Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Muhammad Yunus: Prototipe Seorang Wirausaha Sosial

Muhammad Yunus: Prototipe Seorang Wirausaha Sosial


Di tengah dampak dari bencana banjir tahun 1974 di Bangladesh, seorang ekonom muda yang mendapat pendidikan di Amerika bernama Muhammad Yunus mengunjungi desa yang hancur untuk memberi pertolongan. Sekelompok orang mendatanginya dan menolak menerima bantuan. Beri kami pinjaman secukupnya, kata mereka, kita akan gunakan sebagai modal usaha dalam keahlian kami. Saat mereka mulai mendapat untung, kata mereka ke Yunus, mereka bisa mengembalikan pinjaman sekaligus membangun kembali rumah dan kehidupan mereka.

Yunus kemudian meminjamkan dua puluh tujuh dolar kepada beberapa keluarga. Mereka mampu membayar dengan cepat dan membangun bagi desa mereka sementara desa-desa lain di sekelilingnya tidak mengalami perubahan. Pengalaman ini kemudian memancing ide dari Yunus. Kita tahu, pikirnya, bahwa orang miskin tidak punya makanan, kesehatan dan pendidikan yang cukup. Tetapi mungkin hal yang sebenarnya membuat mereka seperti itu adalah karena mereka tidak bisa meminjam uang. Kemudian dia mendirikan institusi bernama Grameen Bank (yang artinya "Bank Desa" dalam bahasa Bangla) yang tujuan utamanya adalah memberi kredit usaha kecil bagi warga miskin di pedesaan sebagai modal memulai usaha kecil baru. Lahirlah istilah keuangan baru: "kredit mikro".

Dalam perjalanannya, terbentuk sesuatu yang baru: bank yang tujuan utamanya membantu para peminjam, tidak untuk mencari keuntungan. Namun saat Grameen Bank menerima dana donasi dari Barat melalui jalur nonprofitnya, bentuk institusi sendiri adalah institusi for-profit.

Grameen Bank telah membuat hal mengagumkan dalam tiga dekade terakhir. Mereka memberikan kredit miliaran dolar kepada lebih dari enam juta warga Bangladesh. Mereka memberdayakan pedesaan, terutama wanita, untuk membangun hidup baru oleh mereka sendiri, di atas dan melampaui yang bisa dicapai sebelum institusi ini dibangun. Mereka memberi inspitasi ratusan institusi semacam di seluruh dunia, di negara kaya maupun miskin, yang berusaha mengentaskan kemiskinan melalui kredit mikro.

Grameen Bank memang layak mendapatkan semua penghargaan tersebut —termasuk hadiah Nobel, yang diterima oleh pendirinya, Muhammad Yunus di tahun 2006. Terbentuknya Grameen Bank menandai lahirnya sebuah gagasan yang belum pernah menjadi sesukses itu dalam menyelesaikan masalah sosial, itulah kewirausahaan sosial. Orang-orang di seluruh dunia menyatakan sebuah abad baru atas terbenamnya kapitalisme. Mencari uang ternyata bisa dijalankan sambil membuat dunia menjadi lebih baik. Gagasan ini mulai mengakar setelah booming internet, di mana ratusan jutawan belia di usia dua puluhan mencari arti hidup mereka. Mereka mencapai keberhasilan dalam pesatnya dunia bisnis di Silicon Valley, namun derasnya arus kekayaan yang datang tiba-tiba kemudian membuat hidup mereka terasa hampa. Mengapa tidak menyatukan gairah mereka dalam bisnis dengan tujuan kemaslahatan sosial? Mengapa tidak membuat dunia menjadi lebih baik sembari membuat diri sendiri kaya raya?


Baca: Buku Sukses Bisnis Cara Yahudi

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara