Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’ ...

Masuraoburi dan Taoyameburi

Masuraoburi dan Taoyameburi


A.  Masuraoburi dan Taoyameburi


Dalam buku Nihimanabu, Kamo Mabuchi, seorang kokugakusha (ahli perjepangan) zaman pertengahan mengadakan perbandingan gaya puisi Manyoshu dengan memakai terminologi masurao dan taoyame. Terminologi ini kemudian menjadi populer dan dipakai secara luas. Untuk membedakan gaya puisi, dia mencetuskan teori dengan memakai istilah yang menggambarkan dua citra yang bertolak belakang, yakni masurao yang berarti pria yang hebat dan taoyame yang berarti wanita yang lemah lembut. Menurut Mabuchi, Manyoshu memiliki ciri utama masuraoburi, gaya jantan yang khas pada zaman Nara, yang menganggap bahwa sifat terus terang, sederhana, dan jujur adalah sifat yang patut dijunjung tinggi.

"Negeri Yamaha (nama daerah Nara zaman dahulu) adalah negeri masurao, dan wanita tundruk terhadap masurao. Karena itu puisi Manyoshu semuanya mengikuti gaya masurao."
                               (dari Nihimanabu)

Di lain pihak, Kokinshu memiliki ciri-ciri taoyameburi, yakni gaya kewanitaan yang anggun, lembut, dan hangat.

"Negeri Yamashiro (nama Kyoto zaman dahulu) adalah negeri taoyame, laki-laki juga meniru wanita. Oleh karena itu, puisi Kokinshu memiliki sosok taoyame."
                               (dari Nihimanabu)

Berdasarkan pendapat Mabuchi itu dapat diketahui dengan mudah bahwa teknik ekspresi Manyoshu bersifat langsung, sedangkan Konkinshu bersifat tidak langsung atau berbelit. Penelitian Manyoshu yang dilakukan Mabuchi mempunyai arti penting dalam sejarah kesusastraan Jepang karena dia menganjurkan agar diadakan introspeksi terhadap puisi Jepang. Dia mengatakan bahwa rinen sudah dimiliki pada zaman ketika Manyoshu ditulis, yaitu rinen yang berarti sifat jantan dan merupakan semangat khas Jepang purba, yang tidak dipengaruhi kebudayaan impor Cina. Mabuchi berpendapat bahwa semangat ini ketika muncul dalam waka, akan terlihat dalam bentuk masuraoburi.

Waktu untuk mengumpulkan dan menulis waka dalam Manyoshu berlangsung selama seratus sekian puluh tahun. Oleh karena itu, agak mustahil untuk mengetahui rinen yang ada dalam waka selama kurun waktu lebih dari satu abad. Itulah sebabnya segera timbul kritik terhadap ditetapkannya rinen kesusastraan Manyoshu dan Kokinshu dengan meminjam citra pria dan wanita berdasarkan teori Mabuchi ini. Misalnya, kritik dari murid Mabuchi sendiri yaitu Motoori no Norinaga, ahli kesusastraan Jepang terkemuka pada zaman pramodern. Dalam bukunya Uiyamafumi, Motoori menganggap bahwa pendapat Mabuchi yang berlandaskan sifat pria dan wanita itu adalah suatu yang tidak penting. Sebenarnya Mabuchi menemukan rinen lain dalam Manyoshu. Dia mengatakan bahwa puisi zaman dahulu terbit dari makogoro (hati tulus) orang-orang pada zamannya. Namun, tanpa tahu apa sebabnya, makogoro merupakan rinen kesusastraan ini dalam jangka waktu yang cukup lama tidak begitu diperhatikan orang.  Hanya Hisamatsu Senichi yang kemudian memperhatikannya, seperti yang dikatakannya dalam Manyo Kenkyushi sebagai berikut.

"Ketika magokoro, yakni gerak hati yang tulus diekspresikan secara langsung, terasa adanya irama yang membentang kuat. Inilah yang dianggap sebagai ciri khas Manyoshu."


Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya d...

Sejarah Kesusastraan Jepang

Buku Sejarah Kesusastraan Jepang (Nihon Bungakushi) oleh Isoji Asoo dkk. Daftar Isi Kata Pengantar Kata Sambutan Catatan dari Penyunting Daftar Isi 1.        KESUSASTRAAN ZAMAN JOODAI 1.   Garis Besar Kesusastraan Zaman Joodai 2.   Mitologi, Legenda dan Dongeng 3.   Norito dan Senmyoo 4.   Nyanyian Zaman Joodai 5.   Manyooshuu 6.   Kanshibun 2.        KESUSASTRAAN ZAMAN HEIAN 1.   Garis Besar Kesusastraan Zaman Heian 2.   Kanshibun, Waka dan Kayoo 3.   Monogatari 4.   Catatan Harian dan Essei 5.   Ceritera Sejarah dan Dongeng 3.        KESUSASTRAAN ABAD PERTENGAHAN 1.   Garis Besar Kesusastraan Abad Pertengahan 2.   Pantun Waka dan Pantun Renga 3.   Monogatari, Setsuwa dan Otogizooshi 4.   Essei, Catatan Harian dan Catatan Perjalanan 5.   Hoogo dan Kanbungaku 6. ...

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud ...