Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Semua
musisi muda punya idola atau orang yang mereka kagumi. Para musisi
belajar dari dan seringkali meniru idola-idola mereka. Ini adalah bagian
penting dari proses pembelajaran, terutama pada tahap awal.
Para idola bertindak sebagai model panutan. Mereka menjadi standar yang kita pakai untuk menilai perkembangan kita sendiri. Mereka adalah sumber ide dan inspirasi. Kita sering ingin menjadi seperti mereka. Kita cenderung menyerap banyak sikap mereka. Kita belajar dari gaya mereka dan bahkan kadang-kadang menjiplak aksi mereka. Ini bisa menjadi proses yang negatif atau positif.
Jika idola kita belum matang, baik dari segi musikalitas maupun kepribadian, ia bisa menjadi contoh yang buruk. Meniru orang-orang seperti itu bisa menimbulkan masalah bagi kita, terutama dalam jangka panjang.
Para pemain sukses yang belum matang seringkali lolos dari ganjaran atas perilaku buruk mereka semata-mata karena mereka ngetop. Terlambat datang, lunglai karena kebanyakan alkohol, atau tidak siap untuk berlatih adalah contoh tipikal. Lupa nada yang harus dimainkan, memakai busana yang tidak cocok, mabuk sewaktu manggung, dan berlaku tidak kooperatif adalah tanda-tanda rendahnya tanggung jawab dan ketidakmatangan. Para pemain seperti ini mengira mereka bermain begitu bagus sehingga bisa melakukan apa pun semau mereka, bahkan jika itu mengecewakan orang lain.
Kabar buruk bisa menyebar dengan cepat dalam dunia musik, dan meskipun orang-orang seperti itu tetap eksis, mereka biasanya tidak terlalu bahagia. Karier mereka terhambat karena mereka cenderung menciptakan masalah. Para pemain yang lebih matang akan menolak bekerja sama dengan mereka kapan pun hal itu dimungkinkan.
Di sisi lain, jika idola kita matang dalam hal musikal maupun kepribadiannya, ia bisa menjadi contoh yang positif. Jika mengikuti teladan ini, kita sering kali akan bisa menghindari konflik dengan orang lain. Hal ini sangat penting karena sebagian besar band yang bermasalah biasanya lebih cenderung bubar gara-gara konflik antarpribadi ketimbang konflik musikal.
Para musisi yang senantiasa tepat waktu dan siap berlatih adalah orang-orang yang bisa kamu andalkan. Pihak lain pun bisa mengontrak mereka tanpa khawatir. Mereka telah mengembangkan reputasi profesional. Mereka menyenangkan untuk diajak bekerja sama dan punya tenggang rasa terhadap orang lain.
Sulit untuk bermain dengan baik jika kamu tidak menyukai rekan kerjamu. Jika kamu menyukai musisi lain, secara personal maupun musikal, kamu akan bisa lebih mudah menunjukkan kemampuan terbaikmu. Demikian pula sebaliknya, jika kamu matang dan bisa diandalkan, kamu akan memudahkan orang lain untuk berhubungan denganmu secara personal maupun musikal.
Idola kita kadang-kadang bisa tanpa sengaja menjebak kita untuk terus menerus menjadi seperti mereka. Bukanlah salah mereka jika kita meletakkan mereka serupa dewa atau sosok yang sempurna. Jika kita menganggap mereka manusia super, kita akan sulit menemukan cara kita sendiri dalam bermain musik dan menjalani hidup ini.
Karena itu, semua idola pada akhirnya perlu ditinggalkan. Meskipun mereka pada awalnya membantu kita, kita tidak bisa membiarkan mereka menghalangi kita untuk berkembang. Pada titik tertentu, kamu harus menjadi dirimu sendiri, menciptakan caramu sendiri dalam melakukan segala sesuatu.
Tetaplah harga idolamu dan orang-orang yang memberikan pelajaran kepadamu. Lalu gunakan apa yang telah kamu pelajari. Tuangkan perasaanmu pada apa-apa yang sudah kamu pelajari itu, lalu kembangkan. Olah pengalaman itu menjadi sesuatu yang baru, unik, dan khas dirimu.
Kita tentu tahu orang-orang yang sungguh-sungguh menjengkelkan karena mereka selalu berperilaku seperti idola mereka. Mereka menunjukkan gaya bicara, busana, dan sikap yang sama dengan orang yang mereka kagumi. Mereka bahkan berharap diperlakukan seolah-olah mereka sungguh-sungguh hebat, padahal mereka hanya berpura-pura hebat. Kata kuncinya adalah akting. Tidak ada akting yang lebih baik daripada menjadi dirimu sendiri.
Akting yang menyenangkan atau positif memang lebih baik daripada akting yang mengesalkan, tetap tetap saja itu akting. Orang yang berpura-pura ramah atau sukses padahal sebenarnya tidak, seringkali didasarkan atas keinginan untuk bisa diterima. Kalaupun akting itu baik, lama-lama orang-orang pun akan tahu apa yang ada di baliknya.
Kamu mungkin pernah bermain bersama orang-orang yang bersikap seolah-olah mereka benar-benar dahsyat. Biasanya, orang-orang yang berperilaku seperti ini justru tidak hebat. Begitu mereka mulai bermain, semua orang akan tahu apakah mereka sungguh hebat atau tidak. Orang-orang yang merasa tidak aman sering kali mencoba menutupi perasaan mereka dengan tampil gagah berani dan bersikap arogan. Mereka ini bisa menjadi duri bagi pemain lainnya.
Sebagai drummer muda, cepat atau lambat kamu akan menemui situasi musikal yang membutuhkan kemampuan lebih tinggi di atas kemampuanmu. Musiknya mungkin berbeda atau lebih sulit daripada yang biasa kamu mainkan. Pemain lainnya mungkin lebih berpengalaman. Jika hal ini terjadi, akuilah bahwa kamu belum siap untuk itu. Jangan menciptakan sederet alasan atau mencela komposisi yang harus kamu mainkan. Perhatikan saja dan mainlah sebaik mungkin.
Jika sikapmu tulus, orang yang benar-benar profesional akan tahu apa yang sedang kamu alami. Mereka akan membantumu atau memberimu tips yang akan bermanfaat dalam situasi yang akan datang. Tetapi jika kamu bersikap seolah-olah sudah tahu segalanya, mereka mungkin malah membuat segala sesuatunya lebih sulit bagimu dengan tujuan memberimu pelajaran. Sekalipun menyakitkan, ini tetap merupakan sebuah pengalaman yang berharga.
Kamu mungkin bertemu orang yang bermain sangat baik tetapi merasa permainannya kurang memuaskan. Tidak peduli berapa pun banyaknya pujian dan kekaguman yang ia terima, ia tetap merasa inferior. Ini kadang kala timbul karena ia berusaha tampil sempurna. Sikap ini juga bisa muncul dari pemikiran bahwa idola adalah sosok yang sempurna. Sesungguhnya, idola pun melakukan kesalahan seperti halnya kita semua. Tidak ada orang yang sempurna. Berapa pun agung kelihatannya idolamu, ia adalah manusia. Tidak perlu merasa inferior ketika kamu melakukan kesalahan; tidak perlu merasa superior jika orang lain melakukan kesalahan. Sikap yang seimbang adalah yang terbaik.
Hormati idolamu tetapi jangan jadikan ia superman. Hormati orang-orang yang tulus meskipun mereka bukan superstar. Selalulah belajar dari orang lain, entah ia idola atau bukan, dan terus tingkatkan permainanmu. Jagalah sikap yang seimbang, dan orang lain pun akan menghargaimu. Dan yang paling penting kamu akan menghargai dirimu sendiri.
Baca: Buku Panduan Menjadi Drummer Profesional
Para idola bertindak sebagai model panutan. Mereka menjadi standar yang kita pakai untuk menilai perkembangan kita sendiri. Mereka adalah sumber ide dan inspirasi. Kita sering ingin menjadi seperti mereka. Kita cenderung menyerap banyak sikap mereka. Kita belajar dari gaya mereka dan bahkan kadang-kadang menjiplak aksi mereka. Ini bisa menjadi proses yang negatif atau positif.
Jika idola kita belum matang, baik dari segi musikalitas maupun kepribadian, ia bisa menjadi contoh yang buruk. Meniru orang-orang seperti itu bisa menimbulkan masalah bagi kita, terutama dalam jangka panjang.
Para pemain sukses yang belum matang seringkali lolos dari ganjaran atas perilaku buruk mereka semata-mata karena mereka ngetop. Terlambat datang, lunglai karena kebanyakan alkohol, atau tidak siap untuk berlatih adalah contoh tipikal. Lupa nada yang harus dimainkan, memakai busana yang tidak cocok, mabuk sewaktu manggung, dan berlaku tidak kooperatif adalah tanda-tanda rendahnya tanggung jawab dan ketidakmatangan. Para pemain seperti ini mengira mereka bermain begitu bagus sehingga bisa melakukan apa pun semau mereka, bahkan jika itu mengecewakan orang lain.
Kabar buruk bisa menyebar dengan cepat dalam dunia musik, dan meskipun orang-orang seperti itu tetap eksis, mereka biasanya tidak terlalu bahagia. Karier mereka terhambat karena mereka cenderung menciptakan masalah. Para pemain yang lebih matang akan menolak bekerja sama dengan mereka kapan pun hal itu dimungkinkan.
Di sisi lain, jika idola kita matang dalam hal musikal maupun kepribadiannya, ia bisa menjadi contoh yang positif. Jika mengikuti teladan ini, kita sering kali akan bisa menghindari konflik dengan orang lain. Hal ini sangat penting karena sebagian besar band yang bermasalah biasanya lebih cenderung bubar gara-gara konflik antarpribadi ketimbang konflik musikal.
Para musisi yang senantiasa tepat waktu dan siap berlatih adalah orang-orang yang bisa kamu andalkan. Pihak lain pun bisa mengontrak mereka tanpa khawatir. Mereka telah mengembangkan reputasi profesional. Mereka menyenangkan untuk diajak bekerja sama dan punya tenggang rasa terhadap orang lain.
Sulit untuk bermain dengan baik jika kamu tidak menyukai rekan kerjamu. Jika kamu menyukai musisi lain, secara personal maupun musikal, kamu akan bisa lebih mudah menunjukkan kemampuan terbaikmu. Demikian pula sebaliknya, jika kamu matang dan bisa diandalkan, kamu akan memudahkan orang lain untuk berhubungan denganmu secara personal maupun musikal.
Idola kita kadang-kadang bisa tanpa sengaja menjebak kita untuk terus menerus menjadi seperti mereka. Bukanlah salah mereka jika kita meletakkan mereka serupa dewa atau sosok yang sempurna. Jika kita menganggap mereka manusia super, kita akan sulit menemukan cara kita sendiri dalam bermain musik dan menjalani hidup ini.
Karena itu, semua idola pada akhirnya perlu ditinggalkan. Meskipun mereka pada awalnya membantu kita, kita tidak bisa membiarkan mereka menghalangi kita untuk berkembang. Pada titik tertentu, kamu harus menjadi dirimu sendiri, menciptakan caramu sendiri dalam melakukan segala sesuatu.
Tetaplah harga idolamu dan orang-orang yang memberikan pelajaran kepadamu. Lalu gunakan apa yang telah kamu pelajari. Tuangkan perasaanmu pada apa-apa yang sudah kamu pelajari itu, lalu kembangkan. Olah pengalaman itu menjadi sesuatu yang baru, unik, dan khas dirimu.
Kita tentu tahu orang-orang yang sungguh-sungguh menjengkelkan karena mereka selalu berperilaku seperti idola mereka. Mereka menunjukkan gaya bicara, busana, dan sikap yang sama dengan orang yang mereka kagumi. Mereka bahkan berharap diperlakukan seolah-olah mereka sungguh-sungguh hebat, padahal mereka hanya berpura-pura hebat. Kata kuncinya adalah akting. Tidak ada akting yang lebih baik daripada menjadi dirimu sendiri.
Akting yang menyenangkan atau positif memang lebih baik daripada akting yang mengesalkan, tetap tetap saja itu akting. Orang yang berpura-pura ramah atau sukses padahal sebenarnya tidak, seringkali didasarkan atas keinginan untuk bisa diterima. Kalaupun akting itu baik, lama-lama orang-orang pun akan tahu apa yang ada di baliknya.
Kamu mungkin pernah bermain bersama orang-orang yang bersikap seolah-olah mereka benar-benar dahsyat. Biasanya, orang-orang yang berperilaku seperti ini justru tidak hebat. Begitu mereka mulai bermain, semua orang akan tahu apakah mereka sungguh hebat atau tidak. Orang-orang yang merasa tidak aman sering kali mencoba menutupi perasaan mereka dengan tampil gagah berani dan bersikap arogan. Mereka ini bisa menjadi duri bagi pemain lainnya.
Sebagai drummer muda, cepat atau lambat kamu akan menemui situasi musikal yang membutuhkan kemampuan lebih tinggi di atas kemampuanmu. Musiknya mungkin berbeda atau lebih sulit daripada yang biasa kamu mainkan. Pemain lainnya mungkin lebih berpengalaman. Jika hal ini terjadi, akuilah bahwa kamu belum siap untuk itu. Jangan menciptakan sederet alasan atau mencela komposisi yang harus kamu mainkan. Perhatikan saja dan mainlah sebaik mungkin.
Jika sikapmu tulus, orang yang benar-benar profesional akan tahu apa yang sedang kamu alami. Mereka akan membantumu atau memberimu tips yang akan bermanfaat dalam situasi yang akan datang. Tetapi jika kamu bersikap seolah-olah sudah tahu segalanya, mereka mungkin malah membuat segala sesuatunya lebih sulit bagimu dengan tujuan memberimu pelajaran. Sekalipun menyakitkan, ini tetap merupakan sebuah pengalaman yang berharga.
Kamu mungkin bertemu orang yang bermain sangat baik tetapi merasa permainannya kurang memuaskan. Tidak peduli berapa pun banyaknya pujian dan kekaguman yang ia terima, ia tetap merasa inferior. Ini kadang kala timbul karena ia berusaha tampil sempurna. Sikap ini juga bisa muncul dari pemikiran bahwa idola adalah sosok yang sempurna. Sesungguhnya, idola pun melakukan kesalahan seperti halnya kita semua. Tidak ada orang yang sempurna. Berapa pun agung kelihatannya idolamu, ia adalah manusia. Tidak perlu merasa inferior ketika kamu melakukan kesalahan; tidak perlu merasa superior jika orang lain melakukan kesalahan. Sikap yang seimbang adalah yang terbaik.
Hormati idolamu tetapi jangan jadikan ia superman. Hormati orang-orang yang tulus meskipun mereka bukan superstar. Selalulah belajar dari orang lain, entah ia idola atau bukan, dan terus tingkatkan permainanmu. Jagalah sikap yang seimbang, dan orang lain pun akan menghargaimu. Dan yang paling penting kamu akan menghargai dirimu sendiri.
Baca: Buku Panduan Menjadi Drummer Profesional
Comments
Post a Comment