Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
17. Zuihitsu (Esai)
Jenis sastra esai, baik pada zaman pramodern maupun kontemporer dewasa ini, berkembang dengan pesat. Hampir-hampir tidak ada seorang pun pengarang yang tidak menulis esai. Dalam hal ini, kita dapat melihat karya esai yang paling awal dari bentuk kesusastraan esai tersebut, yaitu Makura no Shoshi. Karya esai lainnya, Tsurezure Gusa, paling terkenal yang ditulis pada zaman kesusastraan klasik. Tsurezure Gusa mendapat pengaruh besar dari Makura no Shoshi.
MAKURA NO SHOSHI
Karya esai ini diciptakan pada abad ke-11. Penulisnya adalah seorang wanita, yaitu permaisuri Ichijo Tenno yang lazim disebut Seishonagon. Makura no Shoshi menurut kata-kata pengarangnya adalah sebuah cerita yang dihimpun ketika dia merasa bosan dan dengan maksud tidak ingin memperlihatkan kebosanannya terhadap apa saja yang dia lihat dan dia rasakan kepada siapa pun, maka dia tinggal di sebuah desa yang terpencil. Karya itu terdiri dari banyak tema dan mencapai hampir 300 tema lebih. Secara keseluruhan esai ini terbagi dalam 2 bab dan temanya sesuai dengan ideologi sastra pada masa itu, yaitu menyadari akan keindahan atau unsur kelucuan yang lazim disebut okashi. Di bawah ini disajikan kutipan salah satu lirik kata pembukaan yang terkenal dari esai tersebut."Haru wa akebono ga yoi
Dandan to shiroku natte yuku
Yamazoi no sora ga sukoshi akarusa to moshite
akamurasaki no mo satta kumo ga hosoku tanabiite
iru no wa subarashii mono desu".
Natsu ga yoru ga yoi
Tsuki no yoru demo yahari
Hotaru ga oku tobi chigatte
iru no wa omoshiroi mono desu
Hon no ippiki nihiki nado
Honoka ni hikari nagara
iku no mo yoi
Ame nado kuru no mo omoshiroi mono desu.
Aku wa yugure ga yoi
Yuki ga sashite yama giwa ni
taihen chikaku natta koro ni
Tori ga negura ni iko to shite
Sanba yonwa niwa sanba nado to
Tobi isogu no marei mo omomuki ga fukai
Mashite kako nado no rei o nashita no ga
Totemo chisaku mieru no wa
Taihen omoshiroi
Hi ga sukoshi shizunde
Kaze no oto ya mushi no oto nado
Kore mata nanto mo ienai hodo yoi mono desu.
Fuyu wa hayaasa ga yoi
Yuki ga futte iru no wa
Nan to mo iezu yoi mono dashi,
Kiri ga taihen shiroi no mo,
Mata samui toki ni
Hi nado isoide okoshite
Sumi o mochokonde yuku no mo
taihen fuyu no haya asa ni
fusawashi kokei de yoi mono desu
Hiru ni natte atatakaku
Ywaraide kuru to
Hibachi no hi mo shiroi hai darake ni
natte shimatte, miru kara ni yokunai mono desu.
TSUREZURE GUSA
Karya esai ini ditulis pada abad ke-14 dan dibuat oleh Yoshida Kenko. Yoshida Kenko semula adalah seorang bangsawan kelas rendah yang bekerja di kalangan istana pada awal tahun 20 sampai dengan awal tahun 30. Dia memisahkan diri dari keluarga dan masyarakat, kemudian tinggal di sebuah desa dengan kehidupan sederhana yang disebut Jinsei, suatu kehidupan yang sangat diharapkan oleh para cendekiawan pada abad pertengahan. Abad pertengahan ini merupakan abad kerusuhan para samurai dan merupakan masa yang paling banyak terjadi peperangan. Para cendekiawan menganggap zaman ini sebagai zaman ransei (zaman pemberontakan), sedangkan menurut agama Budha zaman itu merupakan zaman belum sempurna (samsara). Pada zaman ini terasa segalanya serba tidak kekal, karena itu mereka banyak tinggal di desa-desa atau di pegunungan yang terpencil. Yoshida Kenko pun merupakan salah seorang yang memisahkan diri dan keluar dari masyarakat itu, kemudian dia tinggal menyendiri di sebuah desa.Di bawah ini adalah kutipan salah satu bagian dari Bab 7 dari Tsurezure Gusa.
Adashi ya ni oku kiri wa kieyasui ga
Sono yooni kieru koto mo naku
Mata tori yamabe ni tachinoboru
Soshiki no shitai o moyasu kemuri wa
Mamonaku tachisatte shimau ga
Sono yooni kono yo kara satte shimau koto mo nakute
Itsu made mo ikite irareru to iu no ga
kimari de atta naraba
donna ni monogoto no joetsu mo nai koto daro ka
Kono yo wa futei dakara koso subarashi no da
Inochi aru mono o miru to
ningen hodo nagaiki mono wa nai
Kagero ga yugata ni wa shini
cho ga haru ya aki o shiranai
to iu tanmeina rei mo aru no da
Toku ni nasu koto mo naku jikkuri to omoinagara
kuraseba ichinen de sae kono ue naku yuttari shite iru
Mada akinai kono yo ni nagori ga tsukinai to omounaraba
tatoe senen o sugoshita tokoro de shi ki o mukaeba
hitoya no yume no yoona hakanai kokochi ga suru dearo
Kono yo ni ikinagaraete roshu no sugata ni natte
sore ga nanda to iu no de aro ka, nagaiki sureba
haji o kaku koto ga oi no da
Seizei nagaiki shite yonju tarazu no shinu ga
mittomo nakunai dearo
Kutipan di atas merupakan contoh kalimat yang diuntai dalam karya sastra bentuk esai pada zaman pertengahan.
Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang
Comments
Post a Comment