Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Kamus mendefinisikan "showmanship" sebagai kepemilikan talenta untuk efektivitas dramatis atau visual. Kamus mendefinisikan pamer atau show off sebagai
"upaya mempertontonkan disertai pretensi atau perilaku
eksibisionistis". "Eksibisionisme" didefinisikan sebagai "tindakan atau
praktek memamerkan diri dengan tujuan menarik perhatian".
Tiga definisi ini tampaknya secara motif berkaitan dengan istilah showmanship. Berkaitan secara motif yang saya maksud adalah bahwa setiap orang tampaknya punya kecenderungan ke arah itu entah secara positif atau negatif.
Tak pelak lagi, showman yang paling utama di bidang drumming adalah Gene Krupa, drummer pertama yang menciptakan hubungan tanpa akhir dengan publik. Ia tampan, sedap dipandang dan tentu saja seorang drummer piawai. Harvey Mason pernah berkomentar, "Para ahli yang sudah berumur bisa menghipnotis penonton dengan permainan drumnya." Jika hal ini benar, seperti yang saya yakini, Gene Krupa adalah sang master hypnotist.
Pertama-tama, solo drum Gene berisi beat yang hebat. Orang-orang bisa berdansa mengikuti solonya jika mereka mau. Bagaimanapun juga, kebanyaka orang akan berhenti berdansa dan melihat ketika Gene melakukan solo drum. Dia bisa memukau penonton dengan dinamika permainannya. Dengan mata berkilat, dia memainkan roll yang amat lembut, dalam ritme, detakan bass drum, semakin lembut dan lembut, dan perlahan-lahan beranjak ke klimaks ketukan seperenambelas dengan rimshot, cymbal dan tom-tom. Para penonton pun bereaksi dengan berdiri dan memberikan aplaus riuh rendah.
Gene juga meletakkan dua spotlight yang luar biasa terangnya. Satu di antara hi-hat dan small tom, dan satu lagi di antara ride cymbal dan floor tom. Dua lampu sorot itu diarahkan ke atas sedemikian rupa sehingga tidak hanya menyoroti Gene, tetapi juga menimbulkan bayangan yang menakjubkan di layar yang ada di belakangnya. Sungguh sangat impresif dan amat menyenangkan menyaksikan tokoh ini secara langsung.
Selain Gene, ada drummer lain di era itu yang juga merupakan showman hebat. Buddy Rich sangat menarik untuk ditonton. Single stroke-nya yang dramatis, dimainkan dengan kecepatan kilat dan diberi aksentuasi oleh dua ketukan cepat pada bass drum, akan memukau penonton mana pun. Penggunaan splash cymbal-nya tidak hanya visual tapi juga musikal. Ia adalah drummer yang dinamis (atau malah lebih dari itu), bahkan di penghujung usia enam puluhan.
Papa Jo Jones (yang jadi terkenal setelah bermain bersama Count Basie) juga memikat. Dia memiliki senyuman yang bisa menghidupkan seluruh ruangan. Dia bisa memainkan stick brush di klab apa pun, dan kamu bisa mendengar denting peniti yang jatuh saat ia melakukannya. Dia bisa menyedot perhatianmu tanpa volume. Seni seperti ini tampaknya sudah tidak ada lagi saat ini.
Jo menempatkan sebuah floor tom di posisi biasanya, dan memainkan pattern silang di antara keduanya. Efek visualnya mencengangkan. Permainan itu juga menghasilkan sound yang hebat dan selalu dimainkan pada saat yang tepat.
Cozy Cole yang legendaris adalah drummer era swing yang juga tidak kalah dahsyat. Dia juga solois yang kreatif dan musikal. Cozy yang tinggi dan tampan memancarkan kehangatan di panggung, dan penonton pun memberi reaksi yang sepadan.
Tommy Dorsey mengkonstruksikan alat pengangkat set drum (drum riser) yang bisa berputar untuk Louie Bellson, sehingga orang-orang bisa melihat kaki-kaki Louie saat dia beraksi (perlu ditekankan disini bahwa Louie adalah drummer pertama yang menggunakan dua buah bass drum). Dan Lionel Hampton, yang bermain drum sebelum ia memainkan vibrafon, amat menguasai keterampilan memutar, melontarkan dan menangkap stick drum saat ia bermain. Dia bisa menggunakan enam stick sekaligus, satu di bawah dagunya, dua di kedua ketiaknya, satu di udara, dua di kedua tangannya. Lionel memainkan stick-stick itu dalam gerakan konstan, dari tangan ke lengan ke dagu, seperti ahli akrobat. Kamu harus menyaksikannya sendiri untuk membuktikannya.
Tentu saja, showmanship drum tidak hanya dimiliki oleh para drummer tempo dulu, kemampuan itu juga masih ada dan hidup di panggung masa kini. Misalnya, saya baru-baru ini menyaksikan Triumph dimana Gil Mooer duduk di balik set drum. Gil merancang set drum khusus. Shell-nya bening, sehingga cahaya lampu bisa menembusnya. Drum riser-nya sangat besar seperti monster yang secara mekanis cukup rumit dengan lampu-lampu di atas dan di seputarnya. Mesin itu bergerak ke atas dan ke depan, sementara lampu-lampu menyoroti set drum secara acak. Presentasi visual itu adalah yang paling mengagumkan yang pernah saya lihat untuk sebuah solo drum. Rasanya harga tiket masuk sepadan hanya untuk menyaksikan dan mendengar Gil.
Tampaknya popularitas showmanship berlangsung dalam sebuah siklus. Di tahun 40-an, hal itu sangat populer. Di tahun 50-an dan 60-an musisi jazz sering tidak menghiraukannya. Bahkan Dizzy Gillespie, salah satu pemain trumpet paling dahsyat, dikritik karena terlalu banyak beraksi di panggung dan pamer kepiawaian di hadapan penonton. Selama era ini, musisi ini lebih menahan diri. Musiknya lebih lembut, dan aturan pokoknya adalah kesederhanaan. Solo drum sering kali dicibir dan ditolak.
Pepatah lama mengenai showmanship menyatakan bahwa ada dua cara mendasar untuk melakukannya yaitu "Jadikan yang mudah kelihatan sulit, atau jadikan yang sulit kelihatan mudah." Menurut saya, hal itu amat tergantung pada kepribadianmu. Drummer yang ekstrovert cenderung bersikap flamboyan, visual, dan menonjol. Drummer yang lebih introvert cenderung lebih berkonsentrasi lebih pada permainan pattern yang sulit dan kurang memamerkan kepribadian mereka. Tidak jadi soal pendekatan mana yang kamu pilih, atau kombinasi keduanya, asalkan pilihan itu sesuai bagi dirimu. Yang disukai seseorang mungkin tidak disukai oleh orang lain. Ini terutama berlaku untuk showmanship dan kepribadian. Kebanyakan drummer saat ini adalah kombinasi antara showman, artis, drummer, aktor, komposer, entertainer, dan musisi.
Satu hal lagi, saya tidak bisa memintamu menganalisis diri sendiri dengan satu cara tertentu atau menyarankan sebuah rute yang harue kamu tempuh untuk mencapai sukses. Saya hanya menyarankan, Jadilah dirimu sendiri! Lakukan segala sesuatu yang menurutmu bisa kamu lakukan secara natural. Jika kamu punya kemampuan alami untuk berkomunikasi dengan penonton, lakukan saja. Jika kamu ingin bekerja sebagai studio drummer, mulailah mengambil manfaat dari setiap peluang yang muncul. Dan kalau kamu bisa mengkombinasikan permainan yang bagus dengan showmanship seperti para pemain yang telah saya sebutkan di atas, lakukan saja!
Baca: Buku Panduan Menjadi Drummer Profesional
Tiga definisi ini tampaknya secara motif berkaitan dengan istilah showmanship. Berkaitan secara motif yang saya maksud adalah bahwa setiap orang tampaknya punya kecenderungan ke arah itu entah secara positif atau negatif.
Tak pelak lagi, showman yang paling utama di bidang drumming adalah Gene Krupa, drummer pertama yang menciptakan hubungan tanpa akhir dengan publik. Ia tampan, sedap dipandang dan tentu saja seorang drummer piawai. Harvey Mason pernah berkomentar, "Para ahli yang sudah berumur bisa menghipnotis penonton dengan permainan drumnya." Jika hal ini benar, seperti yang saya yakini, Gene Krupa adalah sang master hypnotist.
Pertama-tama, solo drum Gene berisi beat yang hebat. Orang-orang bisa berdansa mengikuti solonya jika mereka mau. Bagaimanapun juga, kebanyaka orang akan berhenti berdansa dan melihat ketika Gene melakukan solo drum. Dia bisa memukau penonton dengan dinamika permainannya. Dengan mata berkilat, dia memainkan roll yang amat lembut, dalam ritme, detakan bass drum, semakin lembut dan lembut, dan perlahan-lahan beranjak ke klimaks ketukan seperenambelas dengan rimshot, cymbal dan tom-tom. Para penonton pun bereaksi dengan berdiri dan memberikan aplaus riuh rendah.
Gene juga meletakkan dua spotlight yang luar biasa terangnya. Satu di antara hi-hat dan small tom, dan satu lagi di antara ride cymbal dan floor tom. Dua lampu sorot itu diarahkan ke atas sedemikian rupa sehingga tidak hanya menyoroti Gene, tetapi juga menimbulkan bayangan yang menakjubkan di layar yang ada di belakangnya. Sungguh sangat impresif dan amat menyenangkan menyaksikan tokoh ini secara langsung.
Selain Gene, ada drummer lain di era itu yang juga merupakan showman hebat. Buddy Rich sangat menarik untuk ditonton. Single stroke-nya yang dramatis, dimainkan dengan kecepatan kilat dan diberi aksentuasi oleh dua ketukan cepat pada bass drum, akan memukau penonton mana pun. Penggunaan splash cymbal-nya tidak hanya visual tapi juga musikal. Ia adalah drummer yang dinamis (atau malah lebih dari itu), bahkan di penghujung usia enam puluhan.
Papa Jo Jones (yang jadi terkenal setelah bermain bersama Count Basie) juga memikat. Dia memiliki senyuman yang bisa menghidupkan seluruh ruangan. Dia bisa memainkan stick brush di klab apa pun, dan kamu bisa mendengar denting peniti yang jatuh saat ia melakukannya. Dia bisa menyedot perhatianmu tanpa volume. Seni seperti ini tampaknya sudah tidak ada lagi saat ini.
Jo menempatkan sebuah floor tom di posisi biasanya, dan memainkan pattern silang di antara keduanya. Efek visualnya mencengangkan. Permainan itu juga menghasilkan sound yang hebat dan selalu dimainkan pada saat yang tepat.
Cozy Cole yang legendaris adalah drummer era swing yang juga tidak kalah dahsyat. Dia juga solois yang kreatif dan musikal. Cozy yang tinggi dan tampan memancarkan kehangatan di panggung, dan penonton pun memberi reaksi yang sepadan.
Tommy Dorsey mengkonstruksikan alat pengangkat set drum (drum riser) yang bisa berputar untuk Louie Bellson, sehingga orang-orang bisa melihat kaki-kaki Louie saat dia beraksi (perlu ditekankan disini bahwa Louie adalah drummer pertama yang menggunakan dua buah bass drum). Dan Lionel Hampton, yang bermain drum sebelum ia memainkan vibrafon, amat menguasai keterampilan memutar, melontarkan dan menangkap stick drum saat ia bermain. Dia bisa menggunakan enam stick sekaligus, satu di bawah dagunya, dua di kedua ketiaknya, satu di udara, dua di kedua tangannya. Lionel memainkan stick-stick itu dalam gerakan konstan, dari tangan ke lengan ke dagu, seperti ahli akrobat. Kamu harus menyaksikannya sendiri untuk membuktikannya.
Tentu saja, showmanship drum tidak hanya dimiliki oleh para drummer tempo dulu, kemampuan itu juga masih ada dan hidup di panggung masa kini. Misalnya, saya baru-baru ini menyaksikan Triumph dimana Gil Mooer duduk di balik set drum. Gil merancang set drum khusus. Shell-nya bening, sehingga cahaya lampu bisa menembusnya. Drum riser-nya sangat besar seperti monster yang secara mekanis cukup rumit dengan lampu-lampu di atas dan di seputarnya. Mesin itu bergerak ke atas dan ke depan, sementara lampu-lampu menyoroti set drum secara acak. Presentasi visual itu adalah yang paling mengagumkan yang pernah saya lihat untuk sebuah solo drum. Rasanya harga tiket masuk sepadan hanya untuk menyaksikan dan mendengar Gil.
Tampaknya popularitas showmanship berlangsung dalam sebuah siklus. Di tahun 40-an, hal itu sangat populer. Di tahun 50-an dan 60-an musisi jazz sering tidak menghiraukannya. Bahkan Dizzy Gillespie, salah satu pemain trumpet paling dahsyat, dikritik karena terlalu banyak beraksi di panggung dan pamer kepiawaian di hadapan penonton. Selama era ini, musisi ini lebih menahan diri. Musiknya lebih lembut, dan aturan pokoknya adalah kesederhanaan. Solo drum sering kali dicibir dan ditolak.
Pepatah lama mengenai showmanship menyatakan bahwa ada dua cara mendasar untuk melakukannya yaitu "Jadikan yang mudah kelihatan sulit, atau jadikan yang sulit kelihatan mudah." Menurut saya, hal itu amat tergantung pada kepribadianmu. Drummer yang ekstrovert cenderung bersikap flamboyan, visual, dan menonjol. Drummer yang lebih introvert cenderung lebih berkonsentrasi lebih pada permainan pattern yang sulit dan kurang memamerkan kepribadian mereka. Tidak jadi soal pendekatan mana yang kamu pilih, atau kombinasi keduanya, asalkan pilihan itu sesuai bagi dirimu. Yang disukai seseorang mungkin tidak disukai oleh orang lain. Ini terutama berlaku untuk showmanship dan kepribadian. Kebanyakan drummer saat ini adalah kombinasi antara showman, artis, drummer, aktor, komposer, entertainer, dan musisi.
Satu hal lagi, saya tidak bisa memintamu menganalisis diri sendiri dengan satu cara tertentu atau menyarankan sebuah rute yang harue kamu tempuh untuk mencapai sukses. Saya hanya menyarankan, Jadilah dirimu sendiri! Lakukan segala sesuatu yang menurutmu bisa kamu lakukan secara natural. Jika kamu punya kemampuan alami untuk berkomunikasi dengan penonton, lakukan saja. Jika kamu ingin bekerja sebagai studio drummer, mulailah mengambil manfaat dari setiap peluang yang muncul. Dan kalau kamu bisa mengkombinasikan permainan yang bagus dengan showmanship seperti para pemain yang telah saya sebutkan di atas, lakukan saja!
Baca: Buku Panduan Menjadi Drummer Profesional
Comments
Post a Comment