Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Hidup secara agamis artinya mencoba terhubung dengan Tuhan dengan melakukan yang diinginkan-Nya dan menjauhi hal-hal yang menjadi larangan-Nya. Setiap orang yang agamis akan mengakui bahwa dirinya berkali-kali gagal dari waktu ke waktu dan tidak melanggar ajaran agama dalam hidupnya. Seperti yang dikatakan oleh Raja Salomo (Pengkhotbah 7:20), "Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!" Karena semua orang berdosa, agama-agama menyediakan prosedur yang bisa diikuti untuk mengatasi dosa mereka. Dalam Yudaisme proses ini disebut t'shuva.
Kebanyakan orang mengartikannya sebagai "penyesalan", namun kata t'shuva sendiri berarti "kembali". Tindakan menyesal menurut Taurat tidak sekadar pernyataan mengakui kesalahan. T'shuva adalah proses panjang untuk mengalahkan dosa, yang termasuk di dalamnya pengakuan akan dosa, pembersihan diri dan janji untuk tidak mengulanginya lagi. Setelah proses t'shuva digenapi, kita bisa kembali ke jalan Tuhan.
Untuk memahami konsep pertobatan ini, akan lebih baik untuk mengetahui lebih jauh konsep tentang dosa. Kalau Anda tanggalkan ukuran moral yang cenderung melekat pada tindakan dosa, lalu apa yang akan tertinggal? Kesalahan. Menurut Taurat, berbuat dosa bukanlah sekadar tidak mengikuti apa yang diajarkan, melainkan pula melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kepentingan sendiri. Seseorang yang melanggar hukum Tuhan tidak saja karena hukum tersebut tertulis begitu. Seseorang mengikuti hukum Tuhan karena mereka percaya bahwa hal itu adalah juga demi kepentingan mereka. Bagi orang yang agamis, melanggar hukum Tuhan sama saja dengan menyalahi diri sendiri.
Itulah mengapa konsep bertobat, yang biasanya hanya digagas dalam ukuran moral atau dosa agamis, juga bisa diterapkan dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam bisnis dan juga dalam berbagai urusan lainnya. Jika bertobat adalah jalan untuk memperbaiki kesalahan, maka bisa diterapkan pula pada segala jenis kesalahan besar. Penting untuk ditekankan di sini bahwa kita tidak mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan umum dalam bisnis seperti menunda-nunda atau perencanaan yang buruk adalah merupakan dosa moral. Yang dimaksud di sini adalah bahwa sebagaimana dosa moral dan dosa agamis, kesalahan-kesalahan dalam bisnis juga bisa diperbaiki. Dan Taurat memberikan tuntunan tentang bagaimana memperbaiki kesalahan serta memastikan untuk tidak mengulanginya kembali.
Tuntunan tersebut melibatkan empat langkah. Mari kita lihat setiap langkahnya lebih rinci.
Kenali Kesalahan dan Ambil Tanggungjawabnya. Pertama adalah mengenali dan bertanggungjawab untuk kesalahan tersebut dan menyadari kerusakan yang mungkin ditimbulkan bagi bisnis atau kehidupan kita. Hal ini memerlukan pemikiran yang cukup dalam. Contoh nyata dari kesalahan-kesalahan yang sering terulang adalah kebiasaan menunda. Untuk banyak orang, kebiasaan menunda adalah halangan terbesar bagi keberhasilan sejati. Tidak peduli seberapa penting sebuah tugas yang diemban, beberapa orang tidak menyediakan cukup waktu untuk menyelesaikannya dengan baik. Mereka hanya menunda sampai kehabisan waktu dan pada akhirnya hasil yang didapat terkorbankan. Karena hal itu, mereka tidak mendapatkan bisnis lagi dan reputasinya hancur. Ditambah lagi, hal ini menyebabkan meningkatnya stres dan amarah. Jika orang jujur pada dirinya sendiri, mereka akan menyadari bahwa mereka punya masalah. Namun sulit untuk mengatasi masalahnya. Demi hal tersebut, Anda perlu secara penuh mengerti kerusakan pada berbagai bidang akibat menunda-nunda. Melalui perenungan mendalam pada akibat dari kesalahan ini, Anda akan mulai memandang kebiasaan menunda sebagai musuh—sesuatu yang berdiri di antara Anda dan keberhasilan—dan hal ini akan mendorong Anda untuk melawannya dengan baik saat kebiasaan ini muncul lagi. Proses yang sama bisa diterapkan pada masalah-masalah lainnya, termasuk amarah, kurangnya konsentrasi, keangkuhan dan pikiran negatif.
Kenali Kekeliruan dalam Pemikiran Anda. Saat Anda mengenali kegagalan dan bagaimana hal itu mempengaruhi hidup Anda, Anda akan bisa maju selangkah lagi: mengenali kekeliruan dalam pemikiran Anda yang menyebabkan terjadinya kesalahan. Kita akan gunakan keangkuhan sebagai kekeliruan untuk menggambarkan langkah kedua ini. Keangkuhan datang dari gagasan bahwa Anda mempunyai nilai lebih dari orang lain. Sejak manusia diciptakan dalam gambar-Nya, dan dalam kesamaan, ini berarti orang yang angkuh berpikir bahwa dia lebih baik daripada manusia. Pemikiran ini berbahaya karena dekat dengan yang dinamakan pemberhalaan. Dalam hal ini berhalanya adalah diri sendiri. Dengan meneliti secara hati-hati tentang proses berpikir yang mengarah ke sifat angkuh—atau ke sifat-sifat lainnya yang menyebabkan kegagalan—Anda bisa mengenali logika mana yang kacau dan mulai memperbaikinya.
Akui Kekeliruan Anda di Depan Orang Lain. Langkah ketiga adalah kita perlu mengakui kepada diri sendiri dan sama pentingnya juga mengakuinya di depan orang lain. Seorang life-coach terkenal pernah mengatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa dia (si-coach) akan menelepon dan berbicara dengan mereka, hal itu saja sudah memotivasi mereka untuk mengerjakan tugasnya dengan efisien. Gagasannya adalah selama orang lain dalam hidup kita mengetahui masalah dan kesalahan kita, mereka bisa memberi kita motivasi untuk menghindar dari perbuatan salah tersebut. Jadi jika Anda mengakui hal-hal tersebut ke orang-orang di sekitar Anda, akan lebih sulit bagi Anda untuk terus melakukan kekeliruan tersebut. Kembali ke contoh sebelumnya tentang menunda, saat kita akui masalah ini ke rekan kerja kita, akan lebih sulit bagi kita untuk meneruskan kebiasaan tersebut. Kita sadari bahwa orang-orang paham mengapa proyek kita terlambat. Hal ini akan memotivasi kita untuk tidak menunda. Cara yang sama berlaku untuk kekeliruan-kekeliruan kita yang lain.
Berjanjilah untuk Tidak Tergoda Lagi. Langkah keempat dalam tuntunan mengatasi kegagalan adalah berjanji untuk tidak lagi mengikuti jalan berpikir yang keliru. Ini bisa diungkapkan dengan kata-kata sederhana dengan bersumpah kepada diri Anda sendiri. Atau jika dengan begitu terlalu mudah untuk dilanggar, bisa juga berupa janji secara tertulis—dengan pasangan teman baik, life-coach, atau bahkan dengan Tuhan—untuk mengubah pola pikir dan perilaku Anda.
Intisari untuk Bisnis: Mengenali bahwa bisnis menderita karena kemunduran dan kekeliruan saja tidaklah cukup. Anda perlu menemukan dan menggunakan strategi yang baik yang bisa memastikan perubahan Anda terhindar dari kekeliruan dan kemunduran berulang-ulang. Perenungan menjadi sarana yang jitu untuk mengatasi elemen perusak yang mempengaruhi hasil akhir bisnis Anda. Kenali kerusakan yang dibuat oleh kekeliruan-kekeliruan bagi keuntungan bisnis Anda dan kemudian pandanglah sebagai musuh.
Intisari untuk Pribadi: Akui masalah yang Anda hadapi ke orang lain dan begitu Anda memutuskan untuk membuang kebiasaan negatif, biarkan teman-teman dan keluarga Anda mengetahuinya. Hal ini akan menjadikan lebih sulit bagi Anda untuk kembali ke kebiasaan tersebut.
Baca: Buku Sukses Bisnis Cara Yahudi
Comments
Post a Comment