Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
5. Rekishi Monogatari (Ceritera Sejarah) dan Setsuwa Bungaku (Dongeng)
Pada akhir zaman Heian, masyarakat pada waktu itu cenderung
untuk mengenangkan kembali masa-masa yang sudah berlalu. Mereka berusaha
mencari bahan dari kejadian masa lalu untuk menulis karya sastra yang baru. Di
antara karya sastra yang mengikuti cara seperti ini adalah Eiga Monogatari,
Ookagami dan Imakagami.
Eiga Monogatari
Eiga Monogatari merupakan karya yang menuturkan keadaan dan
peristiwa selama kira-kira 200 tahun mulai dari zaman Uta Tennoo sampai zaman
Horikawa Tennoo yang berlangsung selama 15 generasi. Buku ini setebal 40 bab,
terutama menceriterakan kehebatan dan kemegahan Midoo Kampaku (sekarang setaraf
dengan Perdana Menteri) bernama Fujiwara Michinaga. Eiga Monogatari ini
merupakan kisah sejarah yang ditulis dengan abjad Hiragana. Biarpun dikatakan
sebuah ceritera, tetapi dalamnya tidak terdapat unsur plot sebagaimana biasanya
pada sebuah cerita. Isinya secara keseluruhan bersifat santai dan kurang
dirasakan adanya ketegangan-ketegangan. Akan tetapi sebagai karya pertama
berbentuk ceritera sejarah, Eiga Monogatari mempunyai arti yang penting dan
patut diperhatikan.
Ookagami
Ookagami juga merupakan ceritera sejarah yang menceritakan
kemegahan dan kehebatan Fujiwara Michinaga, tetapi dalam banyak hal dapat
dikatakan lebih baik dari Eiga Monogatari. Karya ini menceriterakan peristiwa
sejak zaman Montoku Tennoo sampai zaman Goichijoo Tennoo.
Cara penuturannya dilakukan melalui seorang tokoh buatan
seorang kakek bernama Ooyake no Yotsugi yang sedang berkunjung ke kuli Irin-In
untuk mendengarkan khotbah agama Budha bersama-sama dengan seorang tokoh buatan
yang lain, seorang kakek juga bernama Natsuyama no Shigeki. Kedua kakek ini
saling menceriterakan pengalaman mereka terutama sekali tentang ceritera
kejadian-kejadian masa lampau. Di samping mereka ada seorang samurai muda ikut
mendengarkan dan kadang-kadang turut memberi tanggapan atas kisah yang
didengarnya.
Melalui tiga tokoh buatan seperti di atas, fakta-fakta
sejarah pada waktu itu, baik bentuk luar maupun bentuk dalamnya yang sebenarnya
tidak begitu diketahui masyarakat, dibeberkan dengan sebaik-baiknya, dan
diberikan juga kritikan-kritikan.
Buku ini seolah-olah menyanjung kemegahan dan kehebatan
keluarga Fujiwara, tetapi sebenarnya berusaha juga membeberkan praktek-praktek
politik busuk yang dilakukannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penulis
sebenarnya ingin melukiskan hati manusia pada waktu itu, yang lain bentuk
luarnya dengan bentuk dalamnya.
Cara mengungkapkan watak sang tokoh juga tegas dan gaya
bahasa kalimat-kalimatnya juga cukup bagus. Buku ini dulu pernah disebut
Yotsugi Monogatari, tetapi kemudian menjadi Ookagami dengan mengambil nama
pantun yang dibuat oleh tokoh Yotsugi dan Shigeki yang tertera pada bagian
tentang Goichijoo Tennoo.
Di bawah ini adalah cuplikan dari Ookagami, sebagai berikut
:
Toshigoro, mukashi no hito ni
taimen shite, ikade yo no naka no mikiku koto domo no kikoe awasemu. Kono
tadaima no nyuudoo denka no onarisama wo mo mooshiawasebaya to omoihi ni, aware
ni ureshiku mo aimooshitaru kana. Ima zo kokoro yasuku yomiji mo makaru beki.
Oboshi koto iwanu wa geni zo hara fukururu kokochi shikeru. Kakareba koso,
mukashi no hito wa mono wamahoshiku nareba, ana wo horite wa ii irehaberi keme
to oboehaberu. Kaesu-gaesu ureshiku taimen shitaru kana.
Sudah lama saya ingin bertemu
dengan sahabat lama untuk saling menceriterakan apa yang pernah dilihat dan
didengar di dalam dunia ini. Baru-baru ini saya pernah berpikir ingin
menceriterakan keadaan dari Paduka Yang Mulai Fujiwara Michinaga dan beruntung
sekali saya dapat bertemu. Apabila ada sesuatu yang ingin kita ceriterakan
tetapi tidak bisa kita keluarkan dan terus dipendam dalam hati, maka lama
kelamaan hati kita bisa jengkel dan lama kelamaan bisa habis kesabaran. Oleh
karena itu, orang zaman dulu apabila ada sesuatu yang ingin diceriterakannya
tetapi tidak bisa, maka ia akan menggali lubang dan menceriterakannya kepada
lubang itu. Pokoknya saya senang sekali karena sudah bertemu dengan sahabat
lama.
(dari
Ookagami bagian pendahuluan)
Imakagami
Imakagami merupakan karya lanjutan dari Ookagami, yang
menceriterakan peristiwa dari zaman Goichijoo Tennoo sampai dengan zaman
Takakura Tennoo. Cara penuturannya sama dengan Ookagami, yaitu melalui
penuturan tokoh buatan yang ditampilkan dalam ceritera. Tetapi Imakagami
mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda dengan Ookagami, karena Imakagami diselingi
dengan pantun dan ceritera tentang keadaan kehidupan bangsawan yang penuh
romantisme.
Konjaku Monogatari
Bersamaan dengan adanya usaha untuk mengenang kembali
kejadian-kejadian masa lalu yang timbul pada akhir zaman Heian yang
mengakibatkan lahirnya ceritera sejarah, perhatian orang juga mulai ditujukan
untuk mengumpulkan dongeng, ceritera rakyat dan lain-lain. Akhirnya berhasil
dengan diterbitkannya sebuah buku kumpulan dongeng yang berjudul Konjaku
Monogatarishuu.
Kumpulan dongeng ini mengikuti jejak buku Nihon Ryooiki,
berisikan seribu buah lebih ceritera yang sebagian besar merupakan ceritera
mengenai agama Budha. Nama Konjaku berasal dari istilah ima wa mukashi (dahulu
kala) yang dipakai sebagai kata pembukaan setiap ceritera yang ada di dalam
Konjaku Monogatari.
Secara garis besar isi buku ini dapat dibagi menjadi
ceritera mengenai agama Budha dan ceritera mengenai kebiasaan masyarakat.
Ceritera mengenai agama Budha pada umumnya menonjolkan keagungan agama Budha,
kebajikan-kebajikan kepercayaan, hukum karma, pemikiran reinkarnasi dan
lain-lain. Ceritera mengenai kebiasaan masyarakat mempunyai variasi yang luas
sekali, dimulai dari ceritera tentang tokoh-tokoh sejarah sampai dengan
ceritera mengenai hantu, kesenian, percintaan dan sebagainya. Bagian ini tidak
hanya menceriterakan kaum bangsawan saja, tetapi juga menceriterakan kalangan
rakyat biasa.
Konjaku Monogatari mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap kesusastraan yang timbul kemudian. Bahasa yang dipakainya sederhana
tetapi jelas, sehingga menjadi dasar bagi gaya bahasa baru yang muncul setelah zaman
Kamakura.
Baca : Buku Sejarah Kesusastraan Jepang
Comments
Post a Comment