Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Gramatikal dan Tidak Gramatikal
Tata bahasa atau gramatika setiap bahasa mencakup kaidah-kaidah sintaksis yang mencerminkan pengetahuan penutur bahasa atas fakta-fakta tersebut. Misalnya, setiap kalimat merupakan rangkaian kata, tetapi tidak semua rangkaian kata adalah kalimat. Penutur bahasa Indonesia, misalnya, akan mengetahui bahwa kalimat berikut, yang terdiri atas kata-kata yang memiliki makna, ternyata tidak bermakna.(6) *Kami penggaris toko kemarin di buku membeli
Rangkaian kata yang mematuhi kaidah sintaksis disebut apik (well-formed) atau gramatikal. Sebaliknya, yang tidak mematuhi kaidah sintaksis disebut tidak apik (ill-formed) atau tidak gramatikal.
Perhatikanlah rangkaian-rangkaian kata berikut ini. Kemudian tandailah bentuk-bentuk yang tidak gramatikal dengan tanda bintang (*) di depannya.
(7) Kami bertemu
(8) Kami mempertemukan.
(9) Kami mempertemukan mereka.
(10) Dia tidur.
(11) Dia menidurkan.
(12) Dia meniduri.
(13) Dia menidurkan anaknya.
(14) Dia meniduri buku saya.
(15) Mereka memperlakukan.
(16) Mereka memperlakukan kami.
(17) Mereka memperlakukan kami dengan baik.
(18) Busra menganggap.
(19) Busra menganggap Wati.
(20) Busra menganggap Wati benar.
(21) Busra menganggap Wati wanita paling cantik di dunia.
Sebagai penutur bahasa Indonesia yang baik, Anda akan memberi tanda bintang pada bentuk (8), (11), (12), (15), (16), (18), dan (19). Jika benar, hal itu memperlihatkan bahwa penilaian atas kegramatikalan kalimat tidak bersifat pribadi, melainkan berdasarkan kaidah yang disepakati bersama oleh penutur bahasa Indonesia, seperti berikut ini.
(a) Kaidah-kaidah sintaksis yang menjelaskan kemampuan untuk memberi penilaian seperti di atas meliputi sejumlah aturan, di samping kaidah tentang urutan kata.
(b) Kaidah yang mengharuskan kehadiran sesuatu (objek) setelah kata seperti mempertemukan, menidurkan, dan meniduri, yang masing-masing terdapat pada contoh (9), (13), dan (14).
(c) Kata memperlakukan seperti pada contoh (17) mempunyai ciri yang berbeda dari kata seperti mempertemukan dan meniduri karena kata itu tidak cukup hanya diikuti oleh objek (kami), tetapi juga oleh keterangan (dengan baik).
(d) Kata menganggap seperti pada contoh (20) dan (21) mempunyai ciri yang lain lagi. Alih-alih cukup diikuti oleh hanya suatu objek yang terdiri dari satu kata atau frasa, kata seperti itu harus diikuti oleh klausa seperti Wati benar pada contoh (20), dan Wati (adalah) wanita paling cantik di dunia pada contoh (21).
Kemampuan untuk menilai gramatikal kalimat tidak bergantung pada pernah-tidaknya kita mendengar sebelumnya. Mungkin Anda belum pernah mendengar kalimat (22) berikut. Namun, pastilah Anda dapat menerimanya sebagai kalimat yang gramatikalnya berdasarkan pengetahuan sintaksis bahasa Indonesia Anda.
(22) Didampingin istri pertamanya, presiden terpilih Pardamean Tobing akan melakukan kunjungan muhiban ke kerajaan Humbang Barat di Tapanuli.
Penilaian atas kegramatikalan kalimat tidak bergantung pada apakah kalimat itu bermakna atau tidak. Hal ini dapat kita lihat pada contoh-contoh berikut, yang masing-masing berasal dari bahasa Inggris (23) dan bahasa Indonesia (24).
(23) Colorless green ideas sleep furiously.
(24) Baju barunya itu sudah kumal sejak dimuliakannya besok.
Tentu Anda akan dapat menangkap keanehan kalimat-kalimat itu. Akan tetapi, keanehannya itu bukan pada soal kegramatikalannya — karena kalimat-kalimat itu memang mematuhi kaidah sintaksis bahasa masing-masing — melainkan pada soal kebermaknaannya. Berbeda halnya dengan keanehan pada rangkaian kata berikut.
(25) Furiously sleep ideas green colorless.
(26) Besok dimuliakannya sejak kumal sudah itu barunya baju.
Keanehan bentuk-bentuk itu terletak pada kegramatikalannya dan, tentu saja, pada kebermaknaannya juga.
Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa
Comments
Post a Comment