Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka




DAFTAR PUSTAKA:
  • Abe Masamichi. 1979. Nihon Bungaku Gairon. Tokyo: Yubunshoin.
  • Aragi Shigeru. 1983. Nihon no Kinsei Bungaku. Tokyo: Shin Nihon Suppanesha.
  • Aso Isoji. 1978. Nihon Bungakushi. Tokyo: Meiji Shoin.
  • Brower, Robert H. dan Earl Miner. 1961. Japanese Court Poetry. Stanford, California: Stanford University.
  • Don Kenny. 1968. A guide to Kyogen. Tokyo-Kyoto: Hinoki Shoten.
  • Fujino Yoshio. 1988. Nihon Bungei Gairon. Tokyo: Shimizu Shoin.
  • Fukuda Kyoto. 1969. Mori Ogai Hito to Sakuhin. Tokyo: Shimizu Shoin.
  • __________ . 1971. Tsubouchi Shoyo, Hito to Sakuhin. Tokyo: Shimizu Shoin.
  • Gomi Tomohide. 1967. Manyoshu Shitsukei. Tokyo: Gakutosha.
  • Gondo Yoshikazu. 1979. Darenidemo Wakaru Noh no Nikata. Kyoto: Bunkasha.
  • Hirano Ken. Showa Bungakushi. Tokyo: Chikuma Shobo.
  • Hisamatsu Senichi. 1954. Koku Bungaku. Tokyo: Daigaku Shuppan Kai.
  • Horikoshi Zentaro. 1975. Noh, Kabuki no Shotai. Tokyo: Tokai Daigaku Shuppankai.
  • Inoue Minoru. 1983. Nihon Bungaku no Genri. Tokyo: Kazama Shobo.
  • Kato Shuichi. 1980. Nihon Bungakushi Josetsu. Tokyo: Chikuma Shobo.
  • Kamifuji Yutaka. 1980. Nihon Bungakushi. Kyoto: Senikkusu Shoin.
  • Kojima Noriyoki. 1972. Manyoshu I-IV Nihon Koten Bungaku Zenshu. Tokyo: Shogakukan.
  • Maruoka Daiji. 1966. Noh Kansho no Tameni. Osaka: Hoikusha.
  • Matsuda Tamotsu. 1977. Noh, Kyogen Nyumon. Tokyo: Bunken Shuppen.
  • Mimura Koichi. 1975. Bunraku Kansho no Tameni. Tokyo: Hoikusha.
  • Mitani Eichi. 1974. Nihon Bungakushi Jiten. Tokyo: Yuseido.
  • Muramatsu Sadataka. 1982. Bungaku Gairon. Tokyo: Sobunsha.
  • Murayama Izuru. 1979. Nihon Bungakushi. Tokyo: Gakutosha.
  • Nakanishi Susumu. 1977. Manyoshu, Nihon Koten Bungaku III. Tokyo: Kadokawa Shoten.
  • Odagiri Hideo. 1965. Showa Bungaku no Seiritsu. Tokyo: Keiso Shobu.
  • ____________ . 1976. Sakuhin Kansho Niyoru Nihon Bungakushi. Tokyo: Kotenhen Mugi Shobo.
  • ____________ . 1982. Bungaku Gairon. Tokyo: Keiso Shobo.
  • Osone Shosuke. 1983. Kenkyu Shiryo Nihon Koten Bungaku. Tokyo: Meiji Shoin.
  • Ouchi Seiichiro. 1985. Nihon no Bungakuni Tsuyoku Nahuron. Tokyo: Kyoken.
  • Saigo Nobutsune. 1954. Nihon Bungaku no Koten. Tokyo: Iwanami Shoten.
  • Saiho Kyoshi. 1980. Nihon Bungeiron. Tokyo: Mineruba Shobo.
  • Sati Seijiro. 1958. Masterpieces of Japanese Puppetry. Vermont & Tokyo, Japan: Sculptured Heads of the Bunraku Theater, Charles T. Tuttle Company, Inc. of Rutland.
  • Satomi Ton. 1972. Saikaku, Chikamatsu, Basho: Nihon Bungaku Zenshu 6. Tokyo: Kawade Shobo Shinsha.
  • Shimasu Tadao. 1985. Wakashi. Tokyo: Wazumi Shoin.
  • Shimonaka Kunihiko. 1970. Nihon no Koten Geino Dainanakan Joruri. Tokyo: Heinbonsha.
  • _____________ . 1971. Nihon no Koten Geino Daichikan Kabuki. Tokyo: Heibonsha.
  • _____________ . 1972. Sekai Daihyaka Jiten. Tokyo: Heibonsha.
  • Takagi Ichinosuke. 1972. Heike Monogatari Jo Nihon Koten Bungak Taikei 32. Tokyo: Iwanami Shoten.
  • Tori Koe Bunzo. 1974. Chikamatsu Monzaemonshu 1, Nihon Koten Bungakushu 43. Tokyo: Shogakan.
  • Umehara Takeshi. 1980. Manyoshuno Sekai. Tokyo: Chikuma Shobo.
  • Uno Nobuo. 1985. Chikamatsu Meisakushu. Tokyo: Kawade Shobo Shinsha.
  • Wazumi Hitoshi. 1978. Kabuki Nyumon. Tokyo: Bunken Shuppan.
  • Yamada Shoichi. 1977. Bunraku Nyumon. Tokyo: Kawade Shobo Shinsha.
  • Yamamoto Kenkichi. 1975. Jinbutsu Nihon no Rekishi II. Tokyo: Shogakukan.
  • Yoshida Seiichi. 1960. Kindai Bungaku Kansho Jiten. Tokyo: Tokyodo.
  • _____________ . 1969. Kindaishi Kansho Jiten. Tokyo: Tokyodo.


Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau