Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Bab III
ALINEA
KESATUAN DAN KEPADUAN
1. Pengertian Alinea
Dalam surat-surat kabar sering terdapat alinea-alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat. Sebaliknya ada buku-buku yang mengandung alinea yang sangat panjang, mungkin satu halaman penuh. Dalam kedua ekstrim ini timbullah pertanyaan: yang mana dari kedua ekstrim ini yang benar? Atau lebih jauh lagi kita bertanya: Alinea sebenarnya apa?
Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. Alinea tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam alinea itu gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.
Melalui alinea-alinea kita mendapat suatu efek lain, yaitu kita bisa membedakan di mana suatu tema mulai dan berakhir. Coba bayangkan, bila kita membaca sebuah buku yang sama sekali tidak memberi pembagian atas alinea-alinea. Kita akan menjadi kepayahan menghadapi seluruh buku itu, kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus sampai selesai, sehingga sukar untuk mengadakan konsentrasi pikiran dari suatu gagasan ke gagasan yang lain. Kita tidak tahu pasti di mana suatu ide mulai dan di mana ide itu berakhir. Itulah sebabnya kita seolah-olah dipaksa untuk membaca terus tanpa istirahat sampai selesai. Lain halnya kalau dalam buku tersebut sudah diberikan pembagian atas alinea-alinea. Kita akan berhenti sebentar sesudah sebuah alinea berakhir, dan dengan demikian dapat mengadakan konsentrasi pikiran terhadap tema yang terkandung di dalamnya.
Sebab itu pembentukan sebuah alinea sekurang-kurangnya mempunyai tujuan:
a. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu tiap alinea hanya boleh mengandung satu tema. Bila terdapat dua tema, maka alinea itu harus dipecahkan menjadi dua alinea.
b. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir kalimat. Dengan perhentian yang lebih lama ini konsentrasi terhadap tema alinea lebih terarah.
Sebab itu selalu harus diperhatikan susunan dan kesatuan suatu pokok pikiran pada waktu membentuk sebuah alinea. Kalimat-kalimat dalam alinea harus bertalian satu sama lain secara mesra, dan bersama-sama membentuk suatu bagian yang berpautan.
Walaupun prinsipnya sebuah alinea harus terdiri dari rangkaian kalimat-kalimat, tetapi ada juga alinea yang terdiri dari satu kalimat, sebagai sudah disinggung pada permulaan uraian ini. Ada beberapa sebab mengapa bisa terdapat alinea semacam ini. Pertama karena alinea itu kurang baik dikembangkan oleh penulisnya; penulis kurang memahami hakekat alinea. Kedua, memang sengaja dibuat oleh pengarang, karena ia sekedar mengemukakan gagasan itu bukan untuk dikembangkan, atau pengembangannya terdapat pada alinea-alinea berikutnya. Begitu pula sebuah alinea yang terdiri dari sebuah kalimat dapat bertindak sebagai peralihan antara bagian-bagian dalam sebuah karangan. Dialog-dialog dalam narasi-narasi, biasanya diperlakukan sebagai satu alinea.
Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf
Comments
Post a Comment