Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Kamus sebagai Bentuk Inventarisasi Leksikon
Untuk mencatat leksikon suatu bahasa disusunlah kamus. Kegiatan penyusunan kamus disebut leksikografi. Biasanya sebuah kamus tersusun dengan leksem atau gabungan leksem sebagai judul yang diterangkan dengan pelbagai cara. Judul itu disebut lema. Ada lema yang berupa leksem atau kata tunggal, ada yang berupa gabungan leksem atau gabungan kata. Bila keterangannya berupa bahasa yang sama dengan lemanya, kamus itu disebut kamus ekabahasa atau kamus monolingual. Bila keterangan itu dalam bahasa lain, kamus itu merupakan kamus dwibahasa atau kamus bilingual. Pelbagai cara digunakan untuk menyajikan penjelasan itu. Di dalam kamus sederhana disajikan padanan atau sinonim; di dalam kamus besar disajikan penjelasan berupan definisi yang tuntas. Di samping itu, ada juga contoh kalimat yang lebih menjelaskan makna leksem itu. Dalam kamus bahasa Indonesia yang merupakan pelopor leksikografi modern bahasa kita, yakni Kamus Umum Bahasa Indonesia, karya W.J.S. Poerwadarminta yang terbit pertama kali dalam tahun 1952, digunakan peribahasa sebagai contoh penggunaan kata.Dalam tahun-tahun terakhir ini dipermasalahkan lema apa saja mesti dimasukkan ke dalam suatu kamus dan jumlahnya. Soal banyaknya lema tergantung besar kecilnya kamus, dan ini bergantung pada aspek komersial kamus itu. Dalam kamus besar yang menjadi khazanah suatu bahasa, semua kata diusahakan secara tuntas dimuat, termasuk dari zaman apa kata itu dipakai. Karena itu, ada kata-kata yang arkais dan kata-kata yang mutakhir atau baru. Inilah yang menjadi ciri kamus besar seperti Oxford Dictionary atau Dictionnaire Larousse (edisi lengkap). Kamus umum sebagai istilah khas leksikografi merupakan kamus yang memuat kata-kata umum. Di dalam kamus ini, istilah khusus dalam pelbagai bidang (yang hanya muncul dalam bidang itu saja) tidak dimuat. W.J.S. Poerwadarminta menetapkan hanya kata yang digunakan oleh tiga sumber yang dimuat dalam kamusnya. Para ahli kamus di Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, yang memanfaatkan wawasan linguistik korpus (corpus linguistics), menetapkan hanya kata yang muncul lima kali dalam korpus bahasa Melayu di Dewan Bahasa yang akan dimuat dalam kamus umum di Malaysia. Penetapan ciri secara demikian menghindarkan masalah lengkap-tidaknya sebuah kamus karena tidak ada satu pun kamus lengkap yang sempurna di dunia ini.
Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa
Comments
Post a Comment