Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Ĺ‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Beberapa orang yang kita wawancarai dalam menulis buku ini mengatakan bahwa kata gagal tidak pernah ada dalam kamus mereka—meskipun hal terburuk terjadi, mereka tidak pernah melihat satu situasi sebagai kondisi kehancuran total. Contoh bagus tentang orang dengan sikap seperti ini adalah David Slager, seorang mitra di perusahaan dana lindung-nilai Atticus Capital. "Kata kegagalan sangatlah sementara", kata Slager. "Suatu situasi jarang berlaku seterusnya. Biasanya selalu ada kesempatan untuk menyelamatkan diri".
David Slager mengatakan bahwa pendekatan untuk mengatasi masalah ini dia dapatkan karena terinspirasi tokoh dalam Talmud yaitu Nachum Ish Gam Zu, yang secara harfiah berarti "Nachum, Manusia Ini Juga". Talmud (Ta'anit 21a) menjelaskan bahwa dia mendapatkan nama tersebut karena dalam kondisi seburuk apa pun, dia cenderung mengatakan gam zu letovah, yang berarti "Ini juga, untuk kebaikan". Dengan kata lain, bagi Nachum Ish Gam Zu, tidak ada yang namanya hasil buruk—dari cara berpikirnya, semuanya tadi dimaksudkan untuk kebaikan. Dan jika ternyata tidak nampak pada suatu saat, waktulah yang bakal mengungkap yang sebenarnya.
Meniru pendekatan ini, David Slager membedakan antara kekeliruan menilai yang bersifat personal dengan hasil keseluruhan. Bahwa tidak ada manusia yang sempurna tak bisa dipungkiri, kata Slager, "Saya mungkin pernah salah menilai, tetapi apa yang terjadi pada akhirnya adalah untuk kebaikan—gam zu letovah—perlakuan apa pun dari pasar saham kepada saya adalah demi kebaikan. Untuk menggambarkan maksudnya, dia mengatakan "Saya jarang sekali menyerah dalam berinvestasi. Di kantor, saya dikenal sebagai orang yang jarang berubah pikiran atau jarang menyerah pada sesuatu. Oleh karena itu jika suatu saham sepertinya akan jatuh, saya biasanya memandang hal tersebut sebagai kesempatan untuk membeli lebih banyak, dengan harga lebih murah".
"Ada dua cara untuk melihat situasi yang negatif", jelas Davis Slager. "Saat suatu saham yang saya pegang merosot, misalnya, saya bisa melihatnya dan berkata ini adalah pelajaran mahal tapi saya belajar darinya. Tapi cara memandang yang lebih positif dari ini adalah bahwa saya punya kesempatan untuk membeli saham yang sama lebih banyak lagi. Sering saat saham turun, di situlah kesempatan baik muncul".
Konsep ini sangat penting untuk memastikan bahwa kekeliruan yang terjadi tidak bersifat langgeng dan akhirnya bisa menjadi jalan untuk keberhasilan. Orang-orang ini tidak bisa melihat adanya optimisme pada banyak hal—saat saham mereka jatuh, diri mereka juga jatuh. Tetapi untuk orang-orang yang menyadari bahwa ada kekuatan di luar kuasa mereka, kegagalan diri sebenarnya tidak pernah ada. Orang-orang semacam ini mampu melihat sisi atas dari kartu yang diberikan oleh semesta ini padanya. Saat mereka mengakui telah keliru menilai atau melakukan suatu kesalahan, tidak berarti akan berakhir dengan kegagalan total. Di bawah setiap kegagalan tersembunyi hal positif—apa yang untuk orang lain dianggap sebagai kegagalan, dipandang oleh mereka sebagai kemungkinan untuk berhasil di masa depan.
Pendekatan ini mengubah cara berpikir dan bertindak seseorang dalam menghadapi tantangan. Orang yang hanya melihat kegagalan akan mundur dari suatu investasi saat sahamnya mulai turun, atau melepas bisnis yang mulai goyah. Tapi itu bukan orang-orang dengan pendekatan seperti David Slager. Mereka memiliki kemampuan untuk tetap memegang investasi meskipun sangat berat dan orang-orang lain telah meninggalkannya. Inilah kunci keberhasilan, kata Slager "Si pemenang dalam bisnis ini adalah mereka yang tidak mudah terguncang, atau menyitir ucapan penemu besar Thomas Edison "Banyak orang gagal dalam hidup karena orang tersebut tidak menyadari seberapa dekat mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah".
Intisari untuk Bisnis: Di saat hampir semua bisnis mengalami kekeliruan, Anda tidak perlu memberi cap bahwa perusahaan Anda sebagai gagal. Saat bisnis sepertinya akan jatuh, lihatlah optimisme di situ—semua pengusaha sukses telah melalui tahap ini, dan mengatasinya. Yang Anda perlukan adalah melihat lebih jauh dari waktu dan tempat saat ini dan tetap bertekad untuk meraih masa depan yang lebih cerah.
Intisari untuk Pribadi: Ingatlah bahwa kegagalan personal adalah hanya pikiran semata dan bukan kenyataan. Kita semua berbuat kesalahan, Anda hanya akan gagal jika Anda biarkan diri Anda gagal.
Baca: Buku Sukses Bisnis Cara Yahudi
Comments
Post a Comment