Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Melihat Kegagalan sebagai Pembebasan: Loh-loh Batu yang Kedua

Melihat Kegagalan sebagai Pembebasan: Loh-loh Batu yang Kedua


Saat Musa menuruni gunung dan melihat kaum Yahudi melakukan ritual kafir menyembah patung anak sapi emas, dia membanting dan mematahkan dua loh batu yang diterimanya dari Tuhan di puncak Gunung Sinai, yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan (Keluaran 32:19). Kemudian (Keluaran 34:28) Musa mendaki gunung itu lagi untuk menerima loh-loh batu kedua dari Tuhan yang berisi kata-kata yang sama di dalamnya.

Menurut ilmu kebatinan Yahudi, loh-loh batu yang pertama, ditulis dan diukir oleh Tangan Tuhan sendiri (secara kiasan), menjadi saksi ketidaksempurnaan umat manusia yang tidak tanpa cela. Oleh karena itu saat buatan Tangan Tuhan turun ke dunia ke umat manusia yang tak sempurna, kesempurnaan bertemu langsung dengan kenyataan yang penuh kelemahan dan kesalahan dari makhluk-Nya. Saat sesuatu yang membutuhkan kesempurnaan dipertemukan dengan kekurangan dan kerusakan, maka sesuatu itu menjadi tidak bekerja dengan baik dan mudah rusak. Inilah yang terjadi dengan loh-loh batu yang pertama: tak bisa menerima ketidaksempurnaan alami kaum Yahudi, dan akhirnya lempengan tersebut rusak.

Loh-loh batu kedua yang diterima oleh Musa, seperti dikisahkan oleh nenek moyang, berbeda dalam pembuatannya. Isinya didiktekan oleh Tuhan tetapi diukir oleh Musa, oleh seorang manusia. Oleh karena itu, seorang manusia yang secara alami tidak sempurna, menjadi bagian dari pembuatannya. Menurut guru kebatinan Yahudi, Tuhan memang merancangnya demikian. Dia menginginkan adanya loh-loh batu kedua—Dia menginginkan loh-loh batu pertama yang sempurna terusakkan oleh kesalahan. Alasannya, kata para guru kebatinan, karena kegagalan menjadikan manusia mampu meraih keberhasilan yang lebih tinggi. Sebagaimana Raja Salomo berkata (Pengkhotbah 1:18), "Kebijaksanaan datang dari banyaknya dukacita".

Oleh karena itu, sebagai akibat dari pembuatan loh-loh batu kedua, para tetua menangkap pengertian bahwa Tuhan menurunkan detail tambahan dari ajaran-Nya, yang kemudian dikenal sebagai hukum lisan, kepada Musa dan melalui Musa kepada kaumnya. Oleh karena itu, sebagai akibat dari kegagalan dalam iman yaitu dosa memuja berhala anak sapi, keberhasilan yang lebih besar terjadi. Hal ini tidak terlewatkan dalam ajaran Taurat. Melalui loh-loh batu kedua menjadi jelaslah bahwa kegagalan apa pun yang dirasakan, jika diatasi dengan baik, menjadi modal untuk keberhasilan di masa depan. Dan setelah kehancuran dari suatu visi awal, selalu muncul kesempatan kedua yang akan memberikan hasil jauh lebih baik dari pencapaian visi, gagasan, atau pun proyek sempurna yang sebelumnya.

Perusahaan yang tidak berjalan dengan baik membatasi gerak dari para pengusahanya, dan menghalangi mereka untuk menggunakan potensi terbaiknya. Saat suatu perusahaan gagal total dan tak bisa diperbaiki lagi, mereka terdesak untuk menemukan solusi dari arah lain, membuat mereka tak terbebani dengan kegagalan, untuk mengikuti impian dan hasrat sejati mereka. Proyek yang gagal tak lagi menguras energi mereka dan kesempatan-kesempatan menjadi tak terbatas. Jika kesempurnaan selalu dicari, kita akan merasa wajib untuk menghindarkan kegagalan dengan segala cara yang akhirnya akan membatasi hasrat untuk mencoba usaha, bisnis dan investasi yang berisiko. Jika dilihat dari sudut pandang sebagaimana yang diungkapkan di atas, kegagalan benar-benar hanyalah batu loncatan menuju keberhasilan yang lain. Seperti pepatah "Jalan menuju sukses dibuka melalui kegagalan-kegagalan". Theodore Roosevelt mengatakan"Dia yang tidak membuat kesalahan tidak membuat kemajuan". Thomas Edison mengatakan "Saya tidak mau mundur, karena setiap usaha gagal yang terjadi adalah sebuah langkah maju", dan "Saya bukan gagal. Saya hanya menemukan sepuluh ribu cara yang keliru".


Baca: Buku Sukses Bisnis Cara Yahudi

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau