Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Penalaran atau Logika

Penalaran atau Logika


7. Penalaran atau Logika


Struktur gramatikal yang baik bukan merupakan tujuan dalam komunikasi, tetapi sekedar merupakan suatu alat untuk merangkaikan sebuah pikiran atau maksud dengan sejelas-jelasnya. Di samping itu dalam kehidupan sehari-hari kita mengalami kenyataan-kenyataan yang menunjukkan bahwa ada anggota masyarakat yang dapat mengungkapkan pendapat dan isi pikirannya dengan teratur, tanpa mempelajari secara khusus struktur gramatikal suatu bahasa. Berarti ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian suatu bahasa. Unsur lain ini adalah segi penalaran atau logika. Jalan pikiran pembicara turut menentukan baik tidaknya kalimat seseorang, mudah tidaknya pikirannya dapat dipahami.

Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal. Ini berarti kalimat-kalimat yang diucapkan harus bisa dipertanggung-jawabkan dari segi akal yang sehat atau singkatnya harus sesuai dengan penalaran. Bahasa tidak bisa lepas dari penalaran.

Tulisan-tulisan yang jelas dan terarah merupakan perwujudan daripada berpikir logis. Perhatikan kalimat-kalimat berikut. Tiap bagian kalimat (klausa) dapat dimengerti, namun penyatuannya menimbulkan hal yang tidak bisa atau sulit diterima akal:
Orang itu mengerjakan sawah-ladangnya dengan sekuat tenaga karena mahasiswa-mahasiswa Indonesia harus menggarap suatu karya ilmiah sebelum dinyatakan lulus dari suatu Perguruan Tinggi.

Dia mengatakan pada saya bahwa ia telah lulus, tetapi anjing itu tidak mau mengikuti perintah pemburu itu.

Untuk memberikan suatu uraian tentang hubungan bahasa dan logika, dan untuk menjamin agar kalimat-kalimat tidak bertentangan dengan segi penalaran pada umumnya, maka di bawah ini secara singkat akan diuraikan beberapa hal dasar tentang proses berpikir logis itu.


a. Definisi (batasan)
    Definisi atau batasan yang tepat merupakan kunci dari ciri berpikir yang logis, dan dengan demikian juga menjadi ciri-ciri menulis yang logis. Tiap pembaca ingin mengetahui bagaimana batasan arti dari suatu istilah sebelum ia melangkah lebih jauh untuk memahami maknanya. Tidak adanya kesepakatan mengenai arti dari sesuatu hal, biasanya menimbulkan salah paham. Sebab itu setiap istilah atau kata harus mengandung pengertian yang sama bagi siapapun. Untuk itu perlu diberikan batasan yang jelas dan tepat untuk setiap istilah, sehingga tulisan itu akan mendapat landasan yang kuat dan tak dapat dibantah.

Beberapa macam definisi yang dikenal adalah:
(1) Definisi berupa sinonim kata
Definisi berupa sinonim kata adalah pembatasan pengertian sebuah kata dengan memberikan sinonim atau kata-kata yang bersamaan artinya dengan kata yang akan dijelaskan. Misalnya kita membatasi pengertian pendidikan dengan pengajaran, dan pengertian kemerdekaan dengan kebebasan. Walaupun batasan ini tidak terlalu memberi hasil yang memuaskan, namun dalam banyak hal, terutama untuk tujuan praktis, sangat menolong, terutama mengenai istilah-istilah teknis atau istilah yang masih kurang dikenal.


(2) Definisi berdasarkan etimologi
Definisi berupa etimologi (asal-usul kata) adalah suatu variasi lain dari definisi di atas yang berusaha membatasi pengertian sebuah kata dengan mengikuti jejak etimologi dan arti yang asli hingga arti yang sekarang. Tujuan definisi ini adalah usaha untuk menunjukkan bahwa istilah itu tidak hanya mengandung pengertian yang sekarang saja. Misalnya:

Referendum: Referendum berasal dari kata Latin re + ferre yang berarti 'membawa kembali'. Referendum berarti sesuatu yang harus dibawa kembali, hal yang harus diajukan kembali (untuk dipertimbangkan, disetujui dan sebagainya).
Sebagai istilah politik kata ini berarti: hal mengajukan sesuatu persoalan secara langsung kepada para pemilih (= rakyat yang mempunyai hak pilih) dengan maksud mengetahui pendapat mereka sehubungan dengan sesuatu undang-undang yang diusulkan. Yang mengajukan sesuatu persoalan itu ialah penguasa; secara langsung kepada para pemilih (= rakyat yang mempunyai hak pilih) berarti bahwa persoalan itu tidak diajukan kepada wakil-wakil rakyat di parlemen yang dipilih oleh rakyat, tetapi langsung kepada rakyat sendiri (Kompas, 3-12-69)

Bahaya: berasal dari kata Sansekerta bhaya, n. yang berarti ketakutan, kedahsyatan, kecemasan; sesuatu yang mendatangkan bencana, kecelakaan, kesengsaraan dsb. Kata bhaya sendiri lebih jauh berakar pada kata kerja bhi yang berarti takut. Pada waktu kata bhaya diterima dalam bahasa Melayu, terjadilah penyisipan bunyi /a/ antara /b/ dan /h/ sehingga menjadi kata bahaya. Gejala semacam ini tampak pula pada kata: bahasa. (dari Sansekerta: bhâsâ f.), bahagia (dari kata Sansekerta: bhâgya a) dsb.


Kedua macam definisi di atas (yaitu definisi sinonim kata dan definisi berdasarkan etimologi kata) bersifat nominal.

(3) Definisi formal atau riil, atau disebut juga definisi logis
Logika merupakan dasar bagi semua definisi yang tepat dan cermat. Definisi formal (riil atau definisi logis) adalah suatu cara untuk membatasi pengertian suatu istilah dengan membedakan genusnya dan mengadakan diferensiasinya. Dengan demikian bila kita menyebut kata definisi, maka yang pertama-tama dimaksudkan adalah pengertian definisi ini. Definisi inilah yang bertolak dari prinsip-prinsip nalar.


Karena definisi formal merupakan usaha memberi pengertian dengan membedakan genus dan menyebut diferensiasi suatu kata, maka pertama-tama suatu kata harus ditempatkan dalam kelasnya atau genusnya. Proses ini disebut klasifikasi. Semakin sempit kelas yang dimasuki suatu benda atau hal, semakin baik definisi kata itu. Misalnya:

     Pokok                                                         kelas/genus
1. gergaji                      adalah              semacam alat pemotong

2. permadani                adalah              semacam alat penutup lantai

3. bedil                         adalah              semacam senjata (kurang jelas, karena kelasnya terlalu luas).
    bedil                         adalah              semacam senjata api (lebih jelas, karena kelasnya lebih sempit).

4. bis                            adalah              semacam alat pengangkutan (lebih kabur).
    bis                            adalah              semacam alat pengangkutan darat beroda (lebih jelas).

Walaupun senjata dan alat pengangkutan adalah suatu klasifikasi yang baik bagi bedil dan bis, tetapi untuk kejelasan definisi kata senjata dan alat pengangkutan mencakup terlalu banyak anggota. Dalam kelas senjata termasuk anggota-anggota: pisau, lembing, panah, busur, kampak, bedil, pistol, meriam, gada, dan sebagainya. Bila disebut senjata api, maka anggotanya lebih sedikit: bedil, meriam, pistol. Demikian pula alat pengangkutan bisa mencakup keanggotaan: sedan, bis, truk, kereta api, gerobak, kapal laut, pesawat terbang, perahu, rakit, kuda, unta dsb. Tetapi bila disebut alat pengangkutan darat beroda maka hanya mencakup sebagian saja dari nama-nama yang disebut di atas.

Jadi semakin sempit kelas yang dimasuki semakin baik definisinya. Langkah yang kedua untuk melengkapi definisi formal secara sempurna adalah mengadakan diferensiasinya. Yang dimaksud dengan diferensiasi adalah menyebut ciri-ciri yang membedakan kata tadi dari anggota-anggota sekelasnya. Pada umumnya semua kata, entah konkrit atau abstrak dapat dimasukkan dalam kelas-kelas tertentu, dengan pengertian bahwa lebih mudah untuk menemukan kelas bagi kata-kata benda konkrit daripada kata benda abstrak. Misalnya:


Pokok
Kelas/genus
Diferensiasi
1. Gergaji
adalah alat pemotong
dengan daun dari lembaran baja yang tipis, dengan suatu baris gerigi pada salah satu atau kedua tepinya.
2. Permadani
adalah alat penutup lantai
terbuat atau ditenun dari serat.
3. Bis
adalah alat pengangkutan darat beroda
yang digunakan untuk pengangkutan umum dan bisa memuat sekitar 20-50 penumpang.
 
 Agar sebuah definisi formal itu baik maka harus diperhatikan pula syarat-syarat berikut:

(a). Kata yang didefinisikan dan bagian yang mendefinisikan harus bersifat paralel, yaitu kedua bagian definisi itu harus sama bobotnya. Karena kedua bagian itu sama dan identik (A=B), maka harus dihindari kata-kata: di mana, bila, atau kalau dalam sebuah definisi.
SALAH: debat adalah bila dua orang atau pihak mempertahankan dengan bukti-bukti tentang sesuatu hal dalam suatu diskusi yang teratur.
BENAR: debat adalah suatu diskusi yang teratur tentang sesuatu hal antara dua pihak atau lebih.
SALAH: rumah adalah di mana orang-orang tinggal.
BENAR: rumah adalah tempat tinggal manusia yang dibuat....

(b). Kata yang didefinisikan tidak boleh menjadi bagian dari yang mendefinisikan. Begitu pula tidak boleh mempergunakan sinonimnya.
SALAH: cepat adalah berlakunya langkah atau gerak yang lekas-lekas.
BENAR: cepat adalah suatu gerak yang terjadi dalam suatu waktu yang singkat. 

(c). Yang didefinisikan harus sama nilainya (ekuivalen) dengan bagian yang mendefinisikan.
SALAH: 'hamba adalah seorang manusia'. Sebagai pernyataan kalimat ini baik, tetapi sebagai definisi kalimat ini tidak baik karena nilainya tidak sama: hamba tidak sama pengertiannya dengan seorang manusia.
BAIK: hamba adalah manusia milik orang lain.

(d). Bagian yang mendefinisikan tidak boleh bersifat negatif.
       Misalnya:  
       Kursi adalah alat rumah tangga yang bukan meja.
       Piyama adalah pakaian yang tidak boleh dipakai untuk resepsi. 


(4) Definisi Luas
     Banyak kata, terutama kata-kata abstrak seperti: propaganda, demokrasi, kebajikan, agama, kemerdekaan, keadilan dsb. sukar sekali dibatasi dengan mempergunakan satu kalimat. Kata-kata tersebut menghendaki lebih banyak keterangan dari pada apa yang diperlukan oleh definisi formal.

Kita dapat membatasi pengertian demokrasi parlementer misalnya dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya berada di tangan rakyat dan oleh rakyat diberi kepada wakil-wakil yang dipilihnya. Batasan ini merupakan suatu batasan yang logis, tetapi demokrasi sebagai yang dimaksudkan tidak sama di mana-mana. Demokrasi parlementer di Indonesia lain; di Perancis lain; Belanda juga menganut sistim demokrasi, tetapi lain sistimnya.

Sebab itu bila hendak menerangkan arti kata itu untuk umum, kita harus memberikan ilustrasi dengan membuat bandingan, bukan saja dengan sistim pemerintahan yang lain, tetapi juga dengan bentuk demokrasi yang lain seperti yang terdapat di negara-negara lain, atau dengan bentuk demokrasi pada waktu-waktu lampau. Perluasan yang demikian dari suatu definisi formal sebagai dasar, disebut definisi luas. Suatu definisi luas dapat terdiri dari suatu alinea panjang, suatu artikel, malahan kadang-kadang terdiri dari suatu buku besar yang beratus-ratus halaman panjangnya.

b. Generalisasi
    Generalisasi adalah suatu pernyataan yang mengatakan bahwa apa yang benar mengenai beberapa hal yang semacam, adalah benar atau berlaku pula untuk kebanyakan dari peristiwa atau hal yang sama.

Umumnya pengetahuan kita dibentuk dengan cara ini. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengalami banyak peristiwa (fenomen, fenomena) yang mengandung kesamaan. Berdasarkan gejala-gejala ini kita lalu mengambil kesimpulan bahwa barang-barang lain yang belum kita selidiki, tetapi memiliki sifat-sifat yang sama dengan peristiwa-peristiwa tadi, pastilah memiliki sifat-sifat yang serupa. Tanpa generalisasi pengalaman-pengalaman hanya akan merupakan akumulasi fakta-fakta yang terpisah satu dari yang lain.

Misalnya, dalam pengalaman kita yang pertama, ketika sepotong besi dimasukkan dalam api, ternyata volumenya membesar. Pengalaman-pengalaman selanjutnya dengan tembaga, kuningan, emas, perak dan aluminium memperlihatkan hal-hal yang sama seperti besi, yakni: volumenya memuai. Berdasarkan kenyataan lain bahwa semua barang yang dikemukakan di atas adalah logam, maka kita membuat sebuah kesimpulan yang bersifat generalisasi: semua logam akan memuai bila dipanaskan. Demikian pula sebuah kesimpulan yang menyatakan: minum kopi pada sore hari, menyebabkan seorang tidak dapat tidur pada malam hari, dapat merupakan sebuah generalisasi yang didasarkan atas pengalaman-pengalaman tertentu pada beberapa sore yang berlainan.

Generalisasi adalah sebuah proses berpikir yang esensil. Tanpa generalisasi, tidak akan ada evaluasi terhadap pengalaman-pengalaman. Sebab itu dalam membuat sebuah generalisasi harus benar-benar diperhatikan apakah peristiwa-peristiwa yang dipakai cukup banyak dan meyakinkan. Bila barang yang dipakai sebagai dasar generalisasi tidak relevan, maka generalisasi akan pincang, akan ditolak oleh akal sehat. Misalnya contoh berikut mengandung bahaya yang semacam itu:
Peristiwa A:  Saudari saya menabrak seorang anak kecil di depan rumah kemarin pagi.

Peristiwa B: Ketika pulang dari belanja, Nyonya Ali menabrak pintu garasinya.
Peristiwa C: Tiang lampu di pinggir jalan itu tumbang ditabrak oleh seorang gadis yang mengendarai sedan merah.
Generalisasi: Wanita tidak bisa menyetir mobil.
"Generalisasi di atas tidak meyakinkan karena faktanya terlalu kurang".

Untuk bertindak jujur kepada pembaca atau pendengar, serta dapat mempertahankan pernyataan-pernyataan kita terhadap pendapat orang lain, maka janganlah membuat generalisasi bila tidak diperkuat dengan fakta-fakta yang cukup meyakinkan. Berapa banyaknya fakta yang diperlukan, tergantung dari maksud tulisan kita. Sering untuk membuktikan sesuatu hal cukup diajukan tiga atau empat contoh, tetapi sering pula harus disertakan contoh-contoh yang lebih banyak untuk mempertahankan generalisasi itu.

Demikian pula pada waktu membuat generalisasi, agar lebih berhati-hati mempergunakan kata-kata seperti: selalu, tidak pernah, semua, tidak ada, benar dan salah. Generalisasi semacam ini disebut generalisasi luas. Generalisasi luas ini sangat berbahaya, tetapi di samping itu generalisasi sempit pun mengandung bahasa yang sama besarnya. Baik generalisasi luas maupun generalisasi sempit, berasal dari keinginan yang sama untuk mencapai konklusi tanpa berusaha mengumpulkan data-data.

Sebuah generalisasi yang baik seringkali berkurang nilainya karena pemakaian kata-kata: selalu, tidak pernah, untuk menggantikan kata biasanya atau jarang. Perhatikan contoh-contoh di bawah ini:
BERLEBIHAN: orang-orang yang luar biasa radikal pada masa mudanya SELALU menjadi konservatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan.
BAIK: bahkan pemuda-pemuda yang sangat radikal pun tampaknya akan menjadi konservatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan.


Kesimpulan

Demikianlah bila seseorang dapat menguasai beberapa syarat pokok dalam bidang gramatika atau sintaksis, belum tentu dapat menyusun suatu kalimat yang efektif dan baik. Kalimat yang baik, efektif dan teratur mencerminkan pula cara berpikir seseorang. Ia harus menyusun ide atau gagasan-gagasannya secara teratur, membedakan mana yang merupakan gagasan-gagasan pokok, dan mana yang merupakan gagasan-gagasan tambahan; baru kemudian dengan alat bahasa yang dikuasainya ia menampilkan isi pikirannya yang teratur tadi.

Sering orang beranggapan bahwa sebuah karangan akan dinilai sebagai karangan yang terbaik bila dijalin dalam kalimat yang panjang-panjang dan berbelit-belit. Ini adalah tanggapan yang keliru. Kalimat-kalimat yang pendek kalau dipergunakan secara tepat akan lebih mengandung tenaga dari kalimat yang panjang. Tetapi juga tidak benar bila seluruh karangan hanya dijalin oleh kalimat-kalimat yang pendek. Ini membosankan. Kita harus bergerak antara kedua ekstrim tadi. Bila perlu kita harus mempergunakan kalimat-kalimat yang pendek. Tetapi bila tak dapat dihindari maka kalimat yang panjang harus dipakai, dengan tetap memperhatikan agar gagasan utama jelas terpancang, serta hubungan antar bagian-bagian kalimat itu, tersusun dengan baik. Variasi antara kalimat yang panjang dan pendek akan menghilangkan monotoni dari sebuah karangan.

Pemakaian kata sambung dan kata depan yang tepat merupakan jaminan bagi koherensi dalam sebuah kalimat. Dan justru inilah yang sering merupakan kelemahan-kelemahan yang terdapat pada kertas kerja mahasiswa atau pelajar. Pola kesalahan seperti kalimat berikut sering dijumpai: Pada karangan ini menguraikan bagaimana dasar bahasa Indonesia; atau bagi mereka yang diterima agar mengambil formulir di sekretariat. Kalimat-kalimat ini dengan mudah dapat dikoreksi apabila penulis atau pengarang memberikan perhatiannya secara tetap tentang pemakaian kata sambung atau kata depannya. Mengapa ia tidak menulis saja:
Dalam karangan ini akan diuraikan dasar-dasar bahasa Indonesia. Diberitahukan kepada mereka yang diterima agar mengambil formulir di sekretariat.

Walaupun di atas sudah diuraikan beberapa macam cara dan persyaratan yang harus diperhatikan untuk membuat kalimat yang efektif, namun penggunaan suatu syarat secara berlebihan juga akan menimbulkan hal yang sebaliknya. Penekanan yang digunakan harus bervariasi; variasi-variasi kalimat penting sekali, dan sekaligus memperlihatkan kemampuan pemakaian bahasa, Gagasan utama atau kesatuan gagasan harus jelas posisinya dalam setiap kalimat, dan perpaduan jalinan bagian-bagian kalimat harus mematuhi kaidah-kaidah sintaksis yang berlaku. Sebagai landasan segala-galanya bahwa semua kalimat harus bisa diterima oleh pikiran yang sehat. (Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang prinsip-prinsip logika dalam pemakaian bahasa, lihat selanjutnya Argumentasi).


Latihan
     A. Perhatikanlah kalimat-kalimat di bawah ini, dengan saksama, kemudian tunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangannya. Bagaimana saudara dapat memperbaiki atau menyempurnakan kalimat-kalimat itu?
  1. Di negara-negara itu bahaya-bahayanya penyakit tersebut masih dikhawatirkan akan selalu mengancam setiap waktu.
  2. Hakekat bahasa sebenarnya untuk memberikan pengertian kepada kita makna apa yang terkandung oleh kita dan juga memberikan pengertian apa yang kita ucapkan dan maksudkan.
  3. Tak lupa saya ucapkan banyak-banyak terimakasih atas perhatian bapa yang mana telah sudi membimbing kami dan memberikan kritik-kritik, bila ada kesalahan-kesalahan/kekurangan-kekurangan dalam karya saya ini, mohon dimaafkan.
  4. Begitu juga dengan jaminan sosial mereka dalam bidang pendidikan, bagi mereka faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang terpenting untuk dapat menjadi negara yang maju. 
  5. Selain udara, matahari juga berguna bagi pembentukan Vitamin D dan pembentukan pada tulang.
  6. Di dalam keluarga di mana dua orang manusia, dengan kuasa yang diterima dari Allah sendiri, mampu menciptakan seorang manusia baru.
  7. Dari beberapa pokok persoalan yang diberikan untuk memperbandingkan dua atau lebih dialek, antara lain dalam bidang Fonetik atau semantik.
  8. Di dalam buku ini terdapat istilah-istilah kekerabatan yang terdapat pada orang Jawa dan Sunda dalam susunan masyarakat yang ditulis berdasarkan Ilmu Antropologi.
  9. Kegunaan dengan adanya gedung sekolah dalam menjalankan pendidikan, tentu saja di sini meliputi kegunaan dari sekolah-sekolah yang rendah tingkatannya sampai kepada sekolah tinggi.
  10. Dengan besarnya pengaruh tenaga pendidik dalam soal pendidikan ini maka kiranya pemerintah perlu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam rangka kesejahteraan guru-guru itu, antara lain: gaji yang cukup memuaskan serta perumahan yang baik, yang sesuai dengan mereka, pengangkutan yang disediakan untuk para guru-guru, baju beberapa stel untuk mengajar, sepatu, yuran untuk guru-guru, tiap-tiap bulan sebagai tambahan dan honorarium yang cukup memuaskan bagi guru-guru yang mempunyai kelebihan jam mengajar.
  11. Kita seringkali mendengar dan mengetahui berita-berita dari surat-surat khabar, majalah-majalah maupun dari berita-berita yang kita peroleh sendiri bahwa di beberapa tempat terutama di daerah Jawa Barat timbul keluh-kesah dari rakyat terutama kaum petani, ini disebabkan merajalelanya tikus-tikus yang menyebabkan berpuluh-puluh bahkan ratusan hektare sawah-ladang dalam sekejap mata habis terganyang oleh hama tikus itu. 
  12. Semua sebab akibatnya sangat menyedihkan bagi rakyat terutama kaum tani karena di daerahnya kemungkinan besar akan timbul bahaya kelaparan timbul penyakit dan bahaya kemungkinan kekurangan bahan makanan pokok akibatnya harga beras jadi mahal, maka rakyat tak mampu mengganti makanan pokok lain misalnya jagung, singkong dan tanaman palawija lainnya.
  13. Adapun yang saya uraikan di sini ialah kebersihan dan kesehatan saya terdorong untuk mengemukakannya, karena sering dilalaikan orang, karena sesungguhnya kebersihan dan kesehatan itu sangat perlu, karena dengan semuanya bersih tentu akan menjadi sehat.
  14. Dalam pengertian pertologan itu mengandung pengertian bahwa anak itu aktif (bukan pasif), dalam memberi pertolongan jangan terlampau banyak atau terlampau sedikit, karena kalau terlampau banyak mengakibatkan anak tersebut, tidak mudah untuk dapat berdiri sendiri selalu menggantungkan diri pada orang lain (orang tua) dan bila terlalu sedikit, maka kemungkinan yang ada pada anak akan patah (sukar berkembang).
  15. Dalam sistim kekerabatan yang terdapat pada orang Jawa dan Sunda, mereka memakai istilah-istilah yang tidak atas dasar tanggungjawab dan perbedaan umur, tetapi berdasarkan tingkatan generasi yang terdapat pada mereka.

B. Tentukanlah gagasan utama kalimat-kalimat berikut! Apa jenis kesatuannya?
  1. Kemajuan manusia dalam segala bidang dibatasi oleh pengetahuan yang diperoleh dan digunakan secara efektif oleh masyarakat sebagai keseluruhan.
  2. Pengalihan pengetahuan secara internasional memang perlu, tetapi itu bukanlah syarat yang mencukupi untuk membangun suatu kerangka intelektual bagi modernisasi dan pembangunan suatu bangsa.
  3. Tak suatu bangsa pun yang dapat mencapai atau bahkan mempertahankan suatu tingkat tinggi dari kemajuan dalam setiap bidang pembangunan manusia tanpa menggabungkan komponen-komponen kesarjanaan.
  4. Suatu langkah yang jamak adalah pergantian mahaguru-mahaguru kolonial dengan mahaguru-mahaguru asing yang bebas dari maksud-maksud sempit kolonialisme, pembinaan sarjana-sarjana pribumi di luar negeri untuk membentuk staf universitas lama dan baru, pemulangan mahaguru-mahaguru asing, dan akhirnya pendidikan tenaga pengajar di dalam negeri.
  5. Ada juga yang berpendidikan SLP dan SLA, tetapi sedikit sekali yang memperoleh pendidikan kejuruan.
  6. Bencana yang menimpa wilayah itu harus segera diatasi, atau kita membiarkan penduduknya musnah total dari muka bumi ini.
  7. Selama tenaga-tenaga pengajar bekerja dalam pemerintahan bakal sulit sekali untuk mengembangkan otonomi ilmu pengetahuan di universitas.
  8. Fungsi utama pendidikan akademis adalah mengembangkan daya pikir mahasiswa, dan daya pikir itu tidak bakal maju jika mereka hanya sekedar mendengar dosen berbicara, mencatat, menghafal dan menerima begitu saja.
  9. Sudah dirintis pencocokan waktu dan program, tetapi penjadwalan waktu amat sukar diatur.
  10. Saya pikir masalah yang terpenting dalam penataan ini bukanlah soal kebutuhan masyarakat, melainkan alokasi dan tenaga.

C. Ubahlah kalimat-kalimat berikut dengan memberi penekanan pada kata-kata dalam kurung!
  1. Ada orang beranggapan bahwa nilai suatu bahasa ditentukan oleh kekayaan kata-kata yang dapat merumuskan konsep-konsep yang berangkai-rangkai. (nilai; ditentukan; kekayaan; merumuskan).
  2. Struktur kalimat penting untuk pembentukan suatu karya sastra, karena pengucapan bahasa tak mungkin ada tanpa kalimat. (pembentukan; pengucapan; tanpa kalimat).
  3. Unsur stilistika sebagai yang ada pada penyelidikan tradisional disangsikan dapat digunakan untuk sanjak-sanjak modern. (disangsikan digunakan; untuk sanjak-sanjak modern).
  4. Peningkatan bahasa Indonesia ke taraf bahasa seni dan bahasa ilmiah hanya dapat terlaksana karena kesungguhan usaha dan kemampuan besar para peminat bahasa dan para sarjana bahasa Indonesia sendiri. (taraf; terlaksana; kesungguhan).
  5. Dalam mengembangkan bahasa Indonesia dirasa perlu kerjasama antara pengarang, linguis, literator, penerbit dan pendukung-pendukung lainnya. (dirasa; kerja sama; pengarang; bahasa Indonesia). 

D. Berilah batasan-batasan dari kata-kata berikut!
buah                      rumah              angin             demokrasi
kebenaran             keadilan           pisau             buku
bunga                    pena                 bis                 sepeda
bahagia                  keamanan        kebodohan    sekolah
perguruan tinggi    fakultas           pakaian          air


Ikhtisar
                                                KALIMAT YANG EFEKTIF

  1. Tujuan mempelajari kalimat yang efektif:
    a. sanggup membentuk kalimat yang benar dan efektif;
    b. sanggup memahami dengan baik kalimat yang dibaca/didengar.
  2. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang sanggup:
    a. mewakili pikiran pembicara/penulis secara tepat;
    b. menimbulkan pengertian yang sama tepat pada pendengar/pembaca seperti apa yang dipikirkan pembicara/penulis.

Kalimat Yang Efektif



Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf 




    

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau