Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Pertuturan
Di dalam percakapan, sering apa yang kita ujarkan dapat "menguatkan" kenyataan yang menjadi konsekuensi apa yang kita ujarkan, misalnya berikut ini.(12) Saya adalah temanmu.
(13) Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu.
(14) Mulai hari ini kamu adalah bagian keluarga kami.
(15) Saya peringatkan sekali lagi, jangan coba-coba mencontek!
(16) Awas kalau kamu berani kemari lagi!
Mengucapkan janji, menyatakan sesuatu, memperingatkan orang lain, atau mengancam seperti yang kita lihat berikut merupakan bagian dari pertuturan (speech act). Pertuturan adalah seluruh komponen bahasa dan nonbahasa yang meliputi perbuatan bahasa yang utuh, yang menyangkut peserta di dalam percakapan, bentuk penyampaian amanat, topik, dan konteks amanat itu.
Di dalam pertuturan ada pertuturan lokusioner, pertuturan ilokusioner, dan pertuturan perlokusioner. Pertuturan lokusioner adalah 'dasar tindakan dalam suatu ujaran, atau pengungkapan bahasa'. Di dalam pengungkapan itu ada tindakan atau maksud yang menyertai ujaran tersebut, yang disebut pertuturan ilokusioner. Pengungkapan bahasa tentunya mempunyai maksud, dan maksud pengungkapan itu diharapkan mempunyai pengaruh. Pengaruh dari pertuturan ilokusioner dan pertuturan lokusioner itulah yang disebut pertuturan perlokusioner.
Jadi, kalimat (13), misalnya, dapat dilihat berdasarkan ketiga dimensi tersebut. Kalimat Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu merupakan pertuturan lokusioner, sedangkan tujuan dari kalimat tersebut — mengungkapkan janji seseorang yang menyebut dirinya saya untuk tidak melakukan suatu perbuatan tertentu — merupakan pertuturan ilokusionernya. Adapun pengaruh dari kalimat tersebut — perubahan yang dijanjikan oleh orang itu — merupakan pertuturan perlokusionernya.
Pertuturan ilokusioner bertujuan menghasilkan ujaran yang dikenal dengan daya ilokusi ujaran. Dengan daya ilokusi, seorang penutur menyampaikan amanatnya di dalam percakapan, kemudian amanat itu dipahami atau ditanggapi oleh pendengar. Daya ilokusi ini biasanya diungkapkan dengan sejumlah verba yang disebut verba performatif.
Berdasarkan tujuannya, pertuturan dapat dikelompokkan seperti berikut ini.
- Asertif, yang melibatkan penutur kepada kebenaran atau kecocokan proposisi, misalnya menyatakan, menyarankan, dan melaporkan;
- Direktif, yang tujuannya adalah tanggapan berupa tindakan dari mitra tutur, misalnya menyuruh, memerintahkan, meminta, memohon, dan mengingatkan;
- Komisif, yang melibatkan penutur dengan tindakan atau akibat selanjutnya, misalnya berjanji, bersumpah, dan mengancam;
- Ekspresif, yang memperlihatkan sikap penutur pada keadaan tertentu, misalnya berterima kasih, mengucapkan selamat, memuji, menyalahkan, memaafkan, dan meminta maaf; dan
- Deklaratif, yang menunjukkan perubahan setelah diujarkan, misalnya membaptiskan, menceraikan (secara Islam), menikahkan, dan menyatakan.
Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa
Comments
Post a Comment