Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
5. Senryuu dan Kyooka
Senryuu
Senryuu adalah bagian awal dari kumpulan haikai yang berdiri
sendiri dan mengandung arti lucu. Bagian awal dari kumpulan haikai ini terdiri
dari dua frase, bentuknya lebih sederhana jika dibandingkan dengan haikai itu
sendiri. Isi dari senryuu ini bersifat kerakyatan dan sangat populer sekali di
kalangan rakyat banyak. Lama kelamaan diterbitkan juga kumpulan-kumpulan
senryuu dan ahli-ahli dalam bidang ini pun mulai bermunculan. Pada zaman
Hooreki (1751-1763), ada orang yang bernama Karai Senryuu yang terkenal karena
pilihannya tentang pantun bagian awal dari kumpulan haikai tersebut. Pada tahun
Meiwa 2 (1765), orang yang bernama Goryooken Arubeshi mengumpulkan dan
menerbitkan apa yang telah dipilih oleh Karai Senryuu, yaitu yang terdiri dari
dua frase yang meskipun dihilangkan frase pertamanya ia tetap mengandung arti
dan diberi nama Haifuu Yanagidaru. Buku ini mendapat banyak komentar baik dan
sampai dengan zaman Tenpoo (1831-1846) telah terbit sebanyak 167 bagian.
Selanjutnya pemilih pantun yang bernama Senryuu itu dipergunakan sebagai nama
dari salah satu bentuk kesusastraan tersebut di atas.
Ciri-ciri Khas Senryuu
Senryuu menitikberatkan masalah kemanusiaan yang awam,
perasaan manusia sebagai obyek untuk menciptakan pantun-pantun yang bisa
membuat tawa, kadang kala di dalamnya juga mengandung sindiran-sindiran yang
tajam. Bentuk frasenya sama dengan frase dalam haikai, tetapi tidak seperti
haikai, Senryuu tidak memakai kata-kata yang berkaitan dengan musim, dan juga
tidak perlu selalu berkalimat selesai karena kebanyakan kalimatnya berakhir
dalam bentuk bukan selesai (bentuk sambungan) dan iramanya pun ringan serta
mudah.
Contoh :
Kaminari-o manete haragake yatto
sase.
Dengan menirukan petir bahwa nanti
pusar akan diambil, akhirnya melekat juga tutup perutnya.
Urarakasa shikir-ni zeni-ga hoshiku
nari.
Di sana sini tampak semarak
bunga-bunga, percuma di dalam rumah, aku keluar saja karena inginkan uang.
Kookoo-no shitai jibun-ni oya-wa nashi.
Di waktu aku ingin berbakti pada
orang tua, ia telah tiada.
Utsukushii kao-de Yoohiki buta-o
kui.
Sayang wajah secantik itu makan
daging babi, sangat menghinakan si cantik Yookihi.
Kyooka (Pantun Jenaka)
Pantun-pantun lucu jauh sebelumnya pun sudah dikenal yaitu
dari Manyooshuu, tetapi baru mulai populer pada zaman Muromachi (abad XII).
Setelah memasuki zaman pramodern, sejajar dengan haikai, kyooka mulai
berkembang, penyair-penyairnya banyak bermunculan antara lain Matsunaga
Teitoku. Juga diterbitkan antologi-antologi seperti Kokon Hinaburishuu oleh
Shoohakudoo Gyoofuu. Pada zaman Genroku (1688-1703) di Osaka muncul Taiya
Teiryuu dan berkat jasanya kyooka mencapai kemajuan sampai meluas ke berbagai
lapisan masyarakat. Pantun-pantun kyooka sampai dengan zaman itu sebahagian
besar merupakan sindiran terhadap pantun-pantun waka tetapi dari sudut
pengetahuan isinya dangkal.
Kyooka Pada Zaman Tenmei (1781-1788)
Pantun-pantun kyooka berkembang di Osaka dan Kyoto, sejak zaman
Meiwa (1765-1771) di Edo juga mengalami perkembangan. Pada mulanya hanya
dikenal di kalangan samurai dan kalangan cendekiawan saja, tapi sejak
diterbitkan antologi Mansai Kyookashuu oleh Yomo no Akara, kepopuleran kyooka
mencapai klimaksnya. Pada zaman An-ei (1772-1780) dan Tenmei penyair-penyair
kyooka kenamaan seperti Yomo no Akara, Karakoromo Kitsushuu dan Akera Kankoo
meninggalkan banyak karyanya yang berkonsep menakjubkan. Perkembangan kyooka
ini mencapai zaman keemasannya pada zaman Tenmei, zaman Bunka (1804-1817) dan
Bunsei (1818-1829), ia memiliki kepopuleran yang dapat menandingi kepopuleran
haikai, tapi pada hakekatnya kualitasnya rendah sehingga tak dapat mencapai
kesuksesan yang sebenarnya. Penyair kenamaan pada masa ini antara lain Yadoya
no Meshimori dan Shikatsube no Magao.
Contoh :
Fuji-no yama yume-ni miru koso
kahoo nare rogin-mo iraze kutabire-mo sezu. (Taiya Teiryuu)
Bermimpi melihat gunung Fuji adalah
pertanda kebahagiaan, untuk itu tidak usah biaya, juga tidak usah cape.
Yamabuki-no hana kami bakari
kamiire-ni mino hitotsudani nakizo kanashiki. (Yomono Akara).
Tak sehelai pun uang dalam
dompetku, hanya helai-helai bunga yamabuki, sungguh menyedihkan.
Utayomi-wa heta koso yokere
tenchi-no ugoki idashite tamaru mono kawa. (Yadoyano Meshimori)
Menyanyikan lagu justru lebih baik
yang bodoh, karena tidak mampu menggeser bumi dan langit ini.
Comments
Post a Comment