Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Hoogo dan Kanbungaku

Hoogo dan Kanbungaku




5.  Hoogo dan Kanbungaku

 

Hoogo

Essei tentang teori agama Budha yang ditulis dengan Katakana disebut Hoogo. Pendeta Zaman Kamakura yang berasal dari tiap aliran agama pada umumnya menulis essei yang mengandung ajaran agama Budha. Buku tersebut dimaksudkan untuk memberikan penerangan ajaran agama Budha secara sederhana kepada masyarakat agar mudah dipahami. Untuk itu digunakan huruf Kana dicampur dengan huruf Kanji yang tidak begitu susah diingat. Isinya mencerminkan entusias beragama Budha. Maksud dan tujuan pembuatan buku tersebut seperti disebutkan di atas adalah untuk penyebaran agama Budha secara menyeluruh dan memberikan pengertian tentang agama Budha kepada masyarakat yang belum mengetahuinya. Tetapi biarpun demikian, Hoogo dianggap termasuk dalam salah satu macam karya sastra. Beberapa yang terkenal diantaranya adalah Kurotani Shoonin Gotooroku karya Hoonen, Matsutooshoo dan Ippenshoonin Goroku karya Shinran. Karya yang mendapat reputasi baik adalah karya pendeta sekte Nichiren bernama Doogen dengan judul Shooboogenzoo yang berisikan pandangan dan pemikiran yang luas, dalam dan logis. Selain itu, buku yang berjudul Gobunshoo yang ditulis oleh Rennyo pada Zaman Muromachi juga sangat disenangi masyarakat.

 

Kanbungaku

Sejak pertengahan Zaman Heian, Kanbungaku (kesusastraan Cina yang berkembang di Jepang) pengaruhnya mulai mundur dalam dunia kesusastraan Jepang. Tetapi pada Zaman Kamakura Sekte Zenshuu agama Budha masuk ke Jepang yang bersamaan dengan terjadinya hubungan yang erat antara pendeta agama Budha Jepang dengan pendeta agama Budha Cina. Para pendeta kedua negara ini saling mengadakan kunjungan, sehingga kesusastraan dinasi Soo (Sung) dan Gen (Yuan) ikut masuk ke Jepang. Dengan demikian Kanbungaku mulai berkembang lagi di Jepang.

Dari akhir Zaman Kamakura sampai Zaman Muromachi, para pendeta agama Budha dari sekte Zen (sama dengan Zenshuu) banyak menghasilkan karya kesusastraan, terutama mereka yang bermukim di kuil-kuil Gozan. Kesusastraan ini disebut Gozan Bungaku (Kesusastraan Gozan). Sebagai pelopornya adalah seorang pendeta agama Budha yang berasal dari dinasti Gen (Yuan) dan telah menjadi orang Jepang bernama Issan Ichinei. Muridnya yang bernama Kokan Shiren banyak meninggalkan karya kesusastraan berupa syair dan kritikan yang sangat bernilai.

Pada akhir Zaman Nanbokuchoo muncul dua orang bernama Gidoo Shuushin dan Zekkai Chuusin yang membawa kesusastraan Gozan mencapai puncak zaman keemasannya. Mereka berdua mendapat kepercayaan dari Jenderal Ashikaga Yoshimitsu yang berkuasa pada waktu itu, sehingga menjadi penasehat dalam bidang kebudayaan dan spiritual.

Setelah memasuki Zaman Muromachi, kesusastraan Gozan pada mulanya masih populer, tetapi lama kelamaan menjadi mundur karena orang-orangnya mendapat perlindungan pemerintah Bakufu, sehingga mereka lebih banyak mencurahkan tenaganya untuk kepentingan kaum penguasa. Namun biarpun demikian, kesenian dan kebudayaan Zen yang pernah berkembang pesat terutama pada Zaman Nanbokuchoo yang telah merembes ke mana-mana dan memberi pengaruh yang besar kepada kebudayaan dan kesenian tidak dapat kita abaikan.



Baca : Buku Sejarah Kesusastraan Jepang


Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara