Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
F. Sabi
Sabi berasal dari kata sabu sebagai kata kerja dan sabishii sebagai kata sifat. Sabi berarti sepi dan tenang dan arti dalam kehidupan manusia ialah ketenangan yang ingin dicapai oleh orang-orang yang sudah meninggalkan kehidupan dan hal-hal keduniawian. Dasar pemikiran sabi adalah ketenangan dan kesepian yang diungkapkan dalam bidang kesenian. Sabi banyak diungkapkan dan berkembang di dalam waka, renga, nohgakusho, chanoyu, dan haikai. Dalam perkembangannya, sabi dan wabi dipakai bersama-sama dan saling berkaitan.
Pada mulanya sabi dan wabi dianggap sebagai perasaan jiwa yang kurang sempurna dan dianggap tidak baik oleh masyarakat. Akan tetapi, sejak akhir zaman Heian sampai awal zaman Kamakura, pengertian negatif terhadap sabi dan wabi mulai berubah menjadi positif. Pada zaman Heian, para inja atau orang-orang yang meninggalkan kehidupan ramai dan kemudian pergi ke gunung untuk menyembunyikan diri agar mendapat ketenangan menjadi sangat populer. Sejak itu barulah sabi dan wabi yang mempunyai nilai-nilai estetika mulai diakui oleh masyarakat.
Sejak muncul inja yang terkenal, yaitu Saigyo dan Kamono Chomei, kedudukan sabi menjadi makin mantap dan positif. Hal itu terjadi karena Fujiwara Toshinari, salah seorang penyair besar, memberi penilaian tinggi terhadap sabi yang terdapat dalam waka yang ditulis oleh Saigyo. Sejak saat itu sabi menjadi salah satu ideologi sastra dan estetika Jepang. Sabi kemudian berkembang dengan pesat.
Sabi yang paling terkenal pada masa itu adalah sabi yang ditulis oleh Fujiwara Teika dalam buku Shinkokinshu.
Contoh:
Miwataseba Hana mo momiji mo Nakari
Keri ura no Tomoya no uki no Yugure
Sejauh mata memandang tak kelihatan bunga maupun momiji,
hanya sebuah gubuk di pantai pada waktu senja musim gugur.
Sabi kemudian berkembang lagi pada zaman pramodern dan dipopulerkan oleh Matsuo Basho di dalalm puisi haikai. Tulisan-tulisan Basho ternyata mendapat pengaruh dari teori puisi Saigyo, Toshinari, dan kawan-kawan sehingga Basho memperlakukan sabi sebagai inti puisi, warna dan emosi dalam puisi haikai. Basho memberikan nilai terbaik untuk warna sabi kepada puisi Kyorai.
Contoh:
Hanamori ya shiraki Kashira wo Tsuki awase
Pada zaman itu sabi bukan saja mempunyai nilai ketenangan, tetapi juga mendapat nilai tambah yaitu kecerahan. Akan tetapi, yang perlu diingat adalah bahwa Basho sampai saat ini hanyalah memberikan penilaian secara umum. Dia tidak memberikan definisi secara mendetail tentang sabi sehingga murid-murid Basho mengalami kesulitan dan tidak mempunyai satu pengertian yang bulat mengenai sabi.
Pada zaman modern seperti sekarang ini, haikai sudah berkurang, tetapi sabi masih dapat ditemukan dalam upacara minum teh atau chanoyu. Fenomena ini membuktikan kepada kita bahwa sabi masih tetap hidup dan melekat dalam jiwa orang-orang Jepang.
Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang
Comments
Post a Comment