Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Jenis Wacana

Jenis Wacana

Jenis Wacana

Sebagai satuan bahasa dalam komunikasi, wacana dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa segi. Berikut ini dijelaskan secara ringkas klasifikasi wacana.

Wacana dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi bahasa. Beberapa ahli bahasa, termasuk Harimurti Kridalaksana dalam Bab "Bahasa dan Linguistik", telah mencoba menjabarkan fungsi bahasa. Demikian pula kita telah melihat pendapat Jakobson yang termuat dalam Bab "Aspek Sosial Bahasa". Jika kita menggunakan fungsi bahasa dari Leech (1974), sebagai contoh, wacana dapat diklasifikasikan atas

* wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato;
* wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi, seperti wacana perkenalan dalam pesta;
*wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media massa;
*wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu;
*wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.

Berdasarkan saluran komunikasi, wacana dibedakan atas wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan memiliki ciri antara lain adanya penutur dan mitra tutur, bahasa yang dituturkan, dan alih tutur (turn taking) yang menandai pergantian giliran bicara. Wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan, dan penerapan sistem ejaan.

Berdasarkan tanggapan mitra tutur atau pembaca, wacana dikelompokkan atas wacana transaksional dan wacana interaksional. Wacana transaksional bercirikan adanya pemenuhan oleh mitra tutur/pembaca atas harapan atau keinginan penutur/penulis, seperti dalam perintah atau surat permohonan. Wacana interaksional bercirikan adanya tanggapan timbal-balik dari penutur dan mitra tutur, seperti dalam jual-beli. Contoh (2) menunjukkan jenis wacana transaksional, sedangkan contoh (3) menunjukkan jenis wacana interaksional.

(2)  Dosen:                    Kumpulkan pekerjaan rumah ini minggu depan, ya.
       Mahasiswa:            Baik, Pak.

(3)  Penumpang:           Stasiun, berapa, Bang?
       Tukang becak:       Lima ribu.
       Penumpang:          Wah, mahal amat, Bang. Tiga ribu, biasa.
       Tukang becak:       Kan jauh dari sini, Mbak.

Berdasarkan pemaparan, secara umum wacana dikelompokkan atas wacana naratif, wacana deskriptif, wacana ekspositoris, wacana argumentatif, wacana persuasif, wacana hortatoris, dan wacana prosedural. Wacana naratif dicirikan oleh adanya alur, peristiwa, dan tokoh, seperti pada narasi faktual (berita, contohnya) dan narasi fiktif (cerpen, contohnya). Wacana deskriptif dicirikan oleh adanya detail suatu hal, seperti pada profil. Wacana ekspositoris dicirikan oleh kuatnya paparan informasi, seperti pada karangan khas (feature). Wacana argumentatif dicirikan oleh kuatnya argumentasi karena didukung oleh eksplorasi bukti dan prosedur metodologis, seperti pada tesis dan disertasi. Wacana persuasif dicirikan oleh menonjolnya rangsangan dan bujukan dari penutur atau penulis agar mitra tutur atau pembaca mengikuti apa yang diharapkan penutur atau penulis, seperti pada iklan. Wacana hortatoris dicirikan oleh kuatnya amanat yang dikandung dalam bahasa, seperti pada khotbah keagamaan. Akhirnya, wacana prosedural dicirikan oleh menonjolnya proses, langkah, atau tahap, seperti pada buku petunjuk penggunaan alat.

Akhirnya, berdasarkan banyaknya peserta komunikasi, wacana diklasifikasikan atas wacana monolog, wacana dialog, dan wacana polilog. Wacana monolog dicirikan oleh adanya satu orang saja yang terlibat dalam peristiwa komunikasi, seperti siaran berita di televisi dan radio. Wacana dialog dicirikan oleh adanya dua orang yang terlibat dalam peristiwa komunikasi, seperti dalam komunikasi melalui telepon dan surat-menyurat di antara dua orang. Wacana polilog melibatkan banyak peserta komunikasi, seperti dalam rapat dan konferensi.


Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau