Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2016

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Tema yang baik

6. Tema yang baik Sebuah tema hanya akan dinilai setinggi-tingginya bila telah dikembangkan secara jujur dan segar, digarap secara terperinci dan jelas, sehingga dapat menambah informasi yang berharga bagi perbendaharaan pengetahuan pembaca. Tema yang dikembangkan dengan memenuhi hal-hal tersebut dapat disebut sebagai sebuah tema yang baik. Sebuah tema yang baik dapat dinilai dari dua sudut pertama dari sudut suatu karya yang sudah siap, dan kedua dari syarat-syarat yang dipenuhi pada saat sebuah tema mulai disusun. Atau penilaian itu dapat dilakukan dengan mempersoalkan apakah sebuah karya itu bernilai atau tidak. Sebuah karya dianggap tidak bernilai apabila pemikirannya kabur dan ditulis dengan tergesa-gesa, tidak memiliki gagasan sentral, tetapi hanya mengungkapkan beberapa pernyataan yang lepas. Apa yang dikemukakan merupakan klise-klise umum, atau pikiran dan pendapat orang lain tanpa mengemukakan hasil pikirannya sama sekali; tulisan itu tidak dikembangkan dengan baik un

Tesis dan Pengungkapan Maksud

5. Tesis dan Pengungkapan Maksud Untuk keperluan penyusunan sebuah kerangka karangan, diperlukan perumusan tema yang berbentuk kalimat. Perumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah karangan disebut tesis, bila ada satu gagasan sentral yang menonjol. Bila tulisan itu tidak menonjolkan suatu gagasan utama, maka dalam bentuk singkatnya dapat dinyatakan dalam sebuah penjelasan tentang apa yang ingin disampaikan. Perumusan singkat ini yang tidak menekankan tema dasarnya disebut pengungkapan maksud. a. Tesis     Tesis biasanya berbentuk satu kalimat, entah kalimat tunggal, entah kalimat majemuk bertingkat. Sebuah tesis tidak boleh berbentuk kalimat majemuk setara, karena dengan demikian berarti ada dua gagasan sentral. Justru ini tidak diperkenankan. Fungsi tesis ini bagi sebuah karangan, adalah sama seperti kalimat topik atau kalimat utama bagi sebuah alinea. Bila dilihat dari masalah analisa kalimat, maka gagasan sentral dari tesis adalah subyek, predikat dan kal

Menentukan Maksud

4. Menentukan Maksud Dengan membatasi topik pembicaraan, maka perhatian penulis juga lebih terpusat sehingga ia tetap bergulat dengan persoalan yang akan ditulisnya itu. Untuk menulis sesuatu yang khusus tidak perlu bahwa kita harus mengetahui semua fakta dan memiliki semua data pada saat topik itu terpilih. Tetapi sekurang-kurangnya secara umum sudah mengenal topik tadi melalui pembidangan dan aspek ilmiahnya. Pengetahuan dasar tadi akan dikembangkan lebih lanjut dengan hasil-hasil penelitian, observasi, dsb. Karena sudah mengenal prinsip dasarnya, maka penulis akan lebih mudah mengetahui aspek-aspek mana yang perlu diketahui data-datanya, aspek mana yang tidak perlu dimasukkan dalam uraian. Pembatasan topik sampai pada tahap ini belum cukup, masih ada satu hal yang penting yang perlu ditetapkan yaitu apa maksud pengarang dalam menguraikan topik tadi. Pembatasan topik belum dengan sendirinya membatasi pula maksud pengarang atau penulis. Sebab itu penulis harus menetapkan pula

Pembatasan Topik

3. Pembatasan Topik Pengalaman-pengalaman menunjukkan bahwa pada saat pertama kali seseorang mulai menulis, ia selalu dihadapkan kepada persoalan: apa yag akan ditulis? Berapa panjang atau besarnya tulisan itu? Mungkin penulis sudah mengetahui apa yang akan ditulisnya, tetapi pengetahuannya tentang topik itu saja belum mencukupi. Ia harus membatasi lagi subyek tadi, agar ia tidak hanyut dalam suatu persoalan yang tidak akan habis-habisnya, serta menulis tanpa suatu tujuan yang khusus. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya harus cukup sempit dan terbatas atau sangat khusus untuk digarap. Kecenderungan tiap penulis baru adalah mengungkapkan sesuatu dalam uraian yang terlalu umum, akibatnya uraian itu juga akan menjadi kabur dengan menggunakan istilah-istilah yang tidak tepat dan cermat. Pembatasan topik sekurang-kurangnya akan membantu pengarang dalam beberapa hal. Pertama-tama pembatasan itu memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan

Pemilihan Topik

2. Memilih Topik Masalah pertama yang dihadapi penulis untuk merumuskan tema sebuah karangan adalah topik atau pokok pembicaraan. Penetapan topik sebelum mulai menggarap suatu tema merupakan suatu keahlian. Topik mana yang akan dipergunakan dalam sebuah karangan agaknya bukan merupakan persoalan. Namun seringkali pula justru hal inilah yang menjadi beban yang tidak kecil bagi mereka yang baru mulai menulis. Mereka sukar sekali menemukan topik mana yang kiranya dapat dipergunakannya untuk menyusun karangannya. Sebenarnya sumber-sumber yang berada di sekitar kita menyediakan bahan yang berlimpah-limpah. Apa saja yang menarik perhatian kita dapat saja dijadikan topik dalam karangan kita: pengalaman-pengalaman di masa lampau, pengalaman masa kini, keluarga, cita-cita, karier, alam sekitar, persoalan-persoalan kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, mata pencaharian, dan sebagainya. Semua pokok persoalan tersebut dapat dijadikan topik karangan dengan mempergunakan salah satu

Pengertian Tema

                                                             Bab V                                                TEMA KARANGAN 1. Pengertian Tema Menurut arti katanya tema berarti "sesuatu yang telah diuraikan", atau "sesuatu yang telah ditempatkan". Kata ini berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti 'menempatkan' atau 'meletakkan'. Dalam kehidupan sehari-hari kata tema sering dikacaukan pula pemakaiannya dengan istilah topik. Kata topik juga berasal dari kata Yunani topoi yang berarti tempat. Aristoteles, yang dianggap sebagai salah seorang tokoh retorika jaman klasik, menegaskan bahwa untuk membuktikan sesuatu mula-mula harus ditentukan dan dibatasi topoi 'tempat' berlangsungnya suatu peristiwa. Dalam batas-batas yang telah ditentukan tadi, penulis harus menemukan: manusia, interaksi, dan fakta-fakta lainnya yang menimbulkan atau bersangkutan dengan peristiwa tadi. Sebaliknya dalam retorika modern, setiap pengarang yang

Perkembangan dan Kepaduan antar alinea

11. Perkembangan dan Kepaduan antar alinea Semua yang telah diuraikan di atas bertolak dari alinea sebagai sebuah unit. Kesatuan-kesatuan yang kita sebut alinea ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan suatu unsur yang kecil dalam sebuah unit yang lebih besar, entah berupa bab maupun unit yang berupa sebuah karangan yang lengkap. Karena alinea merupakan unit yang lebih kecil, maka harus dijaga agar hubungan antara alinea yang satu dengan alinea yang lain, yang bersama-sama membentuk unit yang lebih besar itu, terjalin dengan baik. Atau dengan kata lain harus terdapat perkembangan dan perpaduan yang baik antar alinea yang satu dengan alinea yang lain. Tiap tulisan yang baik selalu akan bertolak dari sebuah tesis. Tesis itulah yang dikembangkan dalam alinea-alinea yang mempunyai pertalian yang jelas, baik pertalian dalam perkembangan gagasannya maupun perpaduan alinea-alineanya. Karena hubungan yang jelas itulah, pembaca dapat mengikuti uraian itu dengan jelas dan mudah. Kesul

Definisi Luar

10. Definisi Luar Yang dimaksud dengan definisi dalam pembentukan sebuah alinea adalah usaha pengarang untuk memberikan keterangan atau arti terhadap suatu istilah atau hal. Di sini kita tidak menghadapi hanya satu kalimat (Lihat definisi dalam bagian tentang kalimat), tetapi suatu rangkaian kalimat yang membentuk sebuah alinea. Malahan kadang-kadang untuk memberi pengertian yang bulat tentang pengertian itu, satu alinea dianggap belum cukup, sehingga diperlukan rangkaian daripada alinea-alinea, malahan dapat pula dalam bentuk sebuah buku. Namun prinsip-prinsip definisi tetap sama. Di sini kita lebih sering menghadapi sebuah definisi luas daripada definisi formal biasa atau definisi dengan menerangkan etimologi kata atau istilah tersebut. Perhatikanlah bagaimana Moh. Said mencoba memberi batasan tentang Demokrasi Pancasila. Ia memerlukan suatu rangkaian alinea sebelumnya untuk kemudian dapat sampai kepada pengertian demokrasi Pancasila itu.      "Istilah asing demokra

Klasifikasi

9. Klasifikasi Yang dimaksud dengan klasifikasi adalah sebuah proses untuk mengelompokkan barang-barang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. Sebab itu klasifikasi bekerja ke dua arah yang berlawanan, yaitu pertama, mempersatukan satuan-satuan ke dalam suatu kelompok, dan kedua, memisahkan kesatuan tadi dari kelompok yang lain. Dengan demikian klasifikasi mempunyai persamaan-persamaan tertentu baik dengan pertentangan dan perbandingan maupun dengan Umum - khusus dan khusus - umum. Persamaannya dengan pertentangan dan perbandingan adalah bahwa keduanya bertolak dari penetapan ciri-ciri yang sama dan penetapan perbedaan-perbedaan tertentu, tetapi dalam klasifikasi prosesnya masih berjalan terus untuk menentukan pengelompokan. Di pihak lain klasifikasi mempunyai persamaan dengan umum-khusus dan khusus-umum, karena proses klasifikasi itu tidak lain daripada membuat perincian-perincian tentang sesuatu yang umum, tetapi perincian itu untuk memperoleh kelas-kelasnya ata

Umum - Khusus

8. Umum - Khusus Kedua cara ini, yaitu umum-khusus dan khusus-umum, merupakan cara yang paling umum untuk mengembangkan gagasan-gagasan dalam sebuah alinea secara teratur. Dalam hal yang pertama gagasan utamanya ditempatkan pada awal alinea, serta pengkhususan atau perincian-perinciannya terdapat dalam kalimat-kalimat berikutnya. Sebaliknya dalam hal yang kedua mula-mula dikemukakan perincian-perinciannya, kemudian pada akhir alinea generalisasinya. Jadi, yang satu bersifat deduktif, sedangkan lainnya bersifat induktif. Sebuah variasi dalam kedua jenis alinea itu adalah semacam penggabungan yaitu pada awal alinea terdapat gagasan utamanya (jadi bersifat umum-khusus), tetapi pada akhir alinea gagasan utama tadi diulang sekali lagi (jadi: bersifat khusus-umum).      "Sebuah teori tentang fungsi bahasa yang sangat terkenal, ialah teori Karl Buhler, seorang ahli jiwa dan ahli teori tentang bahasa, bangsa Austria. Sejak tahun 1918 diperkenalkan teori tentang tri fungsi tenta

Sebab - Akibat

7. Sebab - Akibat Perkembangan sebuah alinea dapat pula dinyatakan dengan mempergunakan sebab-akibat sebagai dasar. Dalam hal ini sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Tetapi dapat juga terbalik: akibat dijadikan gagasan utama sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila proses itu dipecah-pecahkan untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dapat dinamakan proses kausal, atau proses sebab-akibat. Dalam mengemukakan hubungan sebab-akibat tersebut pengarang harus menggarap persoalannya berdasarkan suatu rangka tertentu, misalnya berdasarkan kepentingan relatifnya, berdasarkan kesederhanaan atau kekompleksannya, kelangsungan atau ketidak-langsungan sebab atau akibat itu terhadap pokok utamanya. Dalam uraian-uraian yang bersifat logis, misalnya tulisan-tulisan ilmi

Contoh

5. Contoh Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya, atau generalisasi-generalisasi memerlukan ilustrasi-ilustrasi yang konkrit sehingga dapat dipahami oleh pembaca . Untuk ilustrasi terhadap gagasan-gagasan atau pendapat yang umum itu maka sering dipergunakan contoh-contoh yang konkrit, yang mengambil tempat dalam sebuah alinea. Tetapi harus diingat bahwa sebuah contoh sama sekali tidak berfungsi untuk membuktikan pendapat seseorang, tetapi dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengalaman-pengalaman pribadi merupakan bahan yang paling efektif untuk setiap pengarang. Bagaimana pendapat saudara tentang kutipan berikut? Apakah terdapat contoh yang konkrit untuk menjelaskan sebuah gagasan utama? Gagasan utama yang mana?      "Dalam bukunya 'The World and the West' Arnold Toynbee mengemukakan pendapatnya, bahwa hasil teknologi Barat tidak dengan serta merta dapat ditanamkan ke dalam bumi Timur, berhubung teknik itu merupakan hasil daripa

Analogi

4. Analogi Bila perbandingan dan pertentangan memberi sejumlah ketidaksamaan dan perbedaan antara dua hal, maka analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal tadi, sekedar sebagai ilustrasi. Atau dapat dikatakan secara lebih sederhana, perbandingan menunjukkan kesamaan antara barang-barang dalam kelas yang sama, sebaliknya analogi menunjukkan kesamaan-kesamaan antara dua barang atau hal yang berlainan kelasnya. Bila seorang mengatakan: "Awan dari ledakan bom atom itu, membentuk sebuah cendawan raksasa", maka perbandingan antara awan ledakan atom dan cendawan merupakan sebuah analogi, sebab kedua hal itu sangat berbeda kelasnya, kecuali kesamaan bentuknya. Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang tidak atau kurang dikenal dengan sesuatu yang dikenal baik oleh umum, untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal umum. Perhatikan contoh berikut:      "

Perbandingan dan Pertentangan

3. Perbandingan dan Pertentangan Yang dimaksud dengan perbandingan dan pertentangan adalah suatu cara di mana pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, obyek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu. Kita dapat membandingkan misalnya dua tokoh pendidikan, bagaimana politik pendidikan yang dijalankannya dengan memperhatikan pula segi-segi lain untuk menerangkan gagasan sentral itu. Maksud daripada perbandingan itu adalah untuk sampai kepada suatu penilaian yang relatif mengenai kedua tokoh tersebut. Segi-segi perbandingan harus disusun sekian macam sehingga kita dapat sampai kepada gagasan sentralnya. Misalnya mula-mula kita membandingkan rasa humor mereka, cara mereka menghadapi lawan-lawannya, cara mereka menghargai pendukung-pendukungnya, serta tingkah laku pribadi mereka; rangkaian perbandingan-perbandingan itu diarahkan kepada gagasan sentral, yaitu bagaimana rasa humor mereka menjadi senjata politis, serta bagaimana mereka menghadapi law