Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Aksara dalam Sistem Bahasa

Aksara dalam Sistem Bahasa

Aksara dalam Sistem Bahasa

Telah diutarakan pada subbab 1 bahwa bahasa mempunyai dua wahana untuk mewujudkannya, yaitu bunyi dan tulisan. Melalui bunyi dikenal bahasa lisan, melalui tulisan dikenal bahasa tulis. Peranti bahasa tulis adalah aksara atau sistem tulisan. Aksara terdiri dari unsur yang berwujud huruf seperti pada bahasa Indonesia, bahasa Inggris, atau karakter seperti pada bahasa Mandarin.

Aksara terdiri dari aksara alfabetis, aksara silabis, dan aksara morfemis. Pada aksara alfabetis satu huruf mewakili satu konsonan atau satu vokal. Contoh bahasa yang menggunakan aksara alfabetis antara lain bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pada aksara silabis atau silabe atau suku kata terdiri dari 1 konsonan dan 1 vokal, contohnya bahasa Jepang dan bahasa Jawa. Pada aksara morfemis satu morfem mewakili seperangkat bunyi, satu ton, dan satu makna. Aksara demikian kita temukan pada bahasa Mandarin.

Aksara digunakan untuk menggambarkan unsur-unsur wicara secara tertulis, tetapi tidak ada aksara yang dapat menggambarkannya secara sempurna. Unsur suprasegmental seperti intonasi, tekanan, dan jeda tidak dapat digambarkan oleh aksara. Kalimat makan yang berintonasi tanya atau perintah tidak tampak dari susunan huruf m + a + k + a + n. Hanya dengan bantuan tanda-tanda dalam ejaan seperti tanda tanya dan tanda seru baru diketahui makna kalimat makan. Tanda lain seperti huruf besar, koma, titik sering digunakan untuk menandai ciri suprasegmental bahasa lisan di dalam bahasa tulis. Namun, bahasa Inggris atau Rusia, yang memiliki unsur suprasegmental yang bersifat fonemis seperti tekanan, tetapi tidak dapat diwujudkan melalui aksara. Jadi, walaupun ada aksara dan ejaan, banyak unsur bahasa lisan yang tidak dapat dituliskan.

Dalam bah "Fonologi" pada buku ini akan dijelaskan bahwa fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu membedakan makna. Fonem itu — unsur bahasa lisan — akan diwujudkan dalam bentuk tulis melalui huruf. Kemudian timbul pertanyaan, apakah satu fonem diwujudkan oleh satu huruf? Mengenai hubungan antara fonem atau bunyi dan huruf, ada beberapa jenis sistem yang dipakai. Pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) hampir semua fonem digambarkan oleh satu huruf, kecuali beberapa fonem. Sebagai contoh, fonem /ñ/ digambarkan oleh dua huruf, yaitu n dan y, pada kata nyanyi [ñañi], sedangkan fonem /ɳ/ digambarkan oleh huruf n dan g pada kata siang [siaɳ].

Dalam bahasa Perancis kesepadanan antara bunyi dan huruf hanya bersifat searah, maksudnya lafal untuk huruf-huruf tertentu selalu tetap, tetapi untuk bunyi tertentu ada beberapa cara mengeja. Sebagai contoh, suku kata yang berbunyi [si] mempunyai lima wujud tulisan, seperti pada kalimat yang berbunyi [si si sã si si si si sã si siprÉ›] Si six cents six scies scient six cents six cypres ... 'kalau enam ratus enam gergaji menggergaji enam ratus enam pohon sipres...'; bunyi [o] menggambarkan 6 kata yang mempunyai makna berbeda, yakni au, aux, eau, haut, oh, os.

Pada bahasa Inggris satu fonem diwakili oleh lebih dari satu huruf. Fonem /f/ dituliskan menjadi f pada kata flight, four, freeze, funny, dan future atau ph pada kata phone, phonetics, phonology, dan physics. Sebaliknya, huruf yang sama sering menggambarkan bunyi yang berbeda-beda. Huruf ou dilafalkan menjadi bunyi [a], [ɔ], [ʌ], [u], [ə], seperti dalam bough, cough [kɔf] 'batuk', rough [rʌf] 'kasar', route [ruwt] 'rute', thorough [thəra] 'saksama', dan through [thruw] 'selesai'. Mengapa bahasa Inggris mempunyai sistem yang demikian ruwet, sedangkan bahasa Indonesia tidak? Memang bahasa-bahasa yang memiliki ejaan yang agak baru biasanya menciptakan ejaan yang lebih teratur. Pada bahasa yang sudah lama tumbuh, seperti bahasa Inggris, ejaan historis sering tetap dipertahankan, misalnya dalam kata island dan knot sekarang ini bunyi [s] dan [k] tidak dilafalkan, sedangkan dalam bahasa Inggris yang kuno bunyi-bunyian itu diucapkan.

Pada subbab di atas digunakan istilah huruf. Istilah lain yang juga lazim dalam linguistik ialah graf dan grafem. Yang dimaksud dengan graf ialah 'satuan terkecil dalam aksara yang belum ditentukan statusnya', sedangkan grafem ialah 'satuan terkecil dalam aksara yang menggambarkan fonem, suku kata, atau morfem' — bergantung pada sistem tulisan dari bahasa yang bersangkutan. Dalam aksara latin setiap grafem menggambarkan satu fonem, misalnya grafem a,b,c masing-masing menggambarkan fonem /a/, /b/, /c/. Dalam aksara han setiap grafem menggambarkan satu morfem, misalnya grafem 饭 menggambarkan sebuah morfem yang berbunyi fan berton turun dan bermakna 'makanan'.

Perhatikan penjelasan di bawah ini.

Bahasa Indonesia


Bahasa Mandarin

Seperti halnya fonem mempunyai alofon, morfem mempunyai alomorf, grafem juga mempunyai alograf. Alograf adalah varian grafem yang pemunculannya sesuai dengan posisinya. Contoh berikut ini menggambarkan grafem beserta alografnya dari aksara arab dan aksara han.

Aksara Arab dan Han



Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara