Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Wacana

Wacana

                                                            Wacana

                                                    Untung Yuwono



Pengantar

Setiap bidang dalam linguistik mempunyai satuan analisis. Fonologi, misalnya, mempunyai fonem sebagai objek telaah. Peneliti morfologi mengkaji, morf, morfem, dan alomorf. Ahli sintaksis meneliti kata, frasa, klausa, dan kalimat sebagai satuan analisisnya. Wacana merupakan satuan yang ditelaah dalam bidang analisis wacana. Lalu, apa itu wacana? Bab ini menjelaskan batasan, ciri-ciri, jenis, struktur, dan kepaduan wacana sebagai topik yang umumnya dikaji dalam analisis wacana.

Sering kita mendengar orang mengatakan seperti, "Pemilihan umum langsung di Indonesia merupakan wacana yang menarik saat ini." Pada kesempatan lain, ada orang yang secara lantang menyatakan, "Ah, itu kan sekadar wacana." Meskipun tidak ada konteks yang menyertai dua kalimat tersebut, terasa jelas bagi kita bahwa makna wacana dalam kedua kalimat tersebut bernuansa. Wacana yang disebutkan dalam kalimat pertama cenderung bebas dari nilai rasa (konotasi), sedangkan yang kedua bernilai rasa (berkonotasi) negatif. Jika dinyatakan secara pasti, wacana dalam pemakaian pertama bermakna 'topik pembicaraan; topik diskusi; bahasan', sedangkan dalam pemakaian kedua cenderung bermakna 'topik atau bahasan yang ringan, yang sepele, yang tidak penting, yang sambil 'lalu'. Lalu, mengapa dapat demikian? Apakah kata wacana memiliki banyak makna?

Kata wacana di atas digunakan secara awam. Tentu hal ini dapat disejajarkan dengan pemakaian kata bahasa secara awam, sebagaimana yang telah dipaparkan dalam Bab "Bahasa dan Linguistik", misalnya dalam pemakaian bahasa cinta, bahasa bunga, bahasa warna, dan bahasa tubuh. Namun, dari sudut linguistik, bahasa merupakan istilah yang mempunyai satu makna. Lalu, apa makna wacana sebagai istilah dalam bidang analisis wacana?

Wacana adalah 'kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa'. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Di samping itu, wacana juga terikat pada konteks. Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, tuturan atau inskripsi, yang mengacu pada makna yang sama, yaitu 'wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar'.

Gambar berikut, sebagai contoh, memperlihatkan sebuah wacana berita. Sebuah wacana berita yang dimuat di dalam surat kabar mengandung kesatuan makna antarbagian.

Wacana Berita

Dengan adanya kesatuan makna antarbagian, yaitu antarkata, antarkalimat, antarparagraf, antara judul dan isi, antara teras berita (lead) dan tubuh berita (body), pembaca berita itu tentu dapat memahami teks berita itu dengan mudah. Salah satu tujuan analisis wacana adalah mengamati kesatuan wacana itu. Dengan demikian, dalam analisis wacana tidak ditelaah satu kalimat saja atau satu paragraf saja, namun keseluruhan teks, termasuk kaitan antara wacana itu dan konteksnya, seperti ada (situasi) apa di balik berita itu dan mengapa penulis memaparkan konteks itu dengan cara tertentu.


Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau