Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
1. Garis Besar Kesusastraan Zaman Heian
Latar Belakang Sejarah
Kaisar Kanmu berusaha menciptakan suasana baru bagi penduduk, pada akhir abad VIII ia memindahkan ibukota Jepang ke Kyoto, di sana ia membuat istana ibukota Heian yang maha besar dengan meniru ibukota Chang An dari dinasti Tang di Cina. Setelah itu selama kurang lebih 400 tahun lamanya Kyoto menjadi pusat kegiatan politik dan kebudayaan di Jepang dan masa itu disebut zaman Heian. Keluarga Fujiwara yang telah mendapat kedudukan tinggi di pemerintahan sejak Fujiwara Kamatari, setelah pemindahan ibukota pengaruhnya makin bertambah besar dan luas, sehingga mulai abad IX dan seterusnya kedudukan-kedudukan penting di pemerintahan hampir seluruhnya dimonopoli oleh keluarganya. Dengan demikian, terbentuk keadaan politik yang khas, yakni kedaulatan kaisar ditunjang oleh kekuasaan keluarga Fujiwara dan dalam sejarah politik Jepang keadaan politik yang khas seperti ini disebut ‘Sekkan Seiji’.
Pada awal zaman Heian, hubungan dengan dinasti Tang masih ada dan pengiriman mahasiswa utusan ke Tang juga masih dilakukan, tetapi setelah itu, pengiriman utusan ke Tang dihapus sehingga kebudayaan khas Jepang mulai dapat berkembang. Dengan demikian, kreasi seni khas Jepang pada bangunan, pakaian, dan sebagainya juga mulai timbul. Khususnya penciptaan tulisan Kana membawa kemajuan di bidang kesusastraan sehingga kesusastraan zaman Heian menjadi berkembang dan mencapai puncaknya pada zaman kaisar Ichijoo. Hal ini dapat kita lihat dengan terciptakanya karya sastra Genji Monogatari dan Makurano Sooshi.
Pengarang dan Pembaca Kesusastraan
Kebanyakan orang pada waktu itu hanya mengenal dan menikmati kesenian rakyat yang sederhana dan lagu-lagu rakyat yang menjadi kegemaran umum atau sebangsanya. Orang-orang yang berkecimpung dalam bidang kesusastraan baik sebagai pengarang maupun sebagai pembaca hanya terbatas pada orang-orang dalam lingkungan masyarakat bangsawan. Pengarang puisi adalah anggota keluarga kaisar atau keluarga bangsawan, sedangkan penulis catatan harian, kisah perjalanan, essei, ceritera dan sebagainya kendatipun bukan orang-orang anggota keluarga bangsawan, tetapi sebagian besar adalah pengikut-pengikut bangsawan yang hidupnya dan perlindungannya dijamin oleh bangsawan tersebut. Pembaca kesusastraan pada zaman itu pun adalah kaum bangsawan dan para selir di istana atau orang-orang yang mempunyai hubungan erat dengan pihak istana atau bangsawan seperti pesuruh istana, sarjana, penyanyi, pendeta dan sebagainya sehingga kesusastraan zaman itu disebut pula sebagai kesusastraan bangsawan.
Latar Belakang Falsafah Pemikiran
Ajaran-ajaran agama Budha mempunyai pengaruh besar sekali pada kesusastraan zaman Heian. Sekte Joodoo agama Budha yang populer pada waktu itu mengajar orang-orang agar meninggalkan kehidupan duniawi dan mengejar kehidupan kedua di surga. Untuk mencapai ini para penganutnya diajar membaca sutera secara sungguh-sungguh. Pemikiran ini telah merembas masuk secara mendalam ke dalam tubuh kehidupan seni pada waktu itu. Selain itu, pemikiran tentang adanya hukum karma dan reinkarnasi memberi pengaruh yang aneh kepada kesusastraan, kepercayaan meramal dengan dasar segala hal-ikhwal di dunia selalu berada dalam pasangan yang saling bertentangan (positif dan negatif) menyebabkan berkembangnya tata cara meminta doa dan melahirkan kebiasaan tentang pantangan (tabu) serta meramal hal-hal yang buruk yang mungkin timbul dalam kehidupan sehari-hari. Pemikiran-pemikiran ini saling mempengaruhi satu sama lainnya dan hal ini juga dirasakan pada kesusastraan sehingga kesusastraan pada zaman itu menjadi bertambah unik.
Pembagian Zaman dan Jenis Kesusastraan
Kesusastraan zaman Heian dapat dibagi menjadi empat kelompok zaman. Pertama ialah zaman populernya syair kanbun sebagai akibat dari pengaruh yang diterima dari dinasti Tang. Kedua ialah zaman kebangkitan kembali pantun Waka. Ketiga ialah zaman populernya kesusastraan cerita, catatan harian dan essei. Keempat ialah zaman banyak dikarang dan disusunnya cerita sejarah dan kesusastraan Setsuwa.
Jenis Kesusastraan
|
Judul Karya
|
Syair Kanbun
|
Keikokushuu
|
Shooryooshuu
|
|
Kanke Bunsoo
|
|
Honchoo Monzui
|
|
Pantun Waka
|
Kokinshuu
|
Gosenshuu
|
|
Shuuishuu
|
|
Senzaishuu
|
|
Sankashuu
|
|
Kayoo
|
Saibara
|
Wakan Rooeishuu
|
|
Ryoojin Hisshoo
|
|
Ceritera
|
Taketori Monogatari
|
Ise Monogatari
|
|
Yamato Monogatari
|
|
Ochikubo Monogatari
|
|
Genji Monogatari
|
|
Sagoromo Monogatari
|
|
Tsutsumi Chuunagon Monogatari
|
|
Catatan Harian
|
Tosa Nikki
|
Kagero Nikki
|
|
Murasaki Shikibu Nikki
|
|
Sarashina Nikki
|
|
Essei
|
Makura-no Sooshi
|
Cerita Sejarah
|
Eiga Monogatari
|
Ookagami
|
|
Kesusastraan Setsuwa
|
Konjaku Monogatari
|
Baca : Buku Sejarah Kesusastraan Jepang
Comments
Post a Comment