Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
MENGAPA BEGITU BANYAK KAUM YAHUDI YANG SUKSES DALAM BERBISNIS?
Muncul beragam teori tentang ini, yaitu antara lain: fktor genetis, kepekaan kultural, ataukah ikan haring sebagai makanannya? Kita tidak sepakat dengan semua itu. Namun sebelum kita suguhkan jawaban atas pertanyaan tadi, silakan simak kisah di bawah ini tentang ikan haring:
Seorang pedagang keliling berdarah Yahudi di Rusia sedang menumpang kereta api dari Minsk ke Pinsk. Di kabin kecil kereta bersama tumpukan dagangannya, termasuk kambing, ayam beserta penumpang yang lain, tiba-tiba dia dikejutkan dengan sosok tentara Czar di pintu kabin. "Kabin yang sebelumnya penuh", kata tentara tersebut, lalu memandang sebal begitu tahu orang macam apa yang bakal menjadi teman duduk dalam perjalanan panjangnya.
Si Yahudi karena menghormati sang tentara, beringsut memberikan tempat duduknya. Tentara itu tampak senang dan segera duduk sambil menyapa "kamu Yahudi?"
"Rasanya begitu", kata si pedagang keliling, sembari tangannya terlihat resah memilin-milin jubah doanya.
"Kasih tahu dong", kata si tentara dengan mata berbinar-binar, "mengapa kalian orang Yahudi begitu pintar berbisnis? Anda tampaknya orang yang baik. Kasih tahu apa rahasia kalian."
Si pedagang memicingkan matanya, seolah-olah berpikir keras. "Maaf, saya tidak bisa", katanya. "Saya terikat sumpah rahasia."
"Saya beri anda sepuluh rubel", kata si tentara dengan bersemangat. "Saya ingin sekali mengetahuinya."
"Sepuluh rubel? Rahasia macam apa seharga hanya sepuluh rubel? Saya jual kain lap saja lebih dari sepuluh rubel, apalagi saya telah disumpah! Sepuluh rubel tidak sepadan untuk melanggar sumpah saya."
"Baiklah, saya beri seratus rubel kalau begitu." Tentara tersebut merogoh koceknya menarik selembar uang seratus rubel dan menyorongkannya. Si pedagang beranjak maju dan membisikkan sesuatu ke telinga si tentara sambil menarik seratus rubel itu dari tangannya. Lalu dalam sekejap dia berdiri menghadap jendela, mengabaikan si tentara yang kebingungan.
"Minyak ikan?" tanyana.
"Itulah yang kita makan. Mulailah makan sebanyak-banyaknya kapan saja. Segera anda akan melihat bahwa kemampuan bisnis anda meningkat. Dalam waktu singkat anda akan tertimbun rumpukan rubel."
Kereta sampai di stasiun dan si pedagang menghormat dengan menyentuh topinya lalu menjejakkan kakinya keluar dari kabin. "Ah, kita telah sampai di Pinsk. Semoga sukses dengan minyak ikannya, Tuan. Mohon jangan beri tahu siapa pun bahwa saya yang membocorkan rahasia ini."
Beberapa bulan kemudian, si pedaganga berada di dekat stasiun Pinsk sedang meletakkan barang bawaannya, tiba-tiba terdengar suara debam derap kaki kuda di belakangnya. Dia melongok dan melihat si tentara di atas kuda, dengan mata geram, "Akhirnya kutemukan kau, dasar bedebah!" Lalu dia turun dari kudanya, "Kembalikan uangku!" Di tangannya terlihat segelas penuh minyak ikan.
"Saya telah makan barang menjijikkan ini untuk sarapan, makan siang, makan malam. Rasanya memuakkan, seperti makan lemak campur lumpur. Kamu telah menipu saya, tapi ini tak akan terulang...."
"Saya tidak mengerti, Tuan" kata si pedagang. "Apanya yang salah?"
"Apanya yang salah? Saya beri kamu seratus rubel dan kamu suruh saya makan minyak ikan, dan bilang bahwa ini akan membuat saya pandai berbisnis. Sekarang saya sadar bahwa kamu telah menipu saya...". Si tentara berhenti sebentar untuk mengatur nafasnya, lalu dia menjadi terheran-heran, alih-alih ketakutan, si pedagang malah tersenyum dan mengangguk-angguk paham.
"Nah...." kata si pedagang tersenyum. "Minyak ikannya mulai bekerja bukan...?"
Namun untuk anda—seperti juga kami—yang tidak percaya dengan teori ikan haring, marilah kita ungkap lagi pertanyaannya. Mengapa begitu banyak kaum Yahudi menjadi orang sukses dan kaya raya? Sebenarnya ini sebuah pertanyaan yang banyak orang menggumamkannya namun jarang yang berani menanyakannya secara terbuka. Ketakutan untuk dicap antisemit, atau lebih buruk lagi ketakutan akan membuat orang lain bertindak antisemit, menjadi penyebab mengapa topik ini dihindari banyak orang.
Namun itu bukan berarti bahwa ini pertanyaan yang tidak masuk akal. Kaum Yahudi jumlahnya hanya 0,2 persen dari populasi dunia. Namun nyatanya, lebih dari 10 persen dari orang terkaya di dunia versi Forbes 400, lebih dari 10 persen CEO di 500 perusahaan terbesar di dunia versi Fortune, dan hampir 30 persen dari pemenang hadiah Nobel, semuanya adalah Yahudi. Kaum Yahudi secara menyolok menduduki pekerjaan dengan gaji tinggi, di bidang kesehatan, hukum, dan keuangan. Mereka juga terlihat sangat dominan dalam kekayaan.
Di awal abad yang lalu—masa panjang pertama di mana kaum Yahudi diperbolehkan berpartisipasi dalam bidang sosial, keuangan dan budaya dalam masyarakat luas di Eropa dan Amerika—pertanyaan ini menjadi momok. Sayangnya, msyarakat juga sering memiliki asumsi yang keliru bahwa Yahudi bisa begitu sukses karena mereka berlaku curang. Di Amerika, Henry Ford dalam bukunya The International Je: The World's Foremost Problem, mendorong rekan sebangsanya untuk melawan ras asing ini yang menjadi begitu sukses dalam waktu yang begitu singkat. Perkataan Ford berkembang menjadi cercaan bagi sekelompok orang bodoh. Di Jerman, Adolf Hitler juga menulis buku semacam, Mein Kampf, dan hasilnya dunia terbakar selama lebih dari satu dekade.
Lalu teka-teki tentang pertanyaan keberhasilan Yahudi dalam bisnis, tersimpan di kotak di sudut diskusi intelektual, tak terusik karena kekhawatiran akan terulangnya sejarah yang tak menyenangkan.
Sebagai pengarang buku ini, kami tidak setuju dengan pandangan yang mengatakan bahwa kotak tersebut mestilah dibiarkan tertutup rapat. Kami merasa tahu jawaban terhadap pertanyaan ini. Dan hipotesis kami mungkin akan terdengar lebih kontroversial dibanding dengan terangkatnya topik tersebut. Tentunya ini bukan tentang minyak ikan, komplotan rahasia internasional ataupun tentang faktor genetis. Kami percaya bahwa akar dari keberhasilan kaum Yahudi dalam bisnis terletak di sebuah buku yang disakralkan oleh kaum ini—yaitu Taurat.
Pengertian kata "Yahudi" bermacam-macam untuk orang yang berbeda. Untuk sebagian orang, itu tentang pergerakan politik—Zionisme. Untuk orang lain, itu tentang kultur tertentu, lengkap dengan aksen, etika dan sense of humor-nya. Untuk sebagian yang lain, lebih sederhana, yaitu tentang suatu jenis makanan tertentu. Namun satu hal yang setiap orang sepakat adalah bahwa Yudaisme adalah sebuah agama, agama yang mengacu pada Taurat, yang juga dikenal sebagai Hebrew Bible (kaum Nasrani menyebutnya Perjanjian Lama).
Meskipun tidak semua orang Yahudi taat beragama dan banyak yang tidak secara khusus belajar tentang Taurat, mereka setikdanya masih memegang tradisi panjang 4000 tahun. Sebagian mengklaim bahwa itu adalah warisan leluhur. Sebagian lagi menyebutnya sebagai ketidaksadaran kolektif ala Jung (Carl Jung). Sebagian lagi menyebutnya osmosi, hal yang berangsur-angsur dipelajari. Selama berabad-abad, Taurat dan kisah-kisahnya, penjelasan-penjelasan tentang tradisi, serta nilai-nilai moral, diajarkan secara intensif kepada setiap orang Yahudi dari masa kanak-kanak hingga tua. Meskipun sebagian kaum Yahudi meninggalkan pelajaran Taurat dalam dua abad terakhir, setidaknya mereka masih tumbuh dalam masyarakat yang menyerap pelajaran Taurat, lengkap dengan keunikannya dalam memandang dunia. Bahkan bayi Yahudi yang lahir di masa baby boom setelah Perang Dunia II, yang tidak lagi punya saudara yang belajar Taurat tiap hari dan melaksanakan ajarannya, masih memiliki kesamaan yang kuat dengan sesama Yahudi lain. Ini lebih kepada indera tentang baik dan buruk, pengaturan prioritas yang unik, dan cara melakukan sesuatu secara khas yang kembali mengacu pada bapak agama seperti Musa dan Abraham, serta ibu agama seperti Lea dan Rahel.
Sampai di sini, kami mungkin telah cukup membuat bingung para pembaca non-Yahudi. Agama, mungkin kata mereka, adalah tentang Wahyu, Nabi, dan Ketuhanan. Bagaimana anda bisa berteori bahwa ayat-ayat sakral bisa menjadi sumber cara sukses berbisnis?
Orang yang cukup mengenal tentang agama kaum Yahudi dan pengaruhnya pada kehidupan sehari-hari akan lebih mudah mengerti apa yang kami sampaikan. Yudaisme, adalah sebuah agama di sini untuk saat ini. Yahudi yang taat mengikuti aturan yang diambil dari Taurat, aturan yang mengelola, dari semua yang ada, cara bangun dari tempat tidur, cara berpakaian cara mencuci tangan, adab makan, adab berdoa, cara mengasuh anak, cara menghormat pada yang lebih tua, cara mengamati kilat di langit.... Kalau didaftar akan panjang berhalaman-halaman. Kami memang tidak membicarakan tentang syariat. Semua aktivitas ini punya aturannya, yang telah dirumuskan lebih dari tiga ribu lima ratus tahun yang lalu. Aturan yang masih diikuti oleh sebagian penganut agama ini.
Untuk sebuah ajaran yang meliputi berbagai hal, tidaklah mengejutkan jika Taurat mengajarkan pula cara berbisnis. Bagaimana pun, berbisnis adalah apa yang dilakukan manusia dalam menghabiskan waktu saat mereka terjaga, setidaknya selama lima ribu tahun terakhir. Sangat sulit untuk menerima bahwa Taurat mengesampingkan sisi kehidupan yang satu ini, yaitu berbisnis.
Namun hipotesis kami lebih tegas dari yang mungkin diperkirakan. Kami tidak akan hanya menyatakan bahwa Taurat berbicara tentang etika bisnis (meski memang ada juga)—tapi lebih dalam lagi. Taurat menawarkan cetak biru bagi pengusaha untuk menciptakan, memelihara dan menumbuhkan perusahaan yang untung dan sukses. Cetak biru ini tidak dalam format Power Point atau pun sekedar coretan di papan tulis namun jauh tersembunyi di dalam Perjanjian ama dan teks penjelasannya yang keseluruhannya dinamakan Taurat. Etimologi dari kata Taurat (Torah—Ibrani) adalah hora-ah, yang berarti "mengajari" dan buku yang anda saat ini baca mengambil pengajaran dari Taurat sekaligus menunjukkan hubungannya dengan keberhasilan dalam bisnis.
Sekilas tentang bagaimana kami mendefinisikan teks dari Taurat. Kaum Yahudi memandang Taurat memiliki dua teks yang bergantung satu sama lain dan tak terpisahkan. Dua komponen Taurat adalah hukum tertulis dan hukum lisan. Hukum tertulis, yang oleh seluruh dunia disebut sebagai Perjanjian Lama, berisi lima kitab dari Musa (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan), kitab-kitab dari para nabi Yahudi selain Musa, lalu ada juga kitab-kitab yang ditulis oleh Raja Salomo dan Raja Daud.
Hukum lisan terdiri dari Talmud, Midrash, dan Kabbalah. Hukum lisan disampaikan secara demikian karena, seperti banyak hukum kuno sebelum ditemukan teknologi pencetakan, awalnya diajarkan dari mulut ke mulut. Hingga akhirnya dituliskan oleh para rabi yang khawatir akan punahnya hukum ini; oleh karena itu hukum lisan kini dibuat dalam bentuk teks.
Terjalin di dalam tulisan Taurat tentang aspek kehidupan yang lain dan prinsip-prinsip beragama, di sanalah pelajaran bisa diambil oleh pengusaha untuk berhasil. Namun kiat-kiat bisnis tersebut belum pernah dihimpun dan dirumuskan hingga saat ini.
Buku ini merupakan sebuah usaha untuk merumuskannya. Kami mengambil gagasan dari teks Taurat dan menjalinnya dengan tema keberhasilan dalam bisnis. Kami tentunya bukan pengarang teks itu sendiri. Prestasi kami hanyalah merumuskan dan memberikan pandangan tentang pelajaran tentang Taurat dari imam-imam sebelum kami.
Banyak bab dalam buku ini disarikan dari kisah di Taurat yang telah dijabarkan dan diinterpretasikan dalam Talmud maupun Midrash. Kami juga mendalami kitab Zohar dan Kabbalah (aliran kebatinan Yahudi). Kami juga menulis tentang imam Hasidis, yang mempunyai segudang peajaran berbisnis. Dan kita tidak melupakan untuk menambahkan wawasan dari rabi besar dunia modern, salah satu imamnya adalah Lubavitcher Rebbe Menachem Mendel Schneerson, yang memberikan konseling kepada pengusaha-pengusaha sukses sebelum wafatnya di tahun 1994.
Meskipun memandang buku ini sebagaimana imam-imam yang lebih dahulu, kami melakukan sesuatu yang unik dan bukan merupakan tradisi dalam literatur Taurat: yaitu kami menjalinnya dalam contoh-contoh nyata kejadian dan anekdot dalam dunia modern yang menggambarkan tema yang sesuai. Beberapa dari anekdot tersebut dari hasil wawancara kami terhadap para pebisnis yang berhasil. Sumber lain adalah dari laporan jurnalistik dan autobiografi. Kesemuanya menggambarkan konsep yang dibicarakan di masing-masing bab, namun berangkat dari dunia bisnis nyata, dan bukan dari sisi pandang seorang rabi. Maksud dari disuguhkannya anekdot nyata adalah untuk menunjukkan bahwa ajaran Taurat, bagaimana pun tuanya, masih relevan dengan kondisi saat ini.
Kami juga menutup setiap sub bab dengan dua pendalaman (insight) ringkas dari pesan yang disampaikan. Yang pertama merumuskan wawasan spesifik untuk praktik bisnis yang telah dijelaskan Dan karena karakter dan kehidupan pribadi berpengaruh secara langsung terhadap keberhasilan bisnis, kami juga menambahkan wawasan kedua untuk memberi pencerahan bagaimana gagasan tersebut diterapkan dalam kehidupan pribadi.
Di penghujung, kami menutup setiap bab dengan latihan meditasi yang bisa anda gunakan bisa anda berminat. Meditasi (dalam bahasa Ibrani disebut hitbonenut) adalah tradisi Yahudi yang sangat penting meskipun akhir-akhir ini banyak dilupakan. Dalam bagian Lampiran, kami memberikan petunjuk untuk meditasi ala Yahudi yang perlu anda baca terlebih dahulu hingga selesai sebelum mulai mencoba latihannya. Jika selanjutnya anda menginginkan untuk mendalami subjek-subjek dalam buku ini atau berinteraksi dengan orang yang senang mendiskusikannya, silakan kunjungi website: www.levibrackman.com.
Kami berharap ajaran dan wawasan dari Taurat dan tradisi beberapa generasi bisa terbaca dari buku ini. Kami yakin bahwa para pembaca, dari semua agama dan latar belakang, dapat belajar sesuatu tentang bagaimana memandang bisnis dan mencari nafkah menjadi sesuatu yang mulia. Dan lebih dari itu semua, kami berharap anda berhasil dalam berbagai bisnis, dan dengan buku ini kami yakin anda mampu mencapainya.
Baca: Buku Sukses Bisnis Cara Yahudi
Comments
Post a Comment