Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Aksara dalam Kehidupan Sehari-hari

Aksara dalam Kehidupan Sehari-hari

Aksara dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat yang telah mengenal tulisan, kita selalu berhubungan dengan aksara. Aksara menyangkut pelbagai aspek kehidupan, misalnya pengajaran bahasa, seni menulis indah atau kaligrafi, dan corat-coret di dinding atau grafiti.

Mengenai pengajaran bahasa, para ahli pengajaran bahasa meneliti aksara dalam hubungan dengan kemampuan baca tulis. Kedua kemampuan itu diperoleh melalui proses dari tahap awal sampai tahap mahir. Proses itu diteliti oleh para pakar pengajaran bahasa guna menghasilkan metode untuk mengajarkannya.

Proses membaca pada tahap awal tidak dapat dipisahkan dari proses menulis pada tahap awal, hingga keduanya dikuasai sekaligus; demikian pula cara mengajarkannya. Ada beberapa metode dalam mengajarkan baca tulis pada tahap awal. Penganjur metode sintetis berpendapat bahwa pelajar tidak hanya menguasai cara membaca dan menulis huruf satu demi satu, melainkan juga harus dapat merangkaikan huruf-huruf itu ke dalam kata, dan merangkaikan kata-kata ke dalam satuan yang lebih besar lagi. Penganjur metode analitis berpendapat sebaliknya, yakni pelajar dapat membaca dan menulis satuan-satuan yang besar menjadi satuan yang lebih kecil. Metode yang agak lain — metode global — mengajarkan murid menguasai kata dan kalimat, tetapi tidak mengajarkan kata yang membentuk kalimat, suku kata yang membentuk kata atau huruf yang membentuk kata. Akibatnya murid hanya pandai membaca dan menuliskan kata-kata dan kalimat-kalimat yang diajarkan. Hal itu disebabkan karena mereka menghafalkan sebuah kata sebagai satu keutuhan, tetapi tidak tahu komposisi huruf, suku kata dan kata yang membentuk kata dan kalimat.

Metode lain yang juga pernah digunakan di sekolah-sekolah untuk baca tulis tahap awal adalah metode silabis. Metode ini kurang praktis karena komposisi fonemis suku kata bahasa Indonesia dan bahasa daerah tidak terlalu sederhana. Aksara jawa yang bersifat silabis pun harus menggunakan huruf bantu atau tanda diakritis (yang disebut pasangan) untuk dapat menggambarkan suku kata bahasa Jawa secara memadai.

Dewasa ini di sekolah-sekolah digunakan metode gabungan analitis-sintetis. Murid mula-mula dibiasakan mengenal huruf satu per satu, lalu gabungan huruf dalam suku kata, kata dan kalimat, kemudian kembali mengenal huruf itu secara terpisah, seperti tampak pada contoh di bawah ini.

Pengenalan Huruf

Metode ini ternyata tidak terlalu sulit, anak-anak dapat membaca dan menulis dalam waktu singkat.

Mengenai gaya tulisan, mana yang baik, tulisan tegak atau tulisan miring? Dahulu banyak teori yang diajukan untuk menjawab pertanyaan itu; ternyata kesahihannya sulit dibuktikan. Dalam metode menulis permulaan sekarang ini yang dipentingkan ialah mengajarkan murid dapat menulis dengan rapi dan jelas. Bagaimana caranya?

Mengingat tulisan murid sekolah dasar sekarang ini terkesan "cakar ayam", mungkin latihan menulis indah seperti beberapa puluh tahun lalu perlu dihidupkan kembali.

Aksara juga berhubungan dengan seni menulis indah atau kaligrafi. Kaligrafi cina, jepang, arab, gotik, dan sebagainya telah berkembang selama berabad-abad. Dalam kaligrafi arab timbul gaya kufi, gaya naskhi, gaya magribi, gaya tughra, dan sebagainya. Dalam kaligrafi cina jenis karakter yang digunakan adalah karakter caoshu [tç'aosu] 书 草 atau karakter rumpu yang berbentuk seperti rumput ilalang dan karakter xingshu [cinsu] 书 行atau karakter sambung yang lebih "berbentuk" daripada karakter rumput seperti tampak di bawah ini (Willets 1981:163,165) beserta kaligrafi arab (Badawiy 1987:117).

Beberapa Jenis Kaligrafi

Seni menulis indah tidak hanya muncul dalam bentuk kaligrafi saja, tetapi banyak orang yang menuliskan kata-kata atau kalimat dengan menggunakan gaya aksara tertentu atau gabungan dua aksara sehingga menimbulkan kesan indah.

Sternberg

Penggunaan aksara dalam kehidupan sehari-hari yang kerap kita temui di dinding, pohon, tembok, pintu toko, batu adalah corat-coret kata atau kalimat yang dipadukan dengan gambar. Corat-coret yang sudah berlangsung ribuan tahun ini disebut grafiti (grafiti dalam bahasa Italia, bentuk jamak dari graffito). Tidak semua corat-coret atau gambar di dinding dapat dikategorikan sebagai grafiti yang mengandung nilai seni. Sebuah grafiti mengandung nilai seni jika dapat memberi kesan dekoratif dan ornamental. Tetapi ada kalanya sebuah grafiti merupakan ekspresi rasa kecewa, marah, frustasi, dan benci. Pengungkapan perasaan negatif itu memberi kesan vulgar sehingga dianggap sebagai vandalisme.

Grafiti terdiri atas tiga jenis: tulisan, gambar, dan campuran tulisan dan gambar. Pada tahun 1945 banyak corat-coret tembok dan trem berisi semboyan seperti Sekali merdeka tetap merdeka! dan Berontak terus!. Dewasa ini kata-kata grafiti berbeda dengan tahun 1945. Hal itu bergantung pada situasi dan kondisi masyarakat. Grafiti berbentuk gambar yang mudah ditemukan di jalan-jalan terdapat pada truk antarkota di bagian penutup bak belakangnya. Grafiti pada truk-truk biasanya berupa gambar wanita seksi dalam posisi tertentu dengan disertai tulisan Kutunggu kedatanganmu. Ada juga yang berupa gambar seorang ibu dengan tulisan Kasih ibu sepanjang jalan. Contoh grafiti disajikan berikut ini.

Contoh Grafiti



Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau