Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Utamakan Musiknya



Pernyataan klise yang sering dilontarkan oleh para drummer sekarang ini adalah “kurang itu berarti lebih”. Maksudnya adalah efek dari permainan sederhana kadang bisa lebih besar daripada yang dihasilkan dari permainan dengan lebih banyak not. Kebalikan dari ide ini diwakili oleh drummer jazz yang berkata, “Drummer seharusnya tidak hanya menjadi timekeeper.” Dengan kata lain, dalam jenis musik tertentu, drummer seharusnya berinteraksi dengan musisi lainnya—sebagai ganti menjaga ketukan metronomis. Kalau begitu mana yang benar? Sesungguhnya keduanya benar.

Ketika saya bermain dalam band Lionel Hampton beberapa tahun yang lalu, dia hanya menginginkan time playing dengan sedikit sekali fill. Saya sering berpikir bahwa band Hampton adalah band rock 'n' roll besar yang pertama. Dia menyukai backbeat yang kuat.

Pada malam yang lalu saya mendengar Elvin Jones bermain. Elvin punya cara untuk keluar masuk secara ritmis, berinteraksi dengan solois sedemikian rupa sehingga kamu mungkin heran apakah dia sungguh tahu posisinya. Tapi dia lalu muncul dalam ritme yang pas, dan kamu menyadari bahwa dia selalu tahu di mana dia berada dan di mana posisi orang lain—secara musikal dan secara ritmis. Jadi mendengarkan Elvin bermain hanya dengan tempo konstan akan sangat mengecewakan. Dalam kasusnya, kurang akan benar-benar kurang, atau malah amat sangat kurang.

Sesi rekaman saya yang pertama adalah dengan pianis besar Teddy Wilson. Saya tidak pernah bertemu dengannya sebelum sesi rekaman itu. Instrument yang direncanakan adalah bass, drum dan piano, dan tanpa partitur. Lalu saya bertanya kepada Teddy, “Anda ingin saya memainkan apa?” Ia menjawab, ”Apa maksudmu?”. Saya berkata, “Apakah anda ingin saya menggunakan stick, brush atau gaya lainnya?” Dia kemudian berpikir sejenak, tersenyum heran dan berkata, “Mainkan saja yang sesuai dengan musiknya!” Pada mulanya saya agak bingung. Lalu saya paham. Yang dia inginkan adalah dia mengutamakan musik lebih dulu dan memainkan apa yang sesuai. Saya kira momen itu menjadi pelajaran musik terbaik dalam hidup saya.

Tak lama setelah sesi rekaman ini saya bergabung dengan band Benny Goodman. Ketika itu umur saya masih sekitar dua puluh tahun dan kami mengerjakan pertunjukan televisi. Saya ikut di band itu sudah sekitar dua minggu ketika Benny memanggil saya dan berkata, “Yang saya inginkan di band ini adalah kamu mainkan bagian drum.Karena itulah Gene Krupa kedengaran begitu bagus di band saya; dia semata-mata memainkan bagiannya. Saya tidak ingin drummer jadi pahlawan. Jika seseorang bermain kurang bagus, kamu jangan memainkan lebih keras, nanti akan tambah runyam. Mainkan saja bagian drummu, dan saya akan memainkan bagian klarinet—kita akan berjalan selaras.”

Saya bisa masih mendengar kata-kata Teddy Wilson di telinga saya. “Mainkan saja yang sesuai dengan musiknya.” Jika musiknya membutuhkan permainan drum yang sederhana, maka mainkan secara sederhana dengan sepenuh hati. Jika musiknya membutuhkan sesuatu yang lebih kompleks, maka mainkan sebanyak yang dibutuhkan.

Kamu mungkin bisa menerka bahwa pernyataan klise saya adalah “Utamakan musiknya”. Saya tidak suka mendengar drummer "memaksakan" gayanya pada sebuah band. Ini adalah tipe pemain yang cenderung berkata, “Ini gayaku, dan inilah caraku bermain drum.”

Drummer yang berpikir seperti ini lebih memperhatikan dirinya sendiri ketimbang musik yang dimainkan oleh grupnya. Mereka biasanya tidak mencapai sukses dalam bisnis ini, karena musisi lain tidak akan senang bermain bersamanya.

Contoh lain reaksi terhadap musik dan situasi adalah rekaman vs bermain live. Di studio, orang-orang akan mendengar permainanmu berulang kali. Kamu harus lebih mencermati permainanmu. Bermain secara berlebihan bisa merusak musiknya.

Tapi, ketika kamu bermain live—terutama di kelab malam—kamu harus bermain beberapa set. Kamu bisa mencoba berbagai hal dan memanfaatkan kesempatan. Jika kamu melakukan kesalahan, selalu ada set berikutnya, dan ini tak jadi masalah. Tak seorang pun yang merekammu. Ini adalah waktu untuk bereksperimen dan bersenang-senang. Inilah bagian yang paling menarik dari bermain di kelab malam.

Di New York City, dulu ada kelab yang bernama Nick’s. Saya bekerja di sana ketika sampai akhirnya Nick’s mulai menurun dan hendak gulung tikar. Malam terakhir merupakan pesta besar. Banyak musisi terkenal yang pernah bermain di sana muncul. Semua orang menikmati acara itu. Semua orang juga punya kesempatan untuk tampil dan menjajal kemampuan. Momen musikal yang hebat pun terjadi.

Tapi yang paling saya ingat jelas adalah ketika Zutty Singleton naik panggung untuk bermain drum. Zutty adalah salah satu maestro Dixieland drumming. Ia adalah orang yang ramah dan kocak, baik pribadinya maupun permainan drumnya.

Lalu ada seorang pianis yang bernama Hank yang saya lupa nama belakangnya. Hank dan Zutty memutuskan untuk bermain duet. Zutty tampil luwes di set drum saya serta melancarkan rhythm yang menawan pada tom-tom. Hank mendongakkan kepala dan berkata, “Kita main apa?” Zutty, tanpa menengok berkata, “Mainkan saja yang pas!” Itu benar-benar mengesankan Hank serta penonton.

Jadi, lain kali kamu tak yakin bagaimana mendekati musik atau situasi, “Mainkan saja yang pas.” Inilah saran terbaik.



Baca: Buku Panduan Menjadi Drummer Profesional

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau