Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Referensi dan Inferensi
Referensi (reference) adalah 'hubungan di antara unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa dengan lambang yang dipakai untuk mewakili atau menggambarkannya' — lihat pula Bab "Semantik". Referensi, di dalam kajian pragmatik, merupakan cara merujuk sesuatu melalui bentuk bahasa yang dipakai oleh seorang penutur atau penulis untuk menyampaikan sesuatu kepada mitra tutur atau pembaca.Berkaitan dengan referensi adalah inferensi (inference). Inferensi adalah 'pengetahuan tambahan yang dipakai oleh mitra tutur atau pembaca untuk memahami apa yang tidak diungkapkan secara ekplisit di dalam ujaran'.
Untuk memahami referensi dan inferensi, mari kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(17) Seseorang suka mendengarkan musik dangdut.
(18) Orang itu suka mendengarkan musik dangdut.
(19) Orang suka mendengarkan musik dangdut.
Sebagai penutur bahasa Indonesia, kita mengetahui bahwa seseorang adalah 'orang yang tidak dikenal' dan orang itu adalah orang yang ada di dekat kita bicara (selanjutnya bisa kita lihat di dalam bagian yang memaparkan Deiksis dalam bab ini). Kalimat (17) di atas mempunyai referensi tak takrif, artinya referensi yang tidak tentu. Kalimat (18) mempunyai referensi takrif, apa yang dirujuknya jelas dan bertolak pada rujukan tertentu (kita juga akan melihatnya pada bagian Deiksis), sedangkan kalimat (19) mempunyai referensi generik, tidak merujuk kepada sesuatu yang khusus, dan lebih menekankan pada sesuatu yang umum.
Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa
Comments
Post a Comment