Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Catatan Akhir

Catatan Akhir

Catatan Akhir


(1) Mengenai kisah rokok Agus Salim ini bisa dilihat di Mark Hanusz, Kretek; Cultural and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes, Indonesia: Equinox, 2000, p.3

(2) Seperti apa timeline sejarah rokok dunia, Tara Parker mengajukan sebuah tabel ringkas yang merangkum momen penting perkembangan rokok sejak tahun 1942 sampai 2000, lihat Tara Parker — Pope, Cigarettes: Anatomyof an Industry froom Seed to Smoke, New York: The New Press, 2001, p.9

(3)Lihat Wilga, Sejarah Kretek Tempo Dulu, http://kudus-city.4t.com/sejarah/s-all.htm.

(4) Lebih jauh tentang nilai strategis tembakau bagi Indonesia lihat M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Jogjakarta: Gadjah Mada University Press, 1995, p.231.

(5) Mark Hanusz, Kretek; Cultural and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes, p.181.

(6) "Rokok Tingwe Diambang Kepunahan," Kompas, 8 Desember 2003.

(7) J.A Noertjahyo, "Sigaret Kretek, Tonggak Bangsa," 1000 Tahun Nusantara, Jakarta: Kompas, 2000, p.279.

(8) Pembahasan tentang etiket rokok, khususnya dimensi mistisnya bisa dilihat di, "Etiket Rokok, 'Mistis' dan Strategi Pemasaran," Kompas, 2 Agustus 2001 dan Indriyanto OS, "Rokok Kretek dan Etiketnya, Sebuah Kajian Historis," http://www.mesias.8k.com/rokok.htm.

(9) Apa saja sebenarnya kategori rokok yang dijual atau dibuat di Indonesia, berikut rinciannya: Pertama adalah rokok tingwe. Rokok ini merupakan arketipe awal dari rokok di dunia. Tradisi melinting rokok sendiri (roll-your-own) banyak ditemukan di negara-negara Barat sampai sekarang. Kedua, adalah rokok klembak menyan. Rokok yang muncul pertama kali di Cilacap pada tahun 1920 ini diakui memiliki kandungan paling aneh, yakni klembak dan menyan, yang memiliki asosiasi spiritualnya dengan dunia perdukunan. Ketiga, sigaret putih mesin (SPM). Dulu, rokok putih dipandang sebagai satu-satunya rokok di dunia sampai akhirnya rokok kretek ditemukan. Rokok buatan mesin (machine-made) ini isinya menggunakan tembakau jenis Virginia, Burley, dan Oriental. Kempat adalah rokok klobot kretek (KLB). Rokok ini dibuat dengan tangan dan merupakan yang pertama di Indonesia yang dilinting dengan tangan dan dikemas secara komersial. Diperkenalkan secara komersial oleh Sampoerna di Surabaya dan Mari Kangen di Solo, SKT hingga kini dipasarkan dalam versi aslinya yang tidak menggunakan filter. Keenam adalah sigaret kretek tangan filter (SKTP). Rokok jenis ini bukanlah buatan mesin, perekatan filter dilakukan semi-otomatis yakni menggunakan mesin pelinting tangan (handrolling machines). SKTF kali pertama diperkenalkan di Kudus pada akhir tahun 1960-an. Ketujuh adalah sigaret kretek mesin (SKM). SKM bukan hanya berhasil memproduksi kretek filter secara otomatis namun juga sukses menemukan solusi bagi problem utama dari rokok canggih yakni warna kecoklatan para kertas pembungkus (efek eugenol stains), yakni melalui sistem double-wrapping yang hanya dimungkinkan berkat kehadiran mesin. SKM hadir kali pertama di pasar pada tahun 1974. Pembagian kategori ini sesuai dengan yang biasa digunakan oleh pemerintah. Lihat Mark Hanusz, Kretek; Cultural and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes, pp.13-18

(10) Persaingan etnis antar pengusaha rokok mencapai puncaknya ketika pecah kerusuhan di Kudus pada tanggal 31 Oktober 1918. Pada awalnya, industri rokok di Kudus didominasi kaum pribumi. Belajar dari kesuksesan mereka, warga keturunan Tionghoa beramai-ramai mengikuti jejak tersebut. Persaingan yang tinggi inilah yang menjadi sebab terjadinya kerusuhan. Namun ada arti lain dari peristiwa ini: akibat kerusuhan, sejumlah pengusaha pribumi yang berpengaruh diajukan ke pengadilan dan dijatuhi hukuman. Kemunduran perusahaan pribumi ini menyebabkan persaingan tidak berarti lagi bagi pengusaha keturunan. Untuk lebih lengkap tentang persaingan etnis ini lihat, J.A. Noertjahyo, "Sigaret Kretek, Tonggak Bangsa," 1000 Tahun Nusantara, p.282.

(11) Begitu terkenalnya Nitisemito sehingga Sri Susuhunan Paku Buwono X mengunjungi pabriknya pada tahun 1938, dan Bung Karno dalam pidato "Lahirnya Pancasila" pada tanggal 1 Juni 1945 juga menyebut namanya. Lihat, J.A. Noertjahyo, "Sigaret Kretek, Tonggak Bangsa," 1000 Tahun Nusantara, p.284, dan Indrawan Sasongko, "H. Saman Hudi, Nitisemito, Oei Tiong Ham, Penguasa tidak Pernah Menjadikan Pengusaha sebagai Sarana Kemakmuran," 1000 Tahun Nusantara, p.600.

(12) Beberapa pihak menyebut Mari Kangen yang berdiri di Solo sebagai perusahaan kretek pertama di Indonesia. Sayangnya, tidak banyak data yang bisa didapat tentang perusahaan ini. Sedikit data yang bisa dilihat tentangnya terdapat di Mark Hanusz, Kretek; Cultural and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes, p.14. Pada buku ini pembaca bisa melihat poster promosi mereka. Sedikit ulasan lain bisa dilihat di "Etiket Rokok, 'Mistis' dan Strategi Pemasaran," Kompas, 2 Agustus 2001.

(13) Mark Hanusz, Kretek; Culturan and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes, p.146.

(14) Sebagian besar data tentang sejarah Sampoerna di era generasi pertama diambil dari John N. Meeks, "Sampoerna: 81 years of Excellence," Annual Report HM Sampoerna 1994, PT HM Sampoerna Tbk;, 1995.

(15) Mengomentari rahasia di balik pemilihan angka sembilan, dua orang pakar filsafat Jawa, Drs. Subalidinata dan DR. Damardjati Seopajar, mengatakan bahwa angka sembilan adalah simbol kesempurnaan tertinggi. Lebih lengkap lihat Kang Hong Kian, "Misteri Angka: Perjalanan Nasib Anda," Intisari, No.404, Maret 1997.

(16) Percetakan ini menjadi cikal bakal Sampoerna Percetakan Nusantara (SPN), sebuah anak usaha Sampoerna yang berdiri resmi pada tahun 1989. Annual Report HM Sampoerna 1991, PT HM Sampoerna Tbk., 1992, p.18.

(17) Annual Report HM Sampoerna 1993, PT HM Sampoerna Tbk., 1994.

(18) John N. Meeks, "Sampoerna: 81 years of Excellence," Annual Report HM Sampoerna 1994, PT HM Sampoerna Tbk., 1995, p.40 


Buku: 4-G Marketing: A 90-Year Journey Of Creating Everlasting Brands

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau