Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Panggung dan Penonton

Panggung dan Penonton


d. Panggung dan Penonton


Yang menarik dari kabuki adalah bentuk panggungnya. Keunikan susunan panggung kabuki tidak akan dijumpai dalam teater tradisional di negeri lain.
  1. Hana MichiHana michi dalam tulisan kanji terdiri dari dua kata, yaitu hana (bunga) dan michi (jalan). Hana michi bukan berarti panggung yang penuh dihiasi dengan bunga, tetapi lorong di antara tempat duduk penonton yang terletak di sebelah kiri dan kanan panggung. Pada umumnya yang sering dipakai adalah bagian sebelah kiri panggung dan bentuknya permanen, sedangkan bagian kanan panggung tidak permanen, dan dibuat jika dibutuhkan dalam pertunjukan dengan sebutan kari hana michi (panggung sementara).
         Pemain sering keluar masuk hana michi. Pelaku utama sering keluar dari hana michi dan sengaja berhenti sebentar untuk berdialog agar menarik perhatian penonton. Jika pelaku keluar dari hana michi, penonton menyambut sambil berteriak dan memanggil nama khusus dari pelaku tersebut. Nama khusus ini disebut yago dan setiap pelaku mempunyai yago, misalnya yago aktor Danjuro adalah Naritaya, Matsumoto Koshiro Toraiya, dan lain-lain. Panggilan kehormatan seperti itu tidak terdapat pada teater lainnya. Komunikasi yang terjadi antara pelaku dan penonton dalam kabuki menunjukkan keakraban dan keistimewaan teater kabuki.
  2. Suppon
    Suppon adalah lubang segi empat yang terdapat pada hana michi yang dapat ditarik ke atas dan ke bawah. Pemain juga dapat tampil melalui suppon, biasanya para pemain yang memerankan tahap-tahap manusia super, yuri (hantu), binatang jadian, ninja, dan lain-lain.
  3. Mawari Butai
    Mawari butai adalah bulatan besar yang terletak di tengah-tengah panggung dan dapat berputar. Fungsi mawari butai adalah untuk pergantian adegan dari siang ke malam dan menambah keadaan suasana lain sehingga layar panggung tidak perlu ditutup. Sistem panggung berputar ini sudah ada sejak 200 tahun yang lalu di Jepang.
  4. Yuka
    Yuka adalah tempat duduk tayu (dalang), pemetik shamisen. Tempat duduk ini terletak di sebelah kiri panggung. Biasanya tayu menceritakan gerak pelaku dan keadaan pemandangan sambil diiringi musik shamisen.
  5. Geza
    Geza dulu terletak di sebelah kanan panggung, tetapi sejak tahun 1804 dipindahkan ke sebelah kiri panggung. Geza adalah tempat para pemain musik memainkan alat-alat musik yang dapat membantu pertunjukan kabuki.
  6. Hikimaku
    Hikimaku adalah layar panggung yang terdiri dari tiga warna, yaitu hijau tua, oranye, dan hitam.


Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara