Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Fonem dan Alofon


Fonem dan Alofon

Bunyi-bunyi yang merupakan wujud lahiriah suatu fonem disebut alofon-alofon, anggota fonem, atau varian fonem tersebut. Dalam contoh di atas, bunyi [k] (dalam kata akar), [k̯] (dalam kata kita), [k̩ ] (dalam kata kuat), dan [k̚ ] (dalam kata antik) adalah empat alofon di antara alofon-alofon fonem /k/; bunyi [i] (dalam kata praktis). [i:] (dalam kata kali), [ĩ] (dalam kata mengincar), [ĩ:] (dalam kata ngilu), [ɪ] (dalam kata petik), dan [ɪ̃] (dalam kata angin) adalah alofon-alofon fonem /i/.

Fonem

Kita dapat melihat bahwa alofon-alofon suatu fonem merupakan bunyi-bunyi yang hampir sama secara artikulatoris. Kita dapat mengatakan bahwa alofon-alofon suatu fonem memperlihatkan kemiripan fonetis.

Selanjutnya, kita juga melihat bahwa perbedaan bunyi yang tampak pada alofon-alofon suatu fonem rupanya terjadi karena pengaruh lingkungan alofon-alofon itu masing-masing. Telah kita lihat, misalnya, bahwa [k̯] terjadi karena pengaruh vokal depan /i/, sedangkan [k̩ ] terjadi karena pengaruh vokal belakang /u/. Demikian juga berbagai wujud lahiriah fonem /i/ di atas, masing-masing mempunyai tempat atau lingkungan yang khas, yang tidak dapat dipertukarkan tanpa menimbulkan kesan kejanggalan ucapan. Hubungan di antara sesama alofon suatu fonem yang berciri demikian itu disebut hubungan saling mengecualikan atau saling melengkapi atau komplementer. Hubungan itu disebut hubungan saling melengkapi atau hubungan komplementer karena alofon-alofon suatu fonem bersama-sama membangun citra fonem tersebut.

Sebagai contoh lain dapatlah disebut pelafalan konsonan letupan tak bersuara dalam bahasa Inggris. Pada awal kata, di depan vokal yang bertekanan, konsonan-konsonan tersebut dilafalkan dengan tambahan embusan udara yang disebut aspirasi.

Pace

Aspirasi tersebut tidak ada bila letupan tak bersuara itu terdapat langsung sesudah /s/.

Space

Lain lagi lafal ketiga konsonan itu pada akhir suku kata atau pada akhir kata. Pada posisi ini ketiganya diucapkan dengan lafal yang disebut "tak diletupkan" atau "tak lepas".

Rap

Ketiga macam lafal konsonan letupan tak bersuara di atas — dengan aspirasi, tanpa aspirasi, dan tak diletupkan — ternyata tidak dapat dipertukarkan. Orang Inggris tidak pernah terdengar melafalkan *[pes], *[sphes], *[p̚es], *[sp̚es], *[ræph], *[ræth], *[rækh], *[sthon], *[skhæn] — tanda * menunjukkan bahwa bentuk bersangkutan tidak diucapkan penutur atau hanya bersifat fonetis.

Alofon-alofon suatu fonem dapat juga menunjukkan ciri hubungan yang disebut bervariasi bebas. Alofon-alofon demikian dapat dipertukarkan di tempat yang sama. Hal ini — seperti yang telah disebutkan di awal — dapat terjadi terutama karena alat ucap manusia pada dasarnya tidak mampu melafalkan dua bunyi yang benar-benar sama berturut-turut dengan sengaja. Jika [o] dan [É”] adalah dua dari alofon-alofon fonem /o/ bahasa Indonesia, dan jika penutur bahasa Indonesia bebas mengucapkan [bola] maupun [bÉ”la], [kota] maupun [kÉ”ta], [dosa] maupun [dÉ”sa], maka dapatlah dinyatakan bahwa [o] dan [É”] bervariasi bebas. Perhatikan bahwa pemakaian [o] atau [É”] tidak menyebabkan perubahan makna.

Dari uraian mengenai fonem dan alofon di atas, kita dapat mengatakan bahwa alofon-alofon suatu fonem (1) memperlihatkan kemiripan fonetis dan (2) saling mengecualikan atau bervariasi bebas.


Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara