Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Kalimat

Kalimat

Kalimat

Kalimat dapat dikategorikan berdasarkan lima kriteria, yaitu berdasarkan (1) jumlah dan macam klausa, (2) struktur intern klausa, (3) jenis tanggapan yang diharapkan, (4) sifat hubungan pelaku dan perbuatan, dan (5) ada atau tidaknya unsur ingkar di dalam predikat utama.

Berdasarkan jumlah dan macam klausanya, kita dapat menemukan

(a) kalimat sederhana atau kalimat tunggal, yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas, contohnya
(43)  Mereka menikah kemarin.

(b) kalimat bersusun, yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat, contohnya
(44)  Mereka sadar bahwa berita itu tidak benar.

Perhatikan kata bahwa di dalam kalimat (44) di atas. Kata itu menandai adanya klausa terikat di dalam kalimat di atas, yaitu bahwa berita itu tidak benar.

(c) kalimat majemuk atau kalimat setara, yaitu kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa bebas, contohnya
(45)  Kami masuk kelompok pertama, sedangkan mereka masuk kelompok kedua.

Kalimat majemuk atau kalimat setara di dalam bahasa Indonesia biasanya ditandai dengan konjungsi seperti sedangkan, dan, atau, dan tetapi.

(d) kalimat majemuk bersusun, yaitu kalimat yang terdiri atas gabungan kalimat majemuk dan kalimat bersusun, atau sebaliknya, contohnya
(46)  Mereka sadar bahwa berita itu tidak benar, tetapi mereka sudah tidak mau peduli lagi.

Berdasarkan struktur intern klausa utamanya, kita dapat menemukan
(a) kalimat lengkap, yaitu kalimat yang mempunyai unsur-unsur pengisi fungsi gramatikal yang lengkap, terutama subjek dan predikat, contohnya
(47)  Dia   makan
           S         P

(b) kalimat tak lengkap, kalimat penggalan, atau kalimat minor, yaitu kalimat yang salah satu unsur pengisi fungsi gramatikalnya tidak ada, contohnya
(48)  Baik!
(49)  Sedang makan.

Dapat dikatakan bahwa di dalam bahasa Indonesia, kalimat tak lengkap dapat ditemukan dalam jawaban-jawaban singkat.

Berdasarkan jenis tanggapan yang diharapkan, kalimat dapat digolongkan menjadi
(a) kalimat pernyataan, yaitu kalimat yang mengharapkan tanggapan berupa perhatian. Kita dapat melihatnya dalam contoh
(50)  Alfi sedang menuju kemari

(b) kalimat pertanyaan, yaitu kalimat yang mengharapkan tanggapan berupa jawaban berbentuk ujaran. Kita dapat melihatnya dalam contoh
(51) Mengapa dia terlambat?

(c) kalimat perintah, yaitu kalimat yang mengharapkan tanggapan berupa perbuatan. Kita dapat melihatnya dalam contoh
(52) Ayo kita berangkat!

Berdasarkan sifat hubungan antara pelaku dan perbuatan, kalimat dapat digolongkan menjadi
(a) kalimat aktif, yaitu kalimat yang memperlihatkan subjek sebagai pelaku, contohnya
      (53)  Adik menendang anjing itu.
Di dalam kalimat di atas, adik adalah pelaku perbuatan menendang.

(b) kalimat pasif, yaitu kalimat yang memperlihatkan subjek sebagai tujuan atau sasaran perbuatan, contohnya
      (54)  Anjing itu ditendang adikku.
Di dalam kalimat di atas, anjing itu menjadi sasaran perbuatan. 

(c) kalimat tengah, yaitu kalimat yang subjeknya merupakan pelaku dan tujuan, contohnya
      (55) Dia sedang bercukur. 

(d) kalimat netral, yaitu kalimat yang tidak berstruktur pelaku-perbuatan, contohnya
      (56) Aming pelawak.

Berdasarkan ada tidaknya unsur ingkar atau unsur negatif di dalam predikatnya, kalimat dapat digolongkan menjadi
(a) kalimat positif atau kalimat afirmatif, yaitu kalimat yang tidak mengandung unsur negatif; di dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata tidak dan bukan yang menjadi penanda unsur negatif, dan
(b) kalimat negatif atau kalimat ingkar, yaitu kalimat yang mengandung unsur negatif, seperti kata tidak dan bukan yang telah disebutkan sebelumnya.


Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau