Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Abraham Bernegosiasi dengan Tuhan

Abraham Bernegosiasi dengan Tuhan


Taurat menghubungkan kisah antara dua kota, Sodom dan Gomorah, di mana masyarakatnya benar-benar rusak. Menurut Midrash (Bereishit Rabbah 41:8), kedua tempat tersebut penuh dengan penghuni yang tak bermoral dan senang membunuh. Keramahtamahan misalnya, dilarang di Sodom dan Gomorah, dan bisa dikenai hukuman mati dengan kejam. Sebaliknya, kebobrokan seksual yang parah diizinkan.

Tuhan memutuskan untuk menghancurkan para penghuni Sodom dan Gomorah, dan memberitahu Abraham mengenai keputusan ini. Abraham keberatan jika Tuhan membunuh ribuan orang tersebut, baik yang berperilaku saleh maupun yang rusak, dan dia mulai bernegosiasi demi penyelesaian yang damai. Untuk itu, Abraham menggunakan beberapa taktik negosiasi. Dia menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bisa menguak keraguan akan alasan untuk menghancurkan Sodom dan Gomorah. Dia bertanya kepada Tuhan apakah keadilan akan ditegakkan jika dia membunuh orang-orang baik dan jahat sekaligus. Dia juga menggunakan beberapa macam pendekatan dalam memberi saran kepada Tuhan bahwa mungkin ada lima puluhan orang yang saleh di Sodom dan Gomorah. Dia lalu melanjutkan dengan pertanyaan lain, apakah memang kehendak Tuhan menghukum dan membunuh mereka semua dan bukannya mengampuni saja karena adanya lima puluh orang yang saleh di dalam perkotaan itu. Abraham kemudian juga bertanya apakah mungkin Tuhan sebagai hakim seluruh dunia melakukan sesuatu yang tidak adil. Tuhan menjawab bahwa Dia tak akan menghancurkan Sodom dan Gomorah jika memang benar ada lima puluh orang lurus yang tinggal di situ.

Masalahnya kemudian adalah bahwa memang ternyata tidak ditemukan sebanyak lima puluh orang saleh di sana. Abraham bertahan, dan menanyakan apakah Tuhan akan mengampuni kota tersebut jika ada empat puluh lima orang saleh di sana, dan lagi-lagi orang sebanyak itu tidak ditemukan. Akhirnya Abraham mencoba kesepakatan akhir dengan Tuhan, jika ada sepuluh orang saleh di sana agar Tuhan tidak menghancurkan Sodom dan Gomorah karena adanya mereka. Namun ternyata sepuluh pun tak ada. Sesuai takdirnya, Sodom dan Gomorah ditutup dan dihancurkan keesokan harinya.

Jika kita analisis negosiasi yang dilakukan Abraham, terlihat bahwa dia mencoba pendekatan dua sisi dengan menggunakan untaian pertanyaan sebagai taktik utamanya. Pertama, dia menantang konsep dan keadilan dari hukuman kolektif. Kedua, dia menyatakan bahwa masih ada orang-orang saleh di Sodom dan Gomorah. Apa yang sebenarnya dikatakan oleh Abraham—seperti dikisahkan—adalah bahwa sejak banjir besar (di mana Tuhan menghancurkan seluruh populasi dunia kecuali Nuh dan keluarganya), telah muncul prasangka bahwa Tuhan menghukum orang-orang baik dan orang jahat tanpa membedakan mereka.

Melalui penggunaan kata-kata yang cerdas, Abraham memberikan isyarat ke Tuhan, jika ternyata ada orang-orang baik di sana, maka membunuh semuanya di Sodom dan Gomorah (termasuk orang-orang saleh) akan menjadi berita kurang baik dan menjatuhkan 'reputasi' Tuhan. Pada akhirnya, sanggahannya itu tersangkal dengan kenyataan bahwa orang saleh yang ada tidak sampai segelintir di Sodom dan Gomorah.

Kenyataan bahwa tidak ada hingga sepuluh orang baik yang ditemukan berarti bahwa mayoritas penduduk kedua kota tersebut adalah kaum rusak dan memang pantas mendapatkan hukuman. Dengan bernegosiasi, Abraham mendapatkan pernyataan dari Tuhan bahwa bila ada orang-orang yang saleh di Sodom dan Gomorah, Dia akan menyelamatkan seluruh penghuninya yang kebanyakan berisi orang yang rusak moralnya. Meskipun dalam kasus ini Abraham tidak mampu menyelamatkan Sodom dan Gomorah, dia telah mencapai tujuannya, yaitu memastikan bahwa keadilan berjalan dan bahwa orang-orang yang baik tidak dihukum akibat perbuatan tetangga mereka yang bejat.

Kita bisa menyimpulkan bahwa Abraham menjalankan strategi untuk tidak bernegosiasi tentang harga (yaitu kehancuran Sodom dan Gomorah) tetapi lebih pada negosiasi tentang kondisinya (membangun teladan untuk meminta dispensasi dalam keadilan). Dengan kata lain, dia tidak menggunakan harga mati dalam meminta Tuhan untuk mencabut keputusan-Nya menghancurkan Sodom dan Gomorah. Dia memilih mempertanyakan dari sisi lain, yaitu dari sisi keadilan jika orang baik harus terbunuh bersama orang yang jahat. Hal ini meningkatkan posisi tawar Abraham. Memungkinkan dirinya untuk mencari orang-orang yang saleh, dan jika ditemukannya, dia akan bisa menegosiasikan penundaan penghancuran tersebut. Kenyataan bahwa Abraham tidak bisa menemukan sejumlah orang baik di situ, itu masalah lain, karena bagaimana pun dia memenangkan negosiasinya. Abraham mendapatkan apa yang dia maui, yaitu keinginannya melihat keadilan dijalankan sehingga orang baik tidak dihukum akibat perbuatan orang jahat.

Di dalam bisnis, strategi ini mengandung sebuah pelajaran. Dalam suatu transaksi di mana pihak lain sepertinya telah meyakini suatu keputusan dengan kuat, menjadi sangatlah penting untuk mengikuti cara Abraham untuk tidak berhadapan dengan kepentingan mereka secara langsung. Cobalah melihat area lain di luar harga yang bisa mendatangkan hasil yang bermanfaat. Lihatlah pada syarat dan ketentuan yang berlaku pada transaksi tersebut, jika harus mendapatkan kesepakatan, yang bisa dengan kuat mengubah dinamika dari transaksi tersebut. Bagaimana pun, kesepakatan yang dicari mestilah yang tidak meruntuhkan kepentingan utama dari pihak lainnya. Ini akan menjadi kesepakatan yang membuat kedua pihak mencapai tujuannya.

Kebanyakan transaksi melibatkan isu lain yang bisa dinegosiasikan dan bisa mempengaruhi secara keseluruhan tanpa harus bersifat konfrontatif. Contohnya saat membeli rumah, ada harga rumah itu sendiri dan ada juga isu-isu lain seperti perabot, perbaikan, renovasi, atau pun tentang pembayaran. Negosiasi dalam isu lain tersebut bisa mengubah perhitungan keseluruhannya. Dan bahkan jika tidak begitu, kesepakatan tetap bisa dibuat tanpa mengubah dinamika transaksinya secara mendasar, dan mengarahkannya ke negosiasi yang berhasil.


Baca: Buku Sukses Bisnis Cara Yahudi

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau