Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Pujian dan Kritik

Pujian dan Kritik


Kamus mendefinisikan "pujian" sebagai "ekspresi sambutan hangat atau kekaguman". Sementara itu, kamus mendefinisikan  kritik sebagai " penyampaian penilaian yang menjatuhkan, kecaman, atau ketidaksetujuan". Kebanyakan orang tentu lebih menyukai pujian ketimbang kritik. Kebanyakan orang mengharapkan pujian dan berupaya menghindari kritik. Rasa takut akan kritik juga membuat orang menahan diri.

Bill Russel, pemain bola basket besar yang terkenal akan kemandiriannya, pernah memberi tahu kawan satu timnya yang bermasalah, “Kamu tidak harus menerima kritik jika kamu tidak pernah menerima pujian.” Bill tahu apa bakatnya, dan ia tidak menganggap penting pujian atau kecaman orang lain.

Seorang yang bijak mengatakan kepada saya bertahun-tahun lampau, “Roy, beberapa orang akan menganggap tinggi dirimu sebagai drummer. Yang lainnya akan memandang rendah kemampuanmu. Kebenarannya mungkin terletak di antara keduanya. Kemungkinan besar kamu tidak sehebat apa yang dikira oleh kawan-kawanmu, tapi kamu lebih baik dari yang diperkirakan oleh musuh-musuhmu.” Selama beberapa tahun, saya memikirkan hal ini secara mendalam.

Pujian, ketika berlebihan, bisa membuat sebagian besar dari kita merasa tidak nyaman. Ketika seorang yang mabuk di sebuah klab malam berkata kepadamu, “Kamu drummer paling hebat sedunia!” itu biasanya membuatmu merasa tidak enak. Meskipun dimaksudkan sebagai pujian, ucapan itu tidak banyak artinya karena tidak realistis. Ucapan itu tidak mengandung kebenaran.

Kritik, apabila tidak adil, bisa meruntuhkan semangat anak muda yang kurang berpengalaman menghadapinya. Jika kamu merasa dikritik secara tidak adil, hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah bertanya kepada diri sendiri, “Apakah ada kebenaran dalam kritik ini? Jika ada, apakah kritik itu seluruhnya benar? Bagian mana yang benar dan mana yang tidak?” Proses ini akan melenyapkan emosi dari reaksimu dan membantumu menjadi lebih objektif. Ini juga membantumu untuk belajar dari bagian kritik yang sahih dan mengenyahkan bagian yang tidak relevan.

Pujian yang berlebihan juga bisa menyembunyikan kritik. Komentar seperti, “Sound permainan snare drum-mu hebat!” bisa membuatmu bertanya-tanya, “Lalu seperti apa sound bagian yang lainnya?” Permainanmu mirip drummer terkenal si anu bisa jadi masalah jika drummer terkenal si anu itu bukan drummer favoritmu. “Kamu bermain persis seperti si anu” pada mulanya kedengaran seperti pujian, tapi mungkin arti sebenarnya adalah “Kamu meniru orang lain”.

Kalau kamu bermain tenis, kamu mungkin tahu taktik melontarkan pujian untuk memukul mundur lawanmu. Setiap kali lawanmu melakukan serve, kamu bisa mengomentari, “Gila, serve-mu bertambah baik saja. Ini baru serve namanya!” Pada awalnya lawanmu tersanjung menerima pujian itu. Lalu dia mulai meyakininya, mengerahkan segenap konsentrasi pada serve sampai akhirnya serve-nya kacau balau. Inilah yang dikenal sebagai serangan psikis. Masalah yang muncul berkenaan dengan pujian adalah bahwa kamu akan merasa harus mempercayainya, entah pujian itu akurat atau tidak.

Pujian bisa aneh, ia bisa mempengaruhi kepala anda sedemikian rupa. Komentar seperti, “Kamu memainkan tempo pelan dengan sangat baik” bisa membuatmu bertanya-tanya, “Apakah itu berarti tempo cepatku jelek?” Dan kritik bisa melakukan hal yang sama. Misalnya komentar seperti, “Kamu tidak memainkan tempo cepat dengan baik.” Apakah itu berarti saya bermain lebih baik pada tempo lambat? Seperti yang kamu lihat, yang tidak dilontarkan bisa menjadi bagian yang menyebabkan kamu mulai menebak dan mempertanyakan posisimu yang sesungguhnya.

Kata kuncinya, ketika sudah sampai ke perkara kritik dan pujian adalah "keadilan" (fairness). Jika kritik itu adil (fair), ia bisa sangat bermanfaat. Kritik, jika dimaksudkan untuk membangun, disampaikan secara positif. Inilah saran yang kamu butuhkan untuk memperbaiki diri di area tertentu. Jika orang itu menaruh perhatian pada pertumbuhan kariermu, kritik itu akan disertai dengan saran-saran yang bisa membantumu meningkatkan kemampuan. Dengan kata lain, jika kamu ingin mengkritik seseorang, siapkan saran untuk membantunya meningkatkan kemampuannya. Ini yang disebut fair.

Hal yang sama berlaku untuk pujian. Agar menimbulkan dampak positif, pujian harus realistis. Komentar seorang musisi, “Permainan yang bagus!” lebih berarti daripada ucapan seorang penggemar, “Fantastik, luar biasa, mengagumkan!” Keterandalan suatu pujian sangat dipengaruhi oleh orang yang mengemukakannya.

Pertimbangkan sumbernya adalah pepatah kuno yang tepat. Sebelum kamu besar kepala atas satu sanjungan, atau berkecil hati karena sebuah kritik, pertama-tama pertimbangkan sumbernya. Siapa yang mengatakannya? Kenapa dia mengatakannya? Apakah dia mengharap imbalan? Apakah dia benar-benar paham? Begitu kamu memutuskan apakah sumber itu perlu ditanggapi serius atau tidak, kamu bisa memutuskan bagaimana menghadapi pujian atau kritik yang dilontarkan. Ingat, tidak semua orang yang memuji adalah kawanmu, dan tidak semua orang yang mengkritik adalah musuhmu. Hal itu tergantung pada kredibilitas dan keadilan orang yang melontarkan pujian atau kritik.

Kebanyakan dari kita tidak kesulitan menghadapi pujian. Memang sebagian besar artis tampaknya tidak pernah puas akan pujian. Kritik lebih sulit. Kadang kala kita bahkan mengkritik diri kita sendiri. Kita mencoba menguatkan diri kita dengan keyakinan bahwa jika kita bersikap keras terhadap diri sendiri, kita akan bertambah baik. Saya tidak begitu yakin tentang hal itu. Kritik terhadap diri sendiri bisa dengan mudah dilakukan secara berlebihan. Saya lebih suka analisis, penilaian, dan pemahaman diri sendiri, karena semua konsep ini mengarah pada pandangan yang lebih objektif mengenai pribadi dan masalah kita sendiri.

Ingat komentar Bill Russel, “Kamu tidak harus menerima kritik jika kamu tidak pernah menerima pujian”. Kita mungkin sulit menerima pendapat ini. Tapi saya menghargai makna yang lebih dalam dari sikap Bill. Kamu tidak bisa meminta pujian tanpa mengundang kritik.

Sebaiknya kamu mempertimbangkan saran yang diberikan kepada saya bertahun-tahun yang lampau. “Beberapa orang akan memandang tinggi dirimu, beberapa yang lainnya akan memandang rendah kemampuanmu.” Jadi, jika seseorang memujimu, bilang saja, “Terima kasih” Jika seseorang mengutarakan kritik yang fair kepadamu, bilang saja, “Saya akan melakukan dengan lebih baik di waktu yang akan datang.” Dan jika sudah sampai ke perkara pujian, cobalah untuk mendapatkan pujianmu sendiri.

Sadari kekurangan maupun kelebihanmu. Toh yang bisa kamu berikan adalah yang terbaik semampumu. Jika kamu telah melakukannya, pujian dan kritik dari orang lain tidak akan banyak artinya. Jika kamu yakin bahwa kamu telah melakukan yang terbaik, itulah pujian paling berarti yang akan kamu terima.


Baca: Buku Panduan Menjadi Drummer Profesional

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau