Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Menikmati

Menikmati


Beberapa tahun lalu di New York, ketika saya masih studi bersama RUDI (Swami Rudrananda), salah seorang kawan saya berkomentar, “Saya benar-benar sudah berusaha keras, tapi hidup saya begini-begini saja.” RUDI menjawab,”Kamu harus belajar menikmati. Kami diminta untuk memikirkan konsep ini selama akhir pekan dan menerapkannya pada sebagian dari kehidupan kami sehari-hari. Dalam kasus saya, saya menerapkan konsep itu ke permainan drum saya untuk melihat pemahaman apa yang bisa saya peroleh.

Pemahaman pertama saya adalah bahwa itu berarti “Jangan memaksakan!”. Kami semua mengenal drummer-drummer yang selalu tekun berlatih. Mereka biasanya berujar, “Saya berlatih lima jam sehari, setiap hari. Berapa jam sehari kamu latihan?” Latihan, dalam hal ini, telah menjadi sebuah event atletik berorientasi ego atau dengan kata lain, “Berlatihlah sampai babak belur!”.

Bagi saya, pendekatan ini lebih bersifat fisik ketimbang musikal. Masalahnya bukan berapa jumlah jam latihan, tetapi sikap. Kamu tidak bisa memaksa dirimu menjadi lebih baik dengan latihan berlebihan tanpa henti. Drummer yang menggunakan pendekatan ini sering terdengar kaku dan tidak musikal ketika bermain dalam grup.

Lalu muncul situasi di mana murid dan guru bertemu. Si murid berkata, “Saya kesulitan dengan pelajaran ini padahal saya sudah berlatih sungguh-sungguh.” Guru sering kali menjawab, “Kamu musti mencoba lebih keras lagi.” Kadang-kadang kita mencoba begitu keras sehingga kita sebetulnya memperburuk keadaan. Pada dasarnya, guru yang baik akan berkata seperti ini : “Kalau begitu ayo kita coba dengan cara ini” atau “Apa yang sulit bagimu?”

Pendekatan "berusaha lebih keras" dianggap kuno oleh banyak guru kontemporer. Namun jika guru tersebut tidak terlatih tidak tidak yakin dengan cara yang layak ntuk membantu si murid, "berusaha lebih keras" merupakan jalan yang nyaman—nyaman bagi sang guru tapi tidak bagi sang murid.

Murid itu mungkin ragu, “Haruskah saya berhenti berlatih? Mungkin saya perlu meninggalkan semua pelajaran dan bermain saja apa adanya. Mungkin semua ini terlalu berat bagi saya?” Atau kadang pertanyaan yang seperti ini, “Haruskah saya mencoba lebih keras lagi?”. Berdasarkan kajian dan pengalaman saya, jawabannya adalah, “Berupayalah tapi lakukanlah dengan cerdas dan penuh kepekaan.”

Misalnya, perhatikan tubuhmu. Jika ototmu terasa tegang, jika timbul rasa sakit ketika berlatih, atau jika kamu merasa cepat lelah, kamu mungkin menggunakan pendekatan yang salah. Carilah informasi dengan bertanya kepada pemain dan guru berpengalaman. Kadang-kadang teknik (grip, posisi tangan, gerakan lengan dan lain-lain) yang kamu terapkan tidak sesuai dengan apa yang kamu coba lakukan. Jika seorang tukang kayu hendak membangun sebuah rumah, ia memerlukan peralatan yang tepat. Jika dia tidak punya alat-alat yang tepat, dia akan frustasi dan tidak memberikan hasil yang baik. Dalam hal drummer, salah satu alat yang diperlukan adalah pendekatan teknik yang memadai bagi musik yang ia coba mainkan. Pengetahuan tentang musik juga sama pentingya.

Banyak hal menjadi mudah dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Contoh klasiknya adalah buzz atau closed snare drum roll. Kekuatan besar atau kecepatan tinggi tidak dibutuhkan disini. Sebenarnya, roll mudah dimainkan dengan metode yang efektif. Permainan ini menjadi mustahil dilakukan dengan metode yang salah. Ingat, teknik benar-benar berarti keterampilan. Itu bukan berarti kecepatan semata. Intelegensia dan keterampilan berjalan seiring.

"Menikmati" artinya berusaha sembari memperhatikan apa yang sedang kamu lakukan. Latihan "membabi buta" seperti bermain sekeras dan secepat mungkin selama berjam-jam, adalah latihan tanpa mendengarkan. Sebaliknya, menyimak musik dengan seksama berarti mendengarkan. Jadi "menikmati" berarti memperhatikan tubuhmu, keseimbangan, kualitas nada, tempo, besar kecilnya volume, dan perasaan yang kamu gunakan untuk berlatih dan/atau bermain.

Yang terakhir, namun tidak kalah pentingnya, menikmati adalah hasil dari melakukan sesuatu yang sungguh kamu sukai. Tapi, kalau kamu hendak melambungkan egomu, misalnya mencoba lebih baik ketimbang orang lain, kamu mungkin akan berusaha terlalu keras. Seperti yang kamu lihat, kebanyakan pemain hebat bermain dengan sukacita—selalu antusias untuk bermain. Berusaha terlalu keras agar sempurna atau agar menjadi nomor satu pasti akan mencabut kesukacitaan itu dari permainan yang sesungguhnya.

Kalau kamu memainkan musik yang kamu benci hanya supaya bisa membayar sewa rumah, saya menghargai rasa tanggung jawabmu. Saya pernah melakukannya sekali, dan saya tahu tidak ada kesukacitaan murni dalam bermain hanya demi uang.

Bila kamu mencintai musik yang kamu mainkan, rasa suka cita itu akan muncul dengan sendirinya. Musik tampaknya akan bermain dengan sendirinya. Ia menjadi begitu menyenangkan. Ia menjadi mudah.
Menikmati juga berarti meningkatkan kemampuan sesuai dengan langkah yang kamu tentukan sendiri.
Menikmati berarti yakin pada diri sendiri.
Menikmati berarti upaya yang menyenangkan.
Menikmati berarti melakukan apa yang kamu suka kerjakan.
Menikmati berarti terlepas dari sikap menomorsatukan ego.
Menikmati berarti kamu tidak terburu-buru.
Menikmati berarti rileks.
Menikmati berarti bermain secara alami.
Menikmati berarti tidak memaksakan diri.
Menikmati berarti berupaya dengan penuh kesabaran.

Seperti yang dikatakan oleh RUDI beberapa tahun yang lalu, “Kalau kamu ingin benar-benar ahli dalam hal apa pun, kamu harus menyukainya. Tapi kalau dorongan niatmu adalah egomu sendiri, maka hasilnya adalah secuil sukacita dan segudang penderitaan serta kerja keras.”

Jadi, rileks, belajarnya menikmati dan rasakan apa yang sedang kamu lakukan. Toh, itu semua adalah alasan kita bermain musik bukan?


Baca: Buku Panduan Menjadi Drummer Profesional

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau