Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Seorang kawan baik saya, Rohn Behr, pernah menanyakan apakah saya pernah mengalami "mimpi sang drummer". Saya kurang yakin apakah saya pernah bermimpi seperti itu sampai akhirnya dia menjelaskan mimpi berulang-ulang yang pernah dia alami. Seperti yang dia gambarkan, saya menyadari bahwa saya mengalami mimpi serupa. Dalam kasus saya, mimpi itu berlangsung seperti ini: saya tiba di sebuah konser dan mulai mengeset drum saya. Sekalipun sudah berusaha mati-matian, saya tampaknya tidak bisa menyelesaikan proses itu. Ada bagian dari set drum yang hilang atau tidak bisa saya temukan, dan jam pertunjukan semakin dekat dan dekat. Akhirnya, band mulai bermain dan saya masih juga belum selesai mengeset drum. Saya selalu lega saat terbangun dan menyadari bahwa semua itu hanya mimpi.
Ron memberitahu saya bahwa dia sudah menanyakan kepada murid-muridnya apakah mereka pernah mengalami mimpi seperti itu. Ternyata ada begitu banyak di antara mereka yang melaporkan pernah mengalaminya. Demikian pula halnya, ketika saya menyebutkan ide untuk artikel ini kepada Editor Feature majalah Modern Drummer Rick Mattingly, ia menceritakan sebuah mimpi drummer yang pernah dialaminya: "Sepertinya saya disewa untuk bermain di sebuah pesta. Saya adalah pemain pertama yang datang, dan saya mulai mengeset drum saya. Tiba-tiba para pemain band lainnya datang, dan mereka semua mengenakan tuksedo. Saya hanya memakai sweater sport warna coklat. Saya benar-benar marah kepada diri saya sendiri karena lupa menanyakan kostum apa yang harus saya pakai. Seingat saya, saya tidak pernah mengalami kejadian itu, tapi saya kira dalam alam bawah sadar, saya mengkhawatirkan terjadinya hal seperti itu".
Memang, mimpi sang drummer biasanya berdasarkan pada rasa takut. Berikut ini adalah impian serupa lainnya yang diceritakan kepada saya: "Saya disewa untuk bermain mengiringi dansa di sebuah country club eksklusif. Saya ingin datang lebih awal untuk mengeset drum saya agar saya nanti tidak perlu buru-buru melakukannya. Tapi saya sepertinya tidak bisa menemukan country club itu. Saya menanyakan arahnya dan orang-orang memberitahu arah yang saling berlawanan. Saatnya untuk manggung semakin dekat dan dekat, dan saya semakin khawatir dan khawatir. Ketika saya akhirnya sampai di tempat itu, band sudah bermain, dan mereka memandang saya dengan penuh amarah saat saya buru-buru mengeset drum tersebut".
Sebuah mimpi yang kadang kala dialami oleh drummer panggung berkaitan dengan sepotong alat yang terlupakan. Misalnya, gladi resik sudah usai dan tiba saatnya malam pembukaan. Dirigen mendekatimu lalu berbisik, "Saya ingin mendengar suara mallet timpani di tom-tom untuk pembukaan. Bukan stick." Tidak masalah. Tapi begitu kamu melongok ke tas stick drum, tidak ada mallet timpani disana. Kamu berkata kepada dirimu sendiri, "Aku yakin mallet itu ada disitu. Mungkin ketinggalan di ruang ganti." Kamu segera melesat ke ruang ganti. Tiba-tiba kamu mendengar orkes itu mulai bermain tanpa dirimu. Kalau kamu cukup beruntung, kamu akan terbangun saat itu juga.
Impian lain yang sering terjadi adalah mengenai alat yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kamu sedang bersolo drum di sebuah konser besar, tapi ada yang tidak beres dengan pedal bass drum-mu. Tiba-tiba alat itu macet, pegasnya lepas, atau yang lebih buruk, pemukul bass drum merobek bass drum head. Saya pernah mengalami keduanya, dan kamu benar-benar merasa tidak bisa apa-apa. Satu-satunya kesempatan di mana kamu merasa lebih tidak berdaya adalah ketika semua ini terjadi dalam mimpi. Kamu merasa seolah-olah tidak bisa bergerak. Kamu bisa merasa benar-benar frustasi.
Lalu ada mimpi di mana, karena alasan misterius, tangan kakimu tidak mau digerakkan. Kamu seolah-olah lupa bagaimana melakukan segalanya. Mungkin ini adalah mimpi yang paling mengecewakan sekaligus membingungkan. Saya hanya menemukan dua orang drummer yang bermimpi tentang hal ini. Mimpi itu biasanya mengawali sebuah situasi penting.
Mimpi lain yang melanda beberapa orang adalah tentang kelupaan membawa partitur. Kamu bermain dalam sebuah big band atau orkestra, konser akan segera dimulai, tapi partiturmu hilang. Ini adalah mimpi yang umum bagi musisi muda di band sekolah yang membawa partitur mereka mondar-mandir dari sekolah ke rumah untuk latihan.
Bagi para drummer muda di marching band sekolah, ketakutan besar adalah lupa membawa atau salah menaruh stick drum. Band akan segera main. Kamu meletakkan stickmu sementara kamu membetulkan sesuatu, dan ketika kamu membungkuk untuk mengambilnya, stick itu lenyap. Kamu beruntung kalau ini hanya ulah seorang kawan yang mempermainkanmu. Jika ini terjadi dalam sebuah mimpi, kamu tampaknya tidak akan pernah menemukan stick itu tepat pada waktunya.
Sering kali mimpi-mimpi ini berdasarkan pengalaman nyata. Dalam kasus saya, mimpi-mimpi itu berdasarkan dua hal yang pernah saya alami. Ketika saya masih remaja, saya mendapat pekerjaan mengiringi sebuah acara dansa di luar kota dan lupa membawa kotak peralatan saya. Kejadian itu amat memalukan karena saya bermain bersama musisi yang berusia lebih tua dan mereka tidak memaafkan saya sepanjang malam itu. Di saat lain, ketika saya di Eropa bersama band Benny Goodman, saya ketiduran (atau hotel lupa memberikan wake-up call kepada saya, tergantung sudut pandangmu). Saya tida di tempat konser hanya beberapa saat sebelum acara dimulai dan hanya punya sedikit waktu untuk mengeset drum saya. Saya memainkan lagu pertama hanya dengan menggunakan snare, bass drum, hi-hat dan ride cymbal. Di sela-sela pergantian lagu, saya memasang tom-tom dan cymbal satu per satu. Benny tidak memperhatikan, dan begitu kami memainkan, "Sing, Sing, Sing," set drum saya sudah komplet.
Entah mimpi-mimpi ini muncul karena pengalaman nyata atau semata-mata rasa takut akan terjadinya rencana yang berantakan, semuanya merefleksikan tekanan yang dialami oleh drummer berkenaan dengan peralatan atau ketepatan waktu. Jadi kalau kamu mengalami mimpi yang serupa, setidaknya kamu tahu bahwa kamu tidak sendirian. Kita semua tampaknya harus sekali-sekali merasakan pengalaman ini. Cukuplah untuk dikatakan bahwa itu hanya bagian lain dari bisnis menjadi seorang drummer, yang pada dasarnya memang sebuah bisnis yang sulit.
Baca: Buku Panduan Menjadi Drummer Profesional
Comments
Post a Comment