Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Mencela dan Mempermainkan Orang

Mencela dan Mempermainkan Orang


Cepat atau lambat, jika kamu aktif di dunia musik, seseorang akan mencela permainanmu dalam bentuk penilaian sarkartis. Celaan biasanya dilakukan di belakangmu, sehingga kamu tidak punya kesempatan untuk membela diri. Yang paling menyakitkan adalah ketika orang yang mencelamu adalah seseorang yang menurutmu paling bersahabat. Seorang kawan mungkin mendengar komentar-komentar itu secara tidak sengaja dan menyampaikannya kepadamu. Misalnya, "Kata si A kamu tidak becus bermain musik. Dia bilang permainanmu berantakan!"

Tragisnya, jika beberapa pemain muda mendengar cerita-cerita ini, mereka kehilangan semangat. Misalnya, para pemain muda berbakat melepas karier musikal gara-gara omong kosong semacam ini.

Mengapa hal ini terjadi? Salah satu penyebab, orang-orang senang merasa dirinya penting. Mereka senang merasa satu tingkat di atas orang lain. Jika kamu bukan pemain yang benar-benar bagus, satu-satunya cara agar merasa satu tingkat di atas adalah menempatkan orang lain satu tingkat di bawahmu.

Dengan kata lain, mencelanya. Orang-orang yang terus menerus mencela orang lain, pada kenyataannya, menunjukkan bahwa mereka tidak merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Jika mereka merasa nyaman dengan diri sendiri, mereka tidak perlu mengkritik orang lain.

Bagaimana cara terbaik untuk menghadapi celaan? Salah satunya adalah menyadari bahwa ketika kamu masih muda dan sedang menuju puncak karier, kamu berjuang keras untuk bisa diterima. Karena itu, celaan bisa amat menyakitkan. Ketika kamu semakin dewasa, lebih berpengalaman, dan mamapn, kamu akan lebih mudah mengabaikan kritik semacam itu dan memahami apakah kritik itu benar atau tidak. Pikirkan kembali celaan itu, tentukan apakah kamu bisa belajar darinya, lalu lupakan.

Cara lainnya adalah langsung menghadapi orang yang mencelamu. Jika kamu bisa mengendalikan emosimu, hal itu akan sangat menarik. Kamu mungkin berkata, "Aku tahu kamu tidak suka permainanku dan menjelek-jelekkan aku." Ini biasanya mengejutkan orang yang bersangkutan karena dia tidak mengharapkan konfrontasi seperti ini. Ketika dihadapi secara langsung, orang itu biasanya akan berkata seperti, "Sebetulnya, aku tidak bilang persis begitu. Aku cuma bilang kamu butuh lebih banyak pengalaman." Kamu bisa berkata, "Well, lain kali kalau kamu melihat kekurangan yang bisa kuperbaiki, kenapa tidak langsung memberitahuku? Dengan begitu aku bisa meningkatkan diri dan kita masih tetap bisa berkawan baik." Pendekatan jenis ini bisa menyenangkan jika kamu tidak uring-uringan. Sering kali orang yang bersangkutan akan menghargaimu.

Kalau takut dikritik, kita tidak akan dapat mencapai potensi sejati kita. Rasa takut itu melumpuhkan. Kamu tidak bisa melenyapkannya, tapi kamu bisa mengembangkan sikap yang akan membantumu menghadapinya.

Beberapa tahun yang lalu seorang drummer berkata kepada saya, "Permainan anda tidak begitu baik, dan saya tidak suka feel anda, sound anda, atau ide-ide anda. Kenapa anda begitu terkenal?" Saya berkata, "Saya benar-benar tidak tahu. Sekarang saya bermain lebih buruk dibandingkan ketika saya masih berumur sebelas. Semakin sering saya berlatih, hasilnya semakin buruk. Tapi saya punya masalah lain yang lebih besar." Drummer itu, terheran-heran bahwa saya menyetujui pendapatnya, berkata, "Wah, saya kira anda akan bersikap defensif. Saya minta maaf. Apa masalah lain itu?" Saya berkata, "Orang-orang seperti Woody Herman, Ben Webster, Teddy Wilson, Lionel Hampton, John Lewis, Phil Upchurch, Charles Mingus, dan Benny Goodman ini terus-menerus menelepon saya dan menawari pekerjaan. Kalau permainan saya memang seburuk itu, saya tidak mungkin menerima tawaran mereka dan membuat mereka kecewa, bukan?" Saya tersenyum lalu menjabat tangannya, dan berterima kasih atas pengertiannya. Dia melangkah pergi dengan wajah bingung. Sebenarnya saya tidak suka mempermainkan orang. Tapi, dalam kasus ini, itu jauh lebih mudah daripada berdebat. Dan harus saya akui, ekspresi wajahnya menggelikan!

Mempermainkan orang itu mudah jika kamu tidak mengenal orang itu. Beberapa tahun yang lalu saya berada di Illinois untuk melakukan tur klinik. Saya tiba di toko musik sekitar pukul dua siang dengan mengenakan jins dan jaket denim. Saya masuk ke dalam toko itu dan bersandar di dekat counter sambil mengamati seorang anak muda memilih-milih stick drum. Dia menengok dan berkata, "Apakah anda drummer?" yang lalu saya jawab, "Ya." Dia bertanya, "Apakah anda akan datang ke klinik drum malam ini?" Saya berkata, "Mungkin, apakah kamu akan datang?" Ia menjawab, "Buat apa? Si Burns ini bukan drummer yang bagus!" Saya berkata, "Oh begitu? Jika dia tidak bagus, bagaimana dia bisa begitu terkenal sehingga diundang untuk melakukan klinik?" Ia berkata, "Entahlah, saya tidak tahu." Saya menambahkan, "Well, kamu pasti sudah pernah mendengar permainannya." Ia berkata, "Belum, tapi ada orang yang memberitahu saya bahwa dia pemain yang buruk. Omong-omong, nama saya Gary, dan anda? Saya memperkenalkan diri, "Roy". Matanya membelalak dan dia berkata, "Bukan Roy Burns kan?" Saya menjawab, "Ya, Roy Burns". Mulutnya langsung terkunci. Saya mengatakan bahwa saya tidak keberatan jika dia tidak menyukai permainan saya. Persisnya, saya berkata, "Kamu boleh mengkritik saya, tapi saya minta tolong satu saja, setidaknya dengarkan dulu permainan saya." Dia meminta maaf dan menghadiri klinik itu. Seusai klinik, kami berpisah sebagai dua kawan baik.

Bagaimanapun juga, kamu lebih baik berkonsentrasi pada studi dan pekerjaanmu daripada membuang-buang waktu untuk uring-uringan karena dikritik. Lakukan yang terbaik dan biarkan orang-orang berpikir sesuka mereka. Mereka toh akan melakukannya. Saran terakhir dari saya adalah, salah seorang guru drum saya memberi saya nasihat ini. "Untuk bisa mencelamu, orang harus bisa mengejamu dengan benar. Jika dia menghabiskan waktu sekian lama untuk membicarakanmu, itu berarti kamu telah melakukan sesuatu dengan baik. Anggap saja itu publisitas gratis."


Baca: Buku Panduan Menjadi Drummer Profesional

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau