Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Perincian dan Urutan Pikiran

Perincian dan Urutan Pikiran


5.2. Perincian dan urutan pikiran


Yang dimaksud dengan perincian dan urutan pikiran adalah bagaimana pengembangan sebuah gagasan utama dan bagaimana hubungan antara gagasan-gagasan bawahan yang menunjang gagasan utama tadi. Penulis dapat menjamin kepaduan dengan mengemukakan perincian isi berdasarkan urutan ruang, dimulai dari suatu sudut tertentu dan berangsur-angsur bergerak ke sudut yang berlawanan. Ia dapat juga mempergunakan urutan waktu atau urutan kronologis. Atau ia bisa mempergunakan urutan-urutan logis: sebab-akibat, umum-khusus, klimaks, proses dan sebagainya.

Karena hal-hal ini akan diuraikan lagi dalam bagian berikutnya mengenai pengembangan alinea, maka dalam bagian ini tidak diuraikan lebih terperinci. Walaupun demikian perlu ditegaskan bahwa kepaduan atau koherensi dan pengembangan alinea secara praktis sulit dipisahkan. Seperti sudah dikatakan kepaduan lebih menekankan persoalan hubungan antar kalimat, sedangkan pengembangan alinea lebih menekankan urutan-urutan gagasan. Tetapi karena urutan gagasan itu harus didukung oleh urutan-urutan kalimat, maka keduanya sulit dipisahkan. Dari segi konsepsional dan analisa, keduanya bisa dibicarakan tersendiri.



Latihan

Tentukan gagasan utama alinea-alinea berikut. Mana kalimat topiknya?
  1. Kalau Jepang bersedia membeli padi rakyatnya di atas harga pasar, atau mensubsidi petani, tentu pendekatannya bukan ekonomi saja. Kita juga dapat menempuh kebijaksanaan atau pendekatan yang lain. Misalnya, kalau pemerintah tetap membeli padi dengan harga rendah, maka rakyat akan menjualnya kepada pedagang beras. Kalau mereka dipaksai menjual berasnya kepada pemerintah, mungkin mereka akan menyelundupkan ke kota. Atau kalau mereka menjualnya kepada pemerintah, bukan lagi sukarela, melainkan karena takut. Kalau pendekatannya ekonomi saja, maka polanya akan tetap begitu.
  2. Teori-teori pembangunan ekonomi selalu mengandalkan dirinya pada sesuatu pengandaian (asumsi), seraya mengabaikan pengandaian lainnya. Misalnya, pengandaian bahwa ekonomi adalah suatu organisme yang utuh. Padahal tidak begitu. Ekonomi orang kecil, orang miskin atau orang desa mempunyai pola-pola atau hukum-hukum yang berbeda dengan pola-pola atau hukum-hukum ekonomi kota yang berciri ekonomi moneter, seperti halnya perbankan dan jasa-jasa.
  3. Memang kami beranggapan bahwa memandang kenyataan secara perspektif akan memungkinkan kita dapat menempatkan persoalan pada tempatnya yang wajar. Dan meletakkan suatu obyek penelitian pada tempatnya. Dengan demikian dapatlah kita melihat hubungan unsur-unsur umum dan unsur-unsur yang lebih kecil dari kebudayaan itu. Kita dapat meneliti unsur-unsur yang kecil tetapi hendaknya kita juga dapat menghubungkannya dengan bagian yang lebih besar.
  4. Kalau pekerja ilmiah itu sudah biasa mempergunakan bahasa lain dan ingin memindahkan konsep-konsep itu ke dalam bahasa Indonesia, maka persoalan yang dihadapi adalah persoalan terjemahan. Karena pada umumnya sarjana-sarjana Indonesia mengenal bahasa-bahasa asing, maka sebagian besar daripada ekspresi ilmiah itu merupakan proses penterjemahan. Tetapi justru di sini letak persoalan bahasa nasional kita sekarang ini. Di samping pekerjaan itu tidak semudah yang disangka orang, kita tidak dapat terus-menerus menggantungkan diri dari terjemahan (yang notabene hingga kini sangat sedikit dilaksanakan dalam bidang ilmu pengetahuan). Pada suatu ketika kita harus mengungkapkan konsep-konsep ilmiah langsung dalam bahasa Indonesia. Hal ini akan nyata perlunya apabila kita harus melaporkan penyelidikan kita mengenai masalah-masalah keindonesiaan sendiri. Dan di sini akan nyata betapa terikatnya kita pada bumi di mana kita berpijak. Betapapun internasionalnya sifat ilmu yang kita kaji, pembawaan kita sebagai orang Indonesia tak dapat dihilangkan. Kita saksikan misalnya betapa banyaknya suatu cabang ilmu mempunyai aliran-aliran — aliran-aliran yang sebagian timbul dari kenasionalan dan bahasa seseorang sarjana. Betapa tidak? Bukankah kita harus memilih satu bahasa untuk menyampaikan dan menyebarkan ilmu?
  5. Berdasarkan hasil penelitian yang agak cermat, ternyata bahwa pendidikan bahasa nasional baik di dalam ruang kuliah/sekolah maupun di luar tidak dilakukan secara intensif. Berbeda dengan pendidikan bahasa asing di atas. Pendidikan bahasa yang tidak intensif itu terutama disebabkan karena tidak adanya ketegasan mengenai ketetapan-ketetapan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain tidak ada pedoman yang boleh dijadikan pegangan dalam pendidikan bahasa Indonesia. Kebebasan pemakaian bahasa baik tertulis maupun lisan sangat leluasa, sehingga timbul kesan seakan-akan tidak ada aturan yang mantap dalam pemakaian bahasa Indonesia tidak adanya ketetapan-ketetapan yang boleh dijadikan pegangan dalam pendidikan bahasa Indonesia, mengakibatkan toleransi terhadap kesalahan-kesalahan dalam pemakaian bahasa, yang dijadikan ukuran dalam pemakaian bahasa ialah asal sudah dapat diketahui maksudnya. Tentang cara bagaimana mengungkapkannya, kurang diperhatikan. Pengungkapan maksud dalam bahasa adalah peristiwa bahasa, sedangkan penangkapan maksud adalah soal logika. Meskipun maksud itu diungkapkan dengan bentuk bahasa yang salah, maksudnya dapat ditangkap oleh orang yang diajak bicara.

Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf 


Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau