Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Mono no Aware

Mono no Aware


C.  Mono no Aware (Aware)


Dalam Genji Monogatari bahkan dalam cerita-cerita sesudahnya, ideologi sastra berkisar pada mono no aware (dapat disingkat aware) yang berarti rasa iba. Menurut Norinaga, seorang negarawan pada zaman Edo, ideologi sastra pada Genji Monogatari adalah aware (iba) dalam arti yang luas menaruh iba terhadap tokoh yang terdapat dalam cerita. Dalam Genji Monogatari terdapat gambaran kesedihan sebagai rasa iba dan beberapa orang tokoh seperti Kiritsubo, Yugano Arino ue, Murasaki no ue, dan Ukibune; kesedihan terhadap perpisahan dengan kekasihnya, kesedihan hati Fujitsubonyobo karena berpisah hidup di Rokujo, nasib buruk yang menimpa Yosan no Moya. Dapat pula berarti kesedihan dari para pegawai rendahan atau golongan menengah, seperti tragedi dari Ukibune. Semuanya menggambarkan kesedihan seorang tokoh wanita. Kemudian, gambaran kesedihan dari tokoh Hikaru Genji dan gambaran tragedi dari Kaoru sebagai hamba yang bekerja mati-matian mengabdikan diri seluruh jiwa dan raga demi majikannya. Oleh karena itu, cerita Genji Monogatari yang merupakan gambaran mata rantai dari kegembiraan dan kesedihan manusia, cenderung merupakan gambaran peristiwa yang dialami pria dan wanita yang dapat menimbulkan belas kasihan atau rasa iba hati pembaca.

Lebih jauh lagi mono no aware dapat diartikan sebagai gambaran suasana kebimbangan yang tersisip melayang-layang dalam kabut yang pekat. Gambaran suasana seperti itu pun dapat diumpamakan pada rasa kesedihan seorang ibu menjelang kematian anaknya, Kiritsubo, dalam Genji Monogatari. Kiritsubo adalah seorang wanita cantik berseri-seri yang tergambar pada raut wajahnya. Tubuhnya kurus membuat orang menaruh iba padanya, dan orang yang berkata pun seolah-olah tidak didengar. Hidup susah sama sekali tidak tampak pada raut mukanya. Ini lukisan seorang tokoh saat menjelang kematiannya. Melihat akan hal itu orang akan iba padanya. Ia tidak berbuat keliru atau  membuat kesal orang lain. Ia selalu memandang sesuatu dengan sinar mata yang menyenangkan. Tampaknya, daripada mengungkapkan perasaan hati yang suram lebih baik baginya untuk selalu menampakkan wajah yang berseri-seri. Kiritsubo di hadapan ibunya selalu menampilkan sesuatu yang alami, yang baik, dan yang tidak menyentuh hati ibunya. Rasa iba dengan menutupi penampilan wajah, bahkan menutupi apa yang terasa akibat omongan orang lain atau rasa iba atas perasaan apa yang dilihat secara hakiki ada di depan mata.

Mono no aware (rasa iba) dalam buku Makura no Soshi dilukiskan dengan dua orang tokoh remaja pria dan wanita yang berpakaian indah berwarna hitam. Mereka sedang dilanda cinta dan menjalin hubungan pada malam hari. Pelukisannya dalam bentuk alam seperti akhir musim gugur, awal musim dingin, dan senja hari. Manusia, alam, atau binatang merupakan lukisan hati yang lembut, rasa iba, tidak kekal, rasa haru, dan lain-lain. Perasaan simpati dan iba yang timbul dalam hati sanubari manusia yang dalam terhadap sesuatu atau kejadian di alam ini dapat dikatakan awaremono. Aware pada seorang pria atau wanita dalam berpakaian warna kelam atau hitam pun dapat menimbulkan rasa iba atau aware naru mono. Dengan demikian, rasa iba yang menggambarkan kesedihan dari seorang tokoh manusia yang selalu tabah. Arti kata aware itu sendiri adalah sesuatu yang mengandung unsur kejiwaan yang menyelinap di lubuk hati sanubari yang dalam.

Menurut perkembangannya, kata aware mengandung arti yang luas, terutama dalam tema dan ideologi sastra pada zaman Edo dan karya-karya sastra sebelumnya. Misalnya, kata aware pada zaman Heian diungkapkan sebagai okashi atau omoshiroi yang berarti lucu atau menarik. Oleh karena itu, mono no aware berarti kesedihan atau rasa iba terhadap kesedihan atau nasib buruk yang menimpa diri orang lain; sedangkan dalam cerita mempunyai arti kesedihan dari seorang tokoh.


Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau