Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Tidak Ada Jalan Pintas

Tidak Ada Jalan Pintas


Sudah begitu sering seorang drummer terkenal berkata seperti ini, "Aku tidak bisa membaca notasi. Aku tidak berlatih. Aku hanya bermain begitu saja!" Tapi semua orang harus belajar. Ada banyak faktor yang terlibat dalam proses tersebut. Latihan itu tidak sederhana, dan butuh banyak waktu.

Saya tidak pernah mengerti bagaimana seseorang bisa membual tentang apa yang bisa atau tidak bisa dia lakukan. Kalau kamu tidak membaca notasi atau tidak bisa membaca notasi, oke! Tapi jangan membicarakannya seolah-olah ketidakmampuan itu adalah aset yang berharga. Itu hanyalah satu keterampilan yang belum kamu kembangkan. Keterampilan itu tidak membuatmu menjadi pemain yang buruk, tapi itu juga tidak menjadikanmu pemain yang baik juga.

Banyak pemain muda yang tergesa-gesa mengembangkan keterampilan mereka secepat mungkin. Sikap ini tidak salah. Itu adalah bagian dari jiwa muda dan hasrat membara untuk bermain musik. Tapi, jika hasrat ini mengarah ke konsep pengambilan jalan pintas, drummer itu harus berhati-hati!

Misalnya, jika kamu tidak bisa membaca notasi, lupakan saja kerja studio. Ini tidak berarti bahwa kamu tidak bisa membuat album bersama sebuah grup band. Hal seperti ini sering kali terjadi. Tapi, jika kamu tidak bisa membaca notasi, kamu tidak akan menjadi drummer di Arsenio Hall Show atau Tonight Show. Chuck Morris dan Ed Shaughnessy adalah dua pembaca notasi yang hebat dan drummer yang piawai. Namun dengan sukses yang sudah mereka raih, keduanya tetap berpikiran terbuka, mereka masih terus belajar dan masih punya hasrat untuk berkembang secara musikal.

Jadi jangan berpikir bahwa kamu bisa menghemat waktu dengan tidak meluangkan waktu untuk belajar membaca. Cepat atau lambat kamu akan berada dalam situasi di mana kemampuan membaca akan membantumu mendapat pekerjaan. Atau jika kamu tidak bisa membaca, kamu akan kehilangan pekerjaan.

Jalan pintas lain adalah pendekatan latihan radikal misalnya berlatih dengan menggunakan bantal.

Seorang kawan sekaligus mantan murid saya, yang berprofesi sebagai ahli terapi fisik, merasa bahwa karena bantal kurang memiliki respons, penegangan otot diperlukan untuk menggerakkan stick. Menurutnya, latihan yang berkelanjutan dengan cara ini akan mengarah ke teknik yang agak kaku, dengan dampak sejumlah tegangan yang tidak perlu.

Pendapat saya lebih sederhana, tujuan bermain instrumen musikal adalah untuk menghasilkan suara yang musikal. Bentuk latihan apa pun yang tidak memperhitungkan suara yang dihasilkan akan sia-sia. Jadi saya masih berpendapat bahwa, meskipun berlatih dengan bantal tidak menyakitkan, latihan itu tidak bermanfaat bagimu.

Jalan pintas lainnya adalah penggunaan stick metal. Dalam hal ini teorinya adalah bahwa kamu bisa semakin kuat dengan cepat, mengembangkan otot dengan cepat, dan menjadi drummer yang lebih cepat, lebih kuat dalam waktu singkat. Tapi beberapa stick metal luar biasa berat. Bahayanya adalah otot-otot bisa meregang secara berlebihan. Pantulan dan gerakan stick metal juga sama sekali tidak seperti stick drum yang sebenarnya. Plus ada bahayanya terjadinya tulang yang memar, yang butuh waktu berbulan-bulan untuk sembuh serta benar-benar menjauhkan drummer dari kegiatan bermain drum.

Pendekatan serupa adalah menggunakan stick yang besar untuk berlatih. Stick drum marching band yang amat besar direkomendasikan oleh beberapa guru. Tapi, jika si murid masih muda, dia akan kesulitan memegang stick itu dengan benar karena ukurannya memang amat besar. Sekali lagi, beban tambahan juga bisa menyebabkan beberapa masalah. Kekuatan sebenarnya akan berkembang sejalan dengan aktivitas latihanmu.

Saya juga memperhatikan bahwa stick yang extra besar ini sebenarnya menghalangi pengembangan grip yang benar pada stick drum. Ini terutama berlaku bagi pemain drum yang menggunakan stick yang berukuran lebih kecil untuk bermain. Saran saya adalah, berlatihlah dengan stick yang sama dengan yang kamu gunakan untuk bermain. Hindari yang ekstreme dan kamu akan menjadi lebih baik dalam jangka panjang.

Tampaknya hanya drummer yang berpikir dalam tataran fisik seperti itu. Mereka senantiasa muncul dengan berbagai gagasan aneh untuk mengembangkan kekuatan, kecepatan, atau stamina. Stick yang diberi beban tambahan, per pedal bass drum yang sangat besar, atau berlatih di bantal mungkin menarik bagi beberapa orang, tapi mereka tidak menangangi masalah yang sebenarnya. Permainan drum bukanlah peristiwa atletik. Drumming adalah atau seharusnya merupakan event musikal.

Seperti yang pernah saya saksikan, Vinny Appice adalah drummer yang dahsyat, dan dia mengembangkan kekuatannya dalam periode cukup lama melalui latihan dan studi. Dia tidak mencoba melakukannya dalam sebulan. Dia tidak mengambil jalan pintas.

Satu-satunya jalan pintas yang saya tahu adalah menyadari bahwa tidak ada jalan pintas. Yang kamu peroleh persis sama dengan yang kamu upayakan. Kamu harus berlatih, belajar, bermain, dan berkembang, dan ini butuh waktu. Ingat, yang tidak kamu pelajari hari ini akan harus kamu temui lagi dan pelajari esok hari.


Baca: Buku Panduan Menjadi Drummer Profesional

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara