Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Aksara Hieroglif

Aksara Hieroglif

Aksara Hieroglif

Aksara ini berasal dari Mesir. Contoh hieroglif berbentuk gambar dari suatu benda atau suatu perbuatan (Coulmas 1989:62) disajikan sebagai berikut.

Aksara Hieroglif

Perbedaan waktu kemunculan hieroglif dengan aksara paku tidak terlalu jauh. Diperkirakan hieroglif berasal dari aksara paku, karena kemudian di Mesir juga berkembang aksara silabis. Hieroglif Mesir ini menurunkan aksara semit kuna yang mempunyai dua cabang: semit utara dan semit selatan. Salah satu anak cabang aksara semit utara menurunkan aksara fenesia yang bersifat silabis, yang digunakan bangsa Fenesia yang hidup di pantai timur Laut Tengah (sekarang Lebanon). Pada sekitar tahun 1500 sebelum Masehi, dibuat 22 suku kata dari aksara fenesia. Dalam sistem itu, setiap tanda melambangkan satu konsonan, yang diikuti oleh satu vokal.

Aksara fenesia menurunkan aksara yunani yang mempengaruhi timbulnya aksara latin. Aksara yunani dan latin masih menunjukkan kemiripannya dengan aksara semit kuna. Beberapa modifikasi terhadap aksara semit kuna yang bersifat silabis menghasilkan aksara yunani yang bersifat alfabetis. Pada aksara yunani ini satu huruf mewakili satu konsonan atau vokal. Kemiripan antara huruf yunani, latin, dan semit kuna dapat dengan mudah dikenali dari bentuknya, seperti yang tampak pada ilustrasi berikut (Gelb 1952:177)

Perbandingan Huruf Dari Beberapa Aksara

Aksara yunani diserap oleh orang Romawi yang menghasilkan aksara latin yang juga bersifat alfabetis. Pada abad-abad pertama Masehi aksara latin menyebar ke seluruh dunia dan sampai di Indonesia sekitar abad ke-16 bersamaan dengan penyebaran agama Kristen. Aksara latin inilah yang digunakan dalam bahasa Indonesia.

Di samping aksara fenesia yang menurunkan aksara yunani, cabang lain dari aksara semit utara adalah aksara aramea. Aksara ini antara lain menurunkan aksara brahmi yang mempunyai cabang bernama aksara pallawa yang digunakan di India Selatan pada abad ke-4 M. Aksara pallawa menyebar ke Nusantara bersamaan dengan penyebaran agama Hindu dan Buddha. Aksara pallawa berasal dari India Selatan dengan bahasanya yang bernama Sanskerta. Masuknya bahasa Sanskerta ke Nusantara tampak dari banyaknya kata serapan dalam bahasa Indonesia. Bagi bahasa daerah, pengaruh itu tampak di bidang aksaranya. Beberapa bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Bali, Batak, Rejang, dan Bugis, menggunakan aksara pallawa sebagai wujud bahasa tulisnya.

Di bawah ini disajikan contoh aksara yang ada pada bahasa daerah di Indonesia serta bagan silsilah aksara berikut.

Silsilah Aksara



Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara