Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
D. Drama Zaman Modern
Pada bagian ini akan diperkenalkan seorang pengarang drama yang terkenal setelah Perang Dunia II, yaitu Kinoshita Junji. Kegiatan Junji dimulai dengan mengadakan penelitian tentang drama, disusul kemudian dengan meneliti cerita rakyat, kesenian dan masyarakat, juga tentang Shakespeare. Dia juga mempermasalahkan bahasa dalam drama, selain ikut aktif dalam pertemuan para penulis kesusastraan internasional, baik yang diadakan di Asia maupun di Afrika. Kinoshita Junji dapat dikatakan sebagai seorang dramawan sekaligus ilmuwan terkenal.
Drama Yuzuru hasil karangannya yang akan diperkenalkan berikut ini diterbitkan pada tahun 1949 dan sudah diterjemahkan ke dalam 70 bahasa asing, di antaranya Inggris, Jerman, Perancis, Rusia, Spanyol, dan Cina. Drama yang dapat dikatakan bertaraf internasional ini dititikpusatkan pada cerita rakyat; yang diinginkan adalah bahwa pada zaman kuno maupun sekarang cerita rakyat ini dapat diterima dan diekspresikan dalam drama. Untuk itu, Junji membuat suatu percobaan bahasa yang digunakan dalam dialog drama tersebut. Misalnya, bahasa yang digunakan oleh peran utama dalam drama ini (Tsu) — tokoh wanita berasal dari seekor bangau — menggunakan bahasa Jepang yang baik dan indah, dan menghilangkan sama sekali istilah-istilah yang lebih diperbagus. Sebaliknya, tokoh-tokoh pria yang bermain dalam drama ini menggunakan bahasa-bahasa yang ekspresi bahasanya berasal dari percampuran seluruh bahasa daerah Jepang, dan bahasa percakapan biasa (tetapi ada istilah ungkapan bahasa daerahnya).
Cerita drama ini dimulai dari seekor bangau yang ingin membalas budi baik Yohyo dan berubah wujud menjadi wanita. Bangau tersebut datang ke tempat Yohyo dan mereka — Yohyo dan bangau yang berubah wujud menjadi wanita yang disebut Tsu itu — hidup sebagai suami istri. Sebagai rasa bakti pada suaminya, Tsu membuat sebuah tenunan yang disebut Senbaori. Bahan tenunannya berasal dari bulu tubuhnya. Hasil tenunan ini akhirnya dijual dengan harga yang sangat mahal di kota. Karena mengetahui hal ini, teman-teman Yohyo yang mempunyai akal bulus, membujuk Yohyo untuk meminta Tsu membuat tenunannya kembali. Yohyo yang lucu dan bodoh itu dengan mudah terbujuk akal bulus teman-temannya, dan segera meminta pada Tsu untuk membuat kembali tenunan itu. Tsu yang sangat cinta pada kebaikan dan ketulusan Yohyo, menyanggupi menenun kembali tapi dengan syarat bahwa selama ia membuat tenunan itu, Yohyo tidak boleh mengintip barang sekejap pun. Kemudian, Tsu kembali menenun dengan menggunakan bulu-bulu di badannya sebagai bahan tenunan. Namun, Yohyo akhirnya melanggar janji dan mengintip tempat pembuatan tenunan itu. Dengan susah payah Tsu menyelesaikan dua buah tenunan dan mengerahkan segala kekuatan serta bulu-bulu yang masih tumbuh di tubuhnya, sampai menjadi kurus. Dengan tubuh yang kurus kering dia keluar dari tempat menenun setelah menyelesaikan dua buah tenunannya. Kita lihat dialog dari klimaks cerita ini.
Tsu : "Sudah saya mohon dan meminta agar menepati janji, tapi mengapa kamu telah melihat juga?"
Yohyo : "Kenapa? Kenapa menangis?"
Tsu : Sebenarnya saya ingin selalu dan kalau bisa selamanya ingin bersamamu. Satu di antara dua tenunan ini simpanlah baik-baik, karena saya sudah menyelesaikannya dengan segenap hati saya.
Yohyo : "Oh iya, ini betul-betul tenunan yang sangat indah."
Tsu : (Sambil memegang pundak Yohyo) "Betul Yo, kamu simpan baik-baik, betul-betul disimpan terus ya."
Yohyo : (Seperti anak kecil) "Ya, saya akan simpan baik-baik. Tsu, aku akan mendengarkan apa yang kau katakan. Tapi Tsu, mari kita pergi ke kota."
Tsu : "Saya tidak bisa (Sambil tersenyum dia berdiri dan tahu-tahu menjadi putih). Saya sudah kurus seperti ini. Habis, bulu yang biasa saya gunakan sudah saya pakai semuanya. Yang tinggal hanya bisa untuk terbang saja."
Yohyo : (Segera dia merasakan sesuatu) "Hai, Tsu." (Maksudnya memeluk Tsu, tetapi dua tangan yang dipeluk hanya putih saja).
Tsu : "Yohyo, jagalah kesehatanmu baik-baik, sehat-sehat selalu ya."
Yohyo : (Terdiam, terdengar dari kejauhan nyanyian anak-anak, yaitu lagu "Warabe")
Tsu : "Oh, saya harus berpisah pula dengan anak-anakku. Entah berapa kali saya menenun sambil menyanyikan lagu itu bersama-sama dengan mereka. Yogyo, jangan lupa pada saya ya. Saya juga tidak akan lupa padamu. Meskipun dalam waktu yang singkat, tapi hari-hari yang kita lewati bersama di mana saya kamu cintai setiap saat, juga hari-hari di mana saya bermain sambil bernyanyi bersama anak-anak, tidak akan dan tidak akan melupakannya meskipun saya pergi entah ke mana, sampai kapan pun."
Yohyo : "Tsu, kau mau ke mana?"
Tsu : "Janji ya, jangan lupakan saya! Satu tenunan itu simpanlah baik-baik sampai kapan pun."
Yohyo : "Hai, Tsu...."
Tsu : "Selamat tinggal, selamat tinggal."
Yohyo : "Hai, Tsu, tunggu, kukatakan tunggu, aku juga ikut bersamamu, hai Tsu, Tsu."
Tsu : "Jangan, jangan, tidak bisa, saya tidak bisa berubah wujud sebagai manusia lagi, dan harus kembali ke angkasa. Dan saya harus kembali sendiri ke sana. Selamat tinggal, sehat-sehat ya. Selamat tinggal, betul-betul selamat tinggal." (Lalu hilang)
Yohyo : "Tsu...! Tsu...! Tsu..., kau pergi ke mana? Hai Tsu...! Tsu...!" (Dengan langkah gemulai pergi ke luar. Teman-temannya, Soudo dan Unzu, datang untuk menahannya).
Soudo : (Sambil nafasnya terengah-engah) "Sudah hilang...!"
Anak-anak : (Datang berlari-lari) "Bibi, Bibi, nyanyi dong...! Bibi, Bibi, yuk kita main bersama."
Seorang anak : (Sambil tiba-tiba menengok ke langit) "Oh itu bangau, bangau...! Bangau sedang terbang...!"
Soudo : "Oh ya, bangau...!"
Unzu : "Oh...!"
Anak-anak : "Bangau, itu bangau sedang terbang...!"
Unzu : "Hai Yohyo, lihat itu bangau...!"
Soudo : "Terbangnya, pelan." (Berkata sendiri) "Ngomong-ngomong tenunannya sudah selesai dua buah, itu betul-betul menguntungkan." (Sambil dengan paksa mau merebut dua buah tenunan dari Yohyo, tapi tanpa sadar Yohyo tidak mau melepaskan tenunan itu)
Unzu : "Oh... makin lama semakin kecil."
Yohyo : "Tsu...! Tsu...!" (Berjalan terlunta-lunta seperti mau mengejar bangau). (Soudo juga seperti tertarik oleh pemandangan itu. Pandangan ketiga laki-laki ini tertuju pada satu titik di langit, yaitu ke arah bangau yang sedang terbang, dan terdengar sayup-sayup lagu "Warabe").
Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang
Comments
Post a Comment