkian, koe dan te.

Perkembangan Aksara Han

Aksara han bersifat mortemis. Satu karakter merupakan satu morfem sekaligus satu suku kata. Misalnya 饭 mempunyai bunyi, sekaligus makna dan ton tertentu. Jadi karakter 饭 berbunyi fan, bermakna 'makanan', berton turun atau ton 4.

Aksara ini masuk ke Jepang sekitar abad ke-5 ketika terjadi kontak budaya dan perdagangan antara kedua negeri itu (Gelb 1952:159). Namun, menurut legenda Jepang, aksara itu dibawa oleh sarjana Korea bernama wani. Bukti yang dapat dipercayai mengatakan bahwa pada abad ke-7 Masehi aksara han sudah digunakan secara luas di Jepang (Coulmas 1989:122-123). Setelah diserap oleh orang Jepang, aksara itu berubah nama menjadi kanji. Kata kanji dalam bahasa Mandari berbunyi hanzi, dengan karakter 汉字, yang berarti 'karakter han'. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak huruf Kanji yang digunakannya dalam kegiatan tulis-menulis.

Kalau di Cina karakter han merupakan satu-satunya aksara yang digunakan dalam tulis-menulis, Jepang masih memiliki dua aksara lain yang juga berasal dari Cina, yakni katakana dan hiragana. Kedua aksara ini berasal dari Cina dan bersifat silabis. Katakana berasal dari bagian karakter han jenis kaishu [k'aiʂu] 楷书 'aksara baku' dalam bentuk rumit ( 繁体字 ) yang juga digunakan pada masa sekarang di Taiwan. Adapun katakana digunakan untuk menuliskan nama-nama asing ke dalam bahasa Jepang. Contoh berikut ini memperlihatkan penyederhanaan kaishu menjadi katakana dengan tetap mempertahankan bunyi vokal dari bahasa aslinya.

Perbandingan Katakana Dengan Karakter Han

Di samping katakana, ada juga hiragana. Keduanya berbeda dalam bentuk saja. Hiragana pun berasal dari aksara han jenis caoshu [tç'aosu] 书 草 'aksara rumput'yang secara sekilas tampak seperti rumput ilalang dan biasa digunakan pada kaligrafi. Sama seperti katakana, hiragana juga dilafalkan dalam bahasa Jepang, digunakan bersama-sama dengan huruf kanji dalam surat kabar, surat menyurat, dan kehidupan sehari-hari.

Aksara han menyebar terus ke timur ke arah Korea pada abad ke-7 M. Di Korea nama aksara han berubah menjadi hanja. Di samping itu Korea masih memiliki aksara yang dinamakan han'gul. Aksara han juga menyebar ke tenggara, negara Vietnam. Di negeri itu aksara han diberi nama Chu nom. Dokumen yang ditemukan menyebutkan bahwa sejak tahun 1343 dokumen ditulis dengan menggunakan aksara han (Coulmas 1989:113-135).


Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara